XVII

3.7K 555 47
                                    



Lelaki yang memiliki wajah lucu seperti tupai itu tersenyum kepada salah satu pelanggannya. Sudah hampir satu tahun tempat ini dibuka dan wanita itu tidak pernah absen membeli cake yang ia buat.

"Kali ini akan aku berikan bonus untukmu" senyumnya tidak pernah lepas begitu berhadapan dengan wanita yang kini tengah meraih sekotak cake yang ia berikan.

"Bukan kali ini, tapi memang setiap bulan sekali kau selalu memberikan bonus padaku, Jisung-ssi" kekehnya.

"Bukan masalah, itu karena anda tidak pernah absen membeli cake ditempatku"

Wanita itu mengangguk paham. Ia meraih kepala si manis guna mengusak surainya. "Kau sungguh manis. Andaikan aku bisa mengurus seorang anak lagi"

"Kau bisa menganggapku sebagai anakmu kalau begitu"

Wanita itu terkekeh mendengarnya. "Panggil aku eomma setelah ini, oke?"

Jisung mengangguk. "Baik eomma"

Lalu keduanya tertawa. Mengabaikan pelanggan lain yang tengah menyantap makanan di mejanya masing-masing.

"Ah, aku harus kembali"

Jisung langsung menunjukkan wajah sedihnya begitu wanita tersebut hendak pulang. Bibirnya mengerucut lucu. Jujur, entah mengapa Jisung merasa nyaman dengannya.

"Mengapa cepat sekali~"

"Eomma-mu ini harus kembali, ini sudah hampir malam. Benar?"

Jisung mengangguk paham. Senang rasanya memiliki seseorang yang dapat ia panggil eomma.

"Kalau begitu besok aku akan mengenalkan tunanganku padamu. Bukankah seorang anak harus mengenalkan kekasihnya?"

Wanita itu memasang ekspresi pura-pura terkejut. Telapak tangannya ia gunakan untuk menutup mulutnya yang kini membulat. "Woah, kalau begitu aku harus berdandan yang cantik. Kkk" kekehnya.

Jisung tertawa. Menyenangkan sekali jika sudah berbincang dengan pelanggan setianya ini. Terlebih ia memang selalu ingin mengenalkannya pada Minho, namun waktu nya selalu saja tidak tepat.

"Baiklah nyonya, hati-hati dijalan"

"Apa kau bilang tadi?"

"Nyo- eomma. Hehehe"

Setelah kepergian wanita tersebut, selang beberapa menit Minho datang untuk menjemputnya. Lelaki itu sudah tidak melakukan pekerjaan anehnya lagi, saat ini ia tengah sibuk membuka beberapa cabang dibeberapa daerah untuk cafenya ini. Walau terkadang Bangchan sesekali menghubunginya untuk meminta bantuan dan pasti akan berakhir dengan Jisung yang melarangnya dan memarahinya jika lelaki itu hendak menerima permintaan si kepala kepolisian itu.

"Lelah?" Minho menarik pinggang si manis posesif lalu mengecupi pucuk kepalanya acak.

Jisung menggeleng, ia mendorong tubuh si dominan.

"Masih ada pelanggan"

"Yasudah ayok pulang, kita berpelukan dirumah"

"Sebentar, aku akan berpamitan dengan yang lainnya"

Minho mengangguk menanggapi, ia menunggu simanis dengan duduk dibangku yang tidak ditempati. Sebenarnya Minho heran dengan Jisung yang selalu saja ingin ke Cafe setiap harinya, padahal bisa saja si manis duduk manis dirumah dan memantaunya melalui ponsel. Namun lelaki berwajah bak tupai itu selalu saja ingin datang. Saat ditanya, Jisung pasti menjawab bahwa ia ingin bertemu dengan pelanggan setianya.

Minho sih mengiyakan saja, walau sebenarnya ia sedikit penasaran dengan sosok pelanggan setianya itu.

Minho berdiri begitu melihat Jisung berjalan menghampirinya. Ia segera meraih tangan simanis guna menuntunnya untuk menuju mobil yang ia bawa.

ᴅᴇᴍᴇᴀɴᴏʀ [ᴍɪɴsᴜɴɢ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang