EPILOG.

6.5K 635 102
                                    

Senyum terpampang diwajahnya yang lucu, langkahnya cukup pelan mengitari taman yang berada dihalaman rumah. Ia menatap setiap anak yang tengah bermain dengan begitu senang.

"Jisung hyung! Ayo temani aku mewarnai ini" seorang anak kecil menarik-narik ujung bajunya sembari memperlihatkan gambar yang baru saja dibuatnya.

Jisung tersenyum lantas menuntun anak itu agar duduk disalah satu bangku taman yang kosong.

Anak yang berusia sekitar 5 tahun itu langsung mewarnai hasil gambarnya dan membiarkan Jisung memperhatikan dirinya.
Jisung mengelus surainya lembut. Ia turut sedih dan bersyukur karena bertemu dengan anak ini disaat dirinya sedang dalam perjalanan menuju makam sang ibu. Ia sedih karena mengetahui anak itu sengaja ditinggal oleh orang tuanya dipinggiran danau, namun ia turut bersyukur, karena dengan begitu ia mendapatkan tempat tinggal sembari mengurus anak-anak yang berada di Panti Asuhan ini.

Ah, Ia juga merasa bersyukur karena akhirnya dapat menjalani harinya tanpa rasa bersalah lagi. Ia membantu bibi Seo dan terkadang ikut mengadakan bazzar untuk kebutuhan anak-anak disini. Ia sungguh bersyukur karena paling tidak saat ini ia dapat merasa sedikit berguna dengan menjaga anak-anak disini.

Ia menatap langit yang cerah. Wajahnya tersenyum begitu mengingat seseorang yang sudah hampir satu setengah tahun tidak ia lihat. Ia rindu. Lelaki itu benar-benar baik untuknya. Bahkan ia dengan berbaik hati melepaskannya atas permintaan yang sengaja Jisung buat.

"Danwoo-ya, ingin menemaniku ke suatu tempat?"

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

"Kita akan pergi jauh ke Seoul?" Yang lebih kecil nampak kebingungan begitu mereka hendak menaiki bus yang diketahui menuju kota Seoul. Jisung hanya mengangguk memberikan jawaban. Tangan kanannya ia gunakan untuk menuntun si kecil.

"Bunda Seo tidak marah?"

"Tidak, aku sudah izin padanya bahwa ada janji yang harus kutepati, lagi pula kita akan segera kembali begitu urusanku selesai. Danwoo tidak senang ikut denganku?"

Yang ditanya menggeleng ribut, ia mengeratkan pegangan tangannya pada Jisung sembari memasang wajah serius seakan ingin meyakinkan Jisung.

"Aku harus ikut kemanapun Hyung pergi! Astaga aku tidak tahu harus apa kalau tidak ada Hyung"

Jisung tersenyum, ia mengacak surai sikecil yang kerap disapa Danwoo itu lalu menuntunnya masuk kedalam Bus begitu Bus yang ditunggu telah datang.

"Tidur saja, nanti akan hyung bangunkan kalau sudah sampai"

Danwoo mengangguk patuh lalu kepalanya ia sandarkan pada Jisung dan segera menutup matanya. Jisung pun sebenarnya ingin tidur, namun rasa gugup lebih mendominasi dirinya saat ini hingga ia tidak dapat menutup matanya.

Setelah lama diperjalanan, akhirnya mereka telah sampai di Seoul. Jisung membangunkan Danwoo dengan lembut dan menuntunnya untuk turun.

"Hyung tidak lupa dengan tas?" Sikecil mengingatkan.

Jisung mengangguk, ia menunjukkan tas yang telah dibawanya.

"Isinya berharga, mana mungkin Hyung lupakan" karena pada dasarnya didalam terdapat barang yang akan menjadi alasan ia bertemu dengan sosok yang dirindukannya selama ini.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Minho melangkahkan kakinya dengan malas kedalam Cafe. Ini kedua kalinya ia balik lagi kesini karena barang yang selalu saja tertinggal. Pertama, ponselnya tertinggal diatas meja, untung saja Daehwi menyadarinya dengan cepat dan segera memindahkannya. Lalu yang kedua, Jaket yang ia kenakan tertinggal dibangku dalam Cafe. Malas sekali sebenarnya, terlebih ia sudah sampai dihalaman apartemen yang ditempatinya dan harus balik lagi karena sebuah jaket.

ᴅᴇᴍᴇᴀɴᴏʀ [ᴍɪɴsᴜɴɢ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang