Chapter O1

18.5K 1.1K 129
                                    

"Hei, kau baik-baik saja?" suara berat itu menyapanya, kembali menariknya dari lamunan panjang.

"Uh, ya?" dia terkesiap, lagi.

"Kau baik-baik saja, Sakura?"

"Oh, tentu."

"Bagus. Tapi ini bukan yang pertama kalinya aku melihatmu diam seperti ini."

Kedua alis Sakura dibuat berkerut sengit, mencoba menantang obsidian segelap malam yang ada di seberangnya. "Apa aku kelihatan berbohong?"

"Tidak. Aku hanya bertanya."

"Sakura baik-baik saja, Sayang. Kau malah membuatnya jadi marah sekarang, lihat." suara lembut yang berasal dari mulut wanita cantik di sampingnya mengudara.

Tangan mulus wanita cantik itu mengelus sepanjang surai milik Sakura lembut, jari-jarinya bergerak teratur. "Tapi benar kata Sasuke. Apa kau baik-baik saja, Sakura? Kau terlihat pucat," tanyanya yang nampak mulai ikut khawatir.

Sakura lantas tertawa, menggeleng kecil. "Aku baik, Hinata. Wajahku memang seperti ini."

Pandangan Sakura kembali memindai seluruh sudut ruangan. Ruang tamu mewah elegan, telah berubah menjadi manifestasi kapal pecah sejak beberapa jam lalu. Pesta prom yang meriah. Sakura tidak bisa melewatkan malam ini sekarang, malam terakhirnya sebagai siswi sekolah menengah atas.

Dengan kaku, Sakura menuangkan champagne lagi ke dalam gelasnya yang telah kosong dan kering. Ini adalah yang kedua kali ia menghabiskan minuman beralkohol, sementara pemuda yang duduk di seberang sana terus mengamati dirinya yang tengah mengangkat gelas dan menenggak minuman sampai tandas.

Dia terus memerhatikan, dalam tatapan gelap penuh peringatan. Dan Sakura menyadarinya. Tidak ada kebahagiaan atas awal legalnya alkohol.

"Hinata. Bantu Ibu bawakan tart ini, Nak."

"Tentu, Ibu. Aku datang." suara Hinata kembali memacu otaknya untuk terus menatap gadis itu yang kini sudah berlalu pergi ke arah sumber suara.

Beberapa detik kemudian, ruang tamu berubah ramai. Semua orang lantas berteriak kegirangan melihat Hinata kembali membawa satu nampan berisi potongan pudding cokelat yang menggugah selera. Disusul dengan seorang wanita paruh baya yang juga membawa berbagai macam dessert.

"Mana bagianku, Bibi Mikoto yang cantik."

Si wanita paruh baya memberengut, menepuk pelan belakang kepala pemuda pirang yang sudah seenak jidat main menyerobot untuk menjadi yang pertama memasukan potongan kue ke dalam mulut. "Dasar, Naruto. Pelan-pelan. Kalau tersedak tahu rasa."

Dia adalah yang paling hiperaktif. Dia adalah Naruto Uzumaki. Salah satu temannya. Sakura tersenyum, turut menggeleng tak habis pikir melihat tingkah teman prianya yang urakan.

"Kenapa tidak dimakan?" suara wanita yang merupakan satu dari beberapa dokter paling cergas dan telaten di Chicago itu kembali menarik perhatian Sakura yang diam.

"Uh ... Sebenarnya, aku sedikit pusing," jawab si gadis. Entah berpura-pura atau jujur karena terus terang kepalanya memang sudah mulai berat.

"Kau pusing, Nak?" Tangan halus Mikoto mulai meluncur di sepanjang permukaan dahinya. "Kau terlalu banyak minum champagne. Kemari," kata wanita paruh baya tersebut hangat, memberikan pijatan lembut pada kepalanya.

Sakura terdiam untuk beberapa saat, menikmati sentuhan terampil Dokter Mikoto yang meredakan sedikit pusingnya. "ini ... sungguh ... aku tidak apa-apa."

Semua teman-temannya masih berpesta, tentu saja. Malam meriah, pesta prom di musim dingin. Remaja berumur sembilan belas tahunan yang sama seperti dirinya jelas takkan melewatkan malam kebebasan ini secara cuma-cuma. Semuanya bergembira penuh sukacita, melupakan masa yang telah lalu dan memulai kehidupan baru diawali dengan sensasi menyenangkan.

UntitledTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang