Minho berlari begitu melihat Jisung tengah menangis diujung lorong lalu segera menarik simanis kedalam pelukannya.
Ia sedikit bingung ketika sang kekasih menghubunginya dengan suara terputus-putus dan memintanya untuk segera datang kerumah sakit.
"Siapa yang sakit? Mengapa kau menangis?" Nadanya terdengar begitu khawatir. Tangannya mengelus punggung si manis guna menenangkannya.
"E-eoma... Hiks.... P-pelanggan.... Hiks" simanis melepas pelukannya, menatap lelaki dihadapannya itu dengan wajah sembab.
"Sst, pelan-pelan. Sekarang kau duduk dulu"
Simanis menurut, ia terduduk dengan wajah menunduk.
"Maaf" dan hanya itulah yang terucap dari bibirnya. Wajahnya masih menunduk, tidak kuat menatap wajah lelaki yang sudah begitu baik padanya selama ini.
Minho sendiri masih bingung dengan ucapan sang kekasih. Ia hanya membungkukkan sedikit tubuhnya guna menatap wajah sembab simanis. Tangannya ia ulurkan untuk mengusap punggungnya tanpa berniat bertanya lebih lanjut.
Lalu tidak lama muncul seorang perawat dari dalam. "Maaf, untuk pasien hendak dikremasi hari ini juga atau kami simpan di ruang jenazah terlebih dahulu?"
Minho lantas menatap bingung kearah perawat tersebut, sedangkan Jisung menatap sendu kearah sang kekasih.
"E-eomma-.... W-wanita pelanggan" ucap simanis.
Penasaran, Minho pun beranjak dan segera masuk begitu saja kedalam.
Langkahnya melambat begitu tahu siapa yang tengah terbaring didalam sana. Nafasnya sedikit tercekat, tubuhnya mulai bergetar.Ia mendekati sosok tersebut, menyentuh wajahnya dengan ragu.
"E-eomma?"
Disudut matanya sudah terdapat air mata yang siap turun. Tangannya bergetar kala menyentuh kulit dingin sang ibu. Hatinya terasa hancur berkeping-keping. Ia sendiri tidak paham mengapa bisa merasa sesakit ini padahal hubungan keduanya sudah tidak sedekat dulu.
Merasa butuh penjelasan, ia segera keluar dan menarik simanis agar berdiri dengan memegang kedua bahunya.
Jisung menatap Minho dengan wajah penuh sesal. Sedangkan sang dominan menatapnya dengan ekspresi tegas walau sudah terdapat air mata yang mengalir.
"Jelaskan padaku sekarang!"
"E-eomma mu... A-aku tidak tahu kalau pelanggan setiaku adalah e-eomma mu. D-dia.... Hiks.... M-menyelamatkanku.... M-maaf"
Minho melepas pegangannya pada bahu Jisung dengan kasar. Ia mengusap wajahnya dengan kasar lalu menatap sinis kearah Jisung yang kini menundukkan wajahnya.
"Siapa? Siapa lagi kali ini yang hendak mencelakaimu?"
"B-brian hyung"
Minho menghembuskan nafasnya kasar.
"Ck, mengapa hidupmu begitu menyedihkan sampai-sampai merepotkan orang lain!!"
Entah mengapa kalimat yang baru saja dilontarkan oleh Minho sukses membuat Jisung bungkam dari tangisnya.
Hatinya terasa begitu hancur, tangannya ia kepalkan guna menahan rasa sakit yang menjelajar ke tubuhnya. Tapi ia sadar, dirinya memang begitu menyedihkan hingga merepotkan banyak orang.
"Kehidupanmu karena nyawa orang lain, menyedihkan!" Lanjutnya.
"M-maaf" Jisung mendongakkan wajahnya guna menatap Minho yang kini menatapnya dengan tatapan sinis.
KAMU SEDANG MEMBACA
ᴅᴇᴍᴇᴀɴᴏʀ [ᴍɪɴsᴜɴɢ]
Fanfiction[REPUBLISH] Han Jisung, lelaki yang sudah tidak peduli dengan hidupnya, bertemu dengan Lee Minho, yang menawarkan tumpangan untuknya. Warning! - Bxb - Baku Start: 111219 End: 030120