22. Sebuah Janji

2.6K 314 51
                                    

BITNA P

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

BITNA P.O.V

Mengembuskan napas pelan, hatiku sedikit menghangat tatkala menikmati angin sore sambil makan eskrim—sendiri, hehe. Jomblo banget, 'kan?

Itu satu-satunya cara yang membuatku sedikit lebih baik. Sehabis pulang kuliah, aku mengatakan pada Vee bahwa aku akan pulang sendiri dengan alasan ada yang ingin aku kerjakan. Dan yang aku kerjakan adalah main ke taman Dosan sambil makan eskrim.

Tidak ada lagi selain itu. Pun aku sedikit lega karena pada akhirnya Kak Suga mau berbicara padaku, dan dia memaafkanku. Cowok putih itu juga melakukan hal yang sama, dia meminta maaf padaku, dan tentu aku memaafkan dengan sepenuh hati.

Perihal Jeon, aku tidak tau, aku hanya mencoba menghilangkan cinta yang di katakan salah untuknya. Aku menghindar karena semua perasaan berkecamuk di dalam benak-ku. Aku ingin marah padanya, namun aku tidak memiliki alasan untuk hal itu. Aku mencintainya, namun itu salah.

Baru saja aku ingin kembali menyantap eskrimku, tiba-tiba datang sesosok manusia sejenis Vee dan Jeon, siapa lagi kau bukan Kak Jimmy.

“Aku mencarimu, ternyata kau di sini,” ucap cowok sipit itu dengan napas terengah. Kak Jimmy mulai memposisikan dirinya untuk duduk di sampingku.

Pun aku hanya menatapnya bingung, kenapa tiba-tiba dia mencariku?

“Kenapa?” tanyaku.

Kak Jimmy mencoba mengatur nafasnya, terdiam sepersekon berlalu menatap ke arahku. “Kau tak apa?”

Refleks sebelah alisku terangkat, menatapnya dengan tatapan bingung. “Seperti yang kau lihat,” ucapku akhirnya. Aku kembali menatap lurus ke depan.

Kenapa tiba-tiba?

Tidak ada jawaban, Kak Jimmy justru ikut terdiam. Hal tersebut membuatku membuka suara, “Ngapain ke sini?”

Kepalaku menoleh, sangat terlihat raut wajah Kak Jimmy tidak seperti biasa. Dia terdiam sembari menggigit bibir dalamnya.

“Sana pulang, aku ingin sendiri!” lanjutku. Pun aku mulai menyantap sesendok eskrim yang tadi sempat tertunda.

“Ya sudah, aku temani,” balas Kak Jimmy akhirnya, bibirnya menyunggingkan senyum tipis.

Aku menghela napas, Kak Jimmy tidak jauh beda dengan Vee, yaitu sama-sama tidak jelas jika berbicara dengannya. Namun, tiba-tiba aku kepikiran akan suatu hal. “Siapa yang menyuruhmu mencariku?” tanyaku yang mulai kembali menatap wajahnya.

Tentu saja aku kepikiran akan hal itu, lagipula kenapa juga tiba-tiba Kak Jimmy mencariku? Perintah Kak Suga? Tidak mungkin.

Perintah Jeon? Ck, lebih mustahil lagi.

Vee? Akan hujan air panas kalau sampai kakakku yang menyebalkan sedunia itu meminta Kak Jimmy mencariku.

“Tidak ada, ku dengar kau putus dengan Suga, jadi aku hanya memastikan keadaanmu,” ujar Kak Jimmy, kepalanya sedikit mengangguk-angguk kecil seraya menatap ke arahku.

[✔] 𝑨𝒅𝒎𝒊𝒓𝒆Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang