2. Perdebatan Kecil

3.4K 388 28
                                    

Kelas telah usai

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kelas telah usai. Semua mahasiswa masih berada di lingkungan kampus dengan kegiatannya masing-masing, termasuk diriku.

Aku tengah berjalan menelusuri koridor untuk menuju kantin. Namun langkahku terhenti tatkala melihat Jeon tengah bermain basket bersama teman-temannya di lapangan. Melihat Jeon berpeluh keringat membuatku berinisiatif untuk membelikannya minum.

Setelah membeli air minum untuknya, aku kembali menuju lapangan dan berhenti pada kursi yang terletak di lapangan tersebut.

Permainan basketnya berhenti sejenak. Jeon dan teman-temannya memberi ruang untuk mengumpulkan kembali tenaga mereka. Aku terperanggah saat Jeon melihat ke arahku. Dia tersenyum, manis sekali.

Seraya membalas senyumnya, aku mulai mendekati keberadaan cowok bergigi kelinci itu. Namun, aku mendadak memberhentikan langkahku, tatkala aku tahu ternyata sorot kedua manik Jeon bukan kepadaku, melainkan karena ada Soora.

Terdiam, bibirku seakan kelu, kedua sudut di bibirku mulai menurun. Aku mendatarkan pandanganku ke arahnya dengan botol minum dalam genggamanku. Aku segera berbalik dan berjalan untuk memasuki kelas.

“Bitna?”

Suara itu terdengar, suara Jeon memanggil namaku. Berlalu menghela napas, aku terdiam. Rupanya dia tahu keberadaanku. Mencoba untuk mebalikkan tubuh ke arahnya dengan senyuman di bibirku, aku menoleh.

“Sini, temani Soora untuk menyemangatiku bermain basket.” Jeon mengatakan hal itu tanpa beban.

Oh tuhan, rasanya aku ingin pergi saja dari lapangan detik itu juga.

Ragu aku lakukan. Akhirnya aku melangkahkan kakiku dengan wajah datar untuk mendekat ke arahnya.

Lalu Jeon melirik botol dalam genggamanku, “Untukku, ya?”

Melirik ke botol dalam genggamanku juga, mataku membulat, mencoba menepis pertanyaan Jeon, “Ini? bu-bukan. Ini untuk-”

“Pasti untukku. Terima kasih, kau ini perhatian sekali,” tutur seorang cowok yang memotong perkataanku.

Pria bermata sipit dengan gaya kerennya menyahut tiba-tiba botol yang ada di genggamanku. Pria itu, Kak Jimmy.

Terkekeh samar dengan mencoba seperti biasa, aku menimpali, “Ah iya, itu untukkmu.” Aku tersenyum kikuk saat Kak Jimmy telah selesai menenggak minuman yang tadi kubawa.

Kembali memberikan botolnya padaku, Kak Jimmy tersenyum manis, “Kau harus duduk disitu dan menyemangatiku, ya!” Ia berbicara sambil menunjuk kursi yang bersebrangan dengan lapangan.

Aku mengangguk sembari mematri senyum tipis. Namun, pandanganku teralihkan untuk melihat ke arah Jeon yang tengah terdiam menatapku juga. Detik itu juga Jeon mengalihkan pandangannya untuk berbicara kepada Soora.

Aku hanya menghela napas samar. Mempertanyaakan pada diriku kenapa suasananya jadi seperti ini, tidak seperti biasanya. Aku coba menepis pikiran buruk itu, dan mulai melangkahkan kaki menuju kursi sebrang lapangan, diikuti oleh Soora.

[✔] 𝑨𝒅𝒎𝒊𝒓𝒆Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang