VIII

4.1K 591 58
                                    

"Sekarang aku tidak akan membiarkanmu turun langsung sendirian, karena mulai saat ini kau adalah kekasihku"

Jisung menolehkan kepalanya cepat. Ia menatap tajam ke arah lelaki yang berada di sampingnya itu. "Apa-apaan?!!"

"Well, kau secara tidak langsung ingin seperti mereka, kan. Itu kuturuti"

Jisung mendesis. Ia menatap sinis kearah Minho. "Gila, tidak perlu menjadi sepasang kekasih kan bisa"

"Tidak bisa, mereka kan juga sepasang kekasih. Masa aku melakukannya setengah-setengah"

"Kau bisa lupakan ucapanku yang ingin seperti mereka"

"Baiklah akan aku lupakan. Tapi kau tetap menjadi kekasihku. Karena itu sudah menjadi keputusanku" final Minho.

Jisung mendelik kearahnya. Masa dia memiliki kekasih dengan cara seperti ini, terlebih ia yakin Minho tidak sama sekali memiliki rasa terhadapnya.

"Baiklah, nikmati waktumu. Aku harus bertemu seseorang" Minho berdiri.

"Selamat malam, baby Squirrel" ucapnya sembari mengusak surai Jisung sebelum akhirnya pergi dari sana.

Jisung yang diperlakukan seperti barusan hanya terdiam. Rasanya sedikit aneh. Ia kesal dengan keputusan yang dibuat oleh lelaki itu, namun ia juga sedikit merasakan gejolak lain.

Lalu, apa itu Squirrel? Mengapa ia merasa senang saat dipanggil seperti itu.
Pipinya memanas, bibirnya seakan tertarik paksa. Jisung benar-benar tidak mengerti dengan dirinya sendiri.

Ia menaikkan kakinya diatas kursi, menutupinya dengan selimut rapat-rapat, lalu memejamkan matanya sekedar berusaha melupakan apa yang baru saja terjadi.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

"Lee Knoww!"

Minho yang baru saja memasuki sebuah caffe menolehkan kepalanya ke sudut ruangan disebelah kirinya. Ia mendapati seseorang yang baru saja memanggil namanya disertai lambaian tangan.

Minho berjalan kearahnya lalu duduk dihadapan orang itu. "Hey CB97" sapa Minho.

Mereka berdua lantas terkekeh. "Haruskah memakai nama samaran, Chan hyung?"

Bangchan menggeleng sambil terus tertawa pelan. "Tidak perlu, Lee Know-ssi"

Minho merotasikan bola matanya. "Tapi kau memanggilku dengan nama itu" kesalnya.

"Kenapa? Kau kan masih suka turun langsung"

"Tapi kan ada kau, seorang kepala kepolisian"

Bangchan terkekeh lagi. "Lantas?"

"Kau bisa menghapus bukti-bukti pekerjaanku"

Fyi. Minho dan Bangchan ini selalu bekerja sama. Setiap hal yang dikerjakan Minho itu semuanya berkaitan dengan tugas-tugas Bangchan sebagai seorang polisi. Ia akan meminta bantuan Minho untuk bergerak cepat sekalipun itu cara yang sedikit kotor. Yah, walaupun sisanya Minho suka bertindak sendiri dengan mengambil sisa-sisa uang ataupun barang berharga milik korbannya itu. Terlebih dulu itu mereka terbentuk sebuah kelompok yang beranggotakan Bangchan, Minho dan Hyunjin. Namun karena suatu alasan mereka memutuskan untuk berpencar. Mendengar kedua temannya masih melakukan hal seperti itu, Bangchan memutuskan untuk masuk kedalam kepolisan guna melindungi kedua temannya itu.

"Sudahlah, mana bukti yang kau dapat" Bangchan mulai membuka alasan utama mengapa mereka bertemu.

Minho mengangguk, ia mengambil sebuah amplop cokelat besar lalu menyerahkannya pada Bangchan.

ᴅᴇᴍᴇᴀɴᴏʀ [ᴍɪɴsᴜɴɢ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang