XVI

3.8K 556 20
                                    




"Untuk apa kau menciumnya?!" Kesal Minho. Ia menatap Jisung yang kini dengan santainya terduduk di lantai beralaskan karpet tebal. Wajahnya menengadah menatap Minho yang tengah berdiri sembari menatapnya.

Mereka telah berada dirumah. Setelah memberikan sebuah bukti pada Bangchan Minho segera kembali. Bahkan selama diperjalanan tidak ada yang berbicara.

"Aku penasaran" jawabnya santai.

Minho membulatkan matanya, ia duduk disebelah Jisung. "Hanya karena penasaran?"

"Aku penasaran rasanya berciuman dengan seorang wanita"

Minho berdecih. "Ck. Apa-apaan dengan jawabanmu itu"

"Kau melakukan kesenanganmu disela-sela pekerjaan yang kau lakukan, lalu apa aku tidak boleh ikut merasakannya?!" Nadanya meninggi, pandangannya tidak lagi menatap kearah Minho. Ia menatap kelayar televisi yang tidak menyala sama sekali.

"Kesenangan apanya yatuhan, ap- AHHH!!"

Jisung sedikit terkejut begitu Minho berteriak. Ia menatap bingung kearah lelaki disebelahnya itu. "Kau cemburu, kan?!"

Yang tadinya nampak kesal, kini lelaki itu justru tersenyum menyebalkan dimata Jisung.

Jisung menggeleng menanggapi, alisnya terangkat sebelah guna memasang wajah yang lebih menyebalkan. "Percaya diri sekali"

"Hal wajar ketika orang tampan sepertiku merasa percaya diri"

Jisung berdecih, ia menatap sinis kearah Minho.

"Kau cemburu, kan?"

Jisung kembali menggeleng. Namun Minho tidak menyerah begitu saja.

"Baiklah, jika tidak ingin mengaku juga aku akan mencium dirimu!" Ancamnya.

Jisung agak memundurkan wajahnya begitu Minho mendekatkan jarak diantara mereka. Ia menatap waspada kearah lelaki yang tengah mendekatkan dirinya itu.

"Ck! Berhentilah mencari uang dengan cara itu!"

Minho memundurkan wajahnya begitu Jisung bersuara. Kalimat Jisung barusan membuat dia menatap heran kearahnya.

"Bukankah sama saja?" lanjutnya.

"Apanya yang sama?"

"Mmm.... Hal yang dilakukan ibumu hingga membuatmu kesal dan kabur dari rumah, bukankah tidak jauh berbeda dengan apa yang kau tekuni saat ini?" 

Minho terdiam, ia hanya menatap Jisung begitu lama. Jisung pun tidak bersuara lagi. Mereka hanya saling tatap, hingga akhirnya Minho berdiri. "Sudah malam, waktunya untuk tidur" lalu beranjak begitu saja meninggalkan Jisung sendirian disana.




.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Pagi ini hanya ada kesunyian di meja makan. Minho yang hanya meminum segelas teh hangat, sedangkan Jisung yang tengah melahap sandwich yang ia buat.

Jisung menatap Minho yang fokus pada ponselnya sembari menyeruput teh yang tadi dibuat oleh lelaki itu sendiri. Minho sama sekali belum menyentuh sandwich yang Jisung buat untuknya.

"Kau tidak akan memakannya?"

Minho melirik Jisung sekilas lalu mengambil sandwich yang sedari tadi ia abaikan. Ia melahapnya sedikit lalu meletakkannya kembali ditempat tadi.

"Cih, menyebalkan"

Jisung segera beranjak. Ia tidak terlalu suka melihat orang yang malah sibuk memainkan ponselnya disaat sarapan.

ᴅᴇᴍᴇᴀɴᴏʀ [ᴍɪɴsᴜɴɢ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang