VI

4.1K 608 11
                                    

Minho membaringkan Jisung diatas ranjang miliknya. Malas juga jika harus membawa orang yang tengah terlelap ke lantai 2, pikirnya.

Ia menyelimuti sebagian tubuh Jisung lalu mengusak surainya lembut. "Ck. Merepotkan" gumamnya.

Melihat bagaimana lelaki dihadapannya kini terlelap membuat Minho teringat dengan hal yang baru saja terjadi. Felix yang berlari tergesa, bahkan memaksa agar dirinya ikut masuk kembali kerumah itu.

Dan Minho sadar, ternya ada alasan mengapa Jisung memiliki sikap seperti itu.

Setelah lama mengamati wajah tidur Jisung, Minho mengambil ponsel yang berada disaku celananya. Ia kembali mendengarkan rekaman yang terjadi siang tadi.

Minho dapat simpulkan bahwa Jisung adalah korban pelecehan dari keluarganya sendiri. Lantas otaknya bertanya-tanya, dimanakah ibu dari lelaki yang tengah terlelap ini.

"Ah kepalaku pening, aku telalu memikirkannya" ucap Minho sambil memijat pelipisnya.

Ia berdiri, menatap Jisung sekilas sebelum pergi membiarkan lelaki berwajah seperti tupai itu tertidur disana.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Minho yang tengah terlelap di sofa terpaksa bangun saat dirasa ada sesuatu yang menimpa dirinya. Ia membuka matanya dan mendapati Jisung yang berdiri sambil menatapnya.

"Kau bisa membaringkanku di sofa jika tidak ingin membawaku kekamar" ucap Jisung.

Minho yang baru saja tersadar lantas mendudukkan dirinya dan mendapati ada sebuah selimut diatas tubuhnya.

"Cih, cuaca hari ini cukup dingin. Penghangat ruangan hanya ada di dalam kamar... Mengapa kau begitu peduli disaat aku bersikap kurang ajar"

Minho menghela nafasnya berat. "Mengapa jadi seperti aku yang menumpang" ia berdiri, memeluk selimut yang diduga baru saja dilempar Jisung dan melangkah menuju kamarnya.

"Kau bisa menunjukkan kepedulian mu dengan cara yang lebih baik" ucap Minho sembari melangkahkan kakinya.

Jisung terdiam ditempat. Memang ia sudah memutuskan untuk bersikap acuh pada siapapun. Tapi ia rasa dirinya sudah terlalu bersikap kurang ajar pada orang yang jelas-jelas telah berbaik hati memberinya tumpangan dan makanan gratis. Walaupun ia harus terlibat dalam pekerjaan anehnya, tetapi lelaki itu selalu menyelamatkannya.

Jisung menghela nafas. Mengacak rambutnya frustasi lalu pergi kekamar berniat untuk membersihkan diri.

Usai membersihkan diri. Jisung turun ke bawah, mengetuk lembut pintu kamar sang pemilik rumah.

"T-tidak ingin berbelanja bahan makanan?" Tanya Jisung sedikit gugup saat pintu terbuka. Entah, ia hanya sedikit gugup. Mungkin sedikit merasa bersalah.

Lelaki yang terlihat seperti baru bangun tidur itu menguap lebar sebelum menjawab pertanyaan Jisung. "Kau saja" sembari memberikan sebuah kartu pada Jisung.

Jisung mendengus sebal. "Tidak usah kalau begitu" mana enak ia pergi berbelanja menggunakan kartu orang lain tanpa orang tersebut.

"Gunakan ini, sebelum aku berubah fikiran"

Jisung menggeleng. "Tidak jadi, aku cukup tahu diri" lalu Jisung melangkah pergi keluar rumah.

Niat Jisung sebenarnya baik, ingin memasakkan sesuatu tapi tidak punya uang. Oleh karena itu ia menawarkan agar Minho berbelanja dan nanti ia yang akan memasak.

Saat dirinya berada di teras rumah, tiba-tiba saja Minho keluar dengan pakaian rapi.

"Ayo"

Jisung berdiri, namun malah berbalik untuk masuk kedalam.

ᴅᴇᴍᴇᴀɴᴏʀ [ᴍɪɴsᴜɴɢ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang