29. Upset

2.3K 319 161
                                    



Beberapa minggu telah di lalui

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Beberapa minggu telah di lalui. Tidak ada yang berubah, semua tetap sama. Termasuk hubunganku dengan Jeon.

Walaupun begitu, kelinci tengik itu tetap meluangkan waktunya untuk-ku. Mungkin lebih banyak di banding sebelumnya atau saat masih kuliah. Pasalnya setiap pagi—sebelum berangkat ke kantornya, Jeon selalu menyempatkan ke rumahku. Cowok kelinci itu hanya mengatakan ingin berangkat bersama Vee. Aku hanya ber-Oh ria. Namun, jelas saja tak masuk akal, kantor Jeon dan Vee tentu berbeda arah.

Ck, Jeon bodoh sekali dalam berbohong.

Seperti halnya pagi ini. Setiap orang memiliki suatu siklus dimana tubuh atau bahkan pikiran terasa sangat lelah. Enggan untuk melakukan hal apapun, atau dapat di sebut juga dengan malas gerak.

Aku masih nyaman dengan ranjangku, tetapi Jeon datang mengetuk keras pintu kamarku tanpa berpikir. Membuatku lekas beranjak untuk membukakannya pintu. Bukan apa-apa. Pasalnya kelinci tengik itu menyebalkan sekali, membuat tidurku terganggu dengan suara bising yang ia ciptakan dari ketukan pintu. Dan jangan lupakan suaranya yang teramat melengking membuatku mencebik sebal.

“Astaga! Benar-benar kau, ya! Ini sudah pagi, aku mau berangkat ke kantor dan kau belum bangun! Sungguh, Na!” Jeon meracau tak jelas, sangat terdengar dari belakangku yang tengah mencoba untuk kembali berjalan menuju ranjang.

Ini dinamakan Jeon tertular cerewetnya Vee.

“Pasti tidak ada Ayah dan Ibu makanya kau berani membuat kebisingan di rumahku!” sergahku menatap malas ke arahnya, menyandarkan punggungku pada kepala ranjang. Aku kembali memejam.

“Tidak! Ibu ada di-” pun aku merasakan sebuah bantal menghantam wajahku, “Kenapa kau kembali tertidur, eoh?” omel Jeon dengan netra yang membulat.

Membuka pelupuk mataku, aku meremat gemas suraiku yang masih berantakan, menggeretakkan rahang seraya menatap gemas ke arahnya, “Ya! Aku masih mengantuk tau! Semalam aku tidak bisa tidur. Lagipula apa hubungannya aku denganmu yang ingin berangkat ke kantor? Aku tidak memintamu untuk ke datang rumahku, eoh!”

Baiklah, aku tidak dapat mengontrol emosiku pagi ini. Kelinci tengik itu berhasil membuatku marah. Dan sekarang aku mendadak terdiam, melipat bibirku seraya menunggu reaksi Jeon. Tiba-tiba aku merasakan diriku menegang karena sudah memarahinya.

Tanpa di duga Jeon terkekeh remeh, aku kira dia akan marah. Kepalanya menggeleng samar, “Sst, jaga kata-katamu, Singa betina! Atau aku akan-”

“Atau apa, huh?” sergahku memotong perkataan Jeon. Ingin mengajak perang rupanya dia ini!

Jeon terdiam, mata bulatnya menatapku tanpa reaksi apapun. Namun terlihat, Jeon menelan susah salivanya, kemudian kelinci tengik itu justru beranjak. “Aku tunggu di bawah!”

[✔] 𝑨𝒅𝒎𝒊𝒓𝒆Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang