30. Fracture

2K 298 136
                                    

HALLO WELCOME! siap-siap ya, roller coasternya bakal menemukan tikungan dan jalan berundak, kemarin kan sempet berada di jalan lurus tuh. Wkwk.

Apa tadi aku sudah kelewat batas terhadap Jeon?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Apa tadi aku sudah kelewat batas terhadap Jeon?

Entahlah. Aku menyuarakan apa yang ada di dalam benak-ku.

Aku teramat gemas akibat rasa cemburu yang membara di hati, sehingga menghasilkan aku berbicara dengan gusar terhadapnya. Pun saat ini Jeon tengah menatapku dengan tatapan bingung di iringi netranya yang membulat serta bibirnya yang sedikit terbuka.

“Oh itu,” sahut Jeon akhirnya, dengan bicaranya yang teramat santai.

APA? Hanya itu responnya?

Aku menunggu beberapa sekon untuk mendengar jawabannya. Namun, Jeon hanya menjawab itu?

Membuatku terdiam sejenak. Aku mendatarkan wajahku seraya mencoba menahan sebuah perasaan ingin menerkam wajahnya itu, “Kenapa kau memintaku ke sini padahal kau selalu ada yang menemani jika jam makan siang?” tanyaku dengan senyum terpaksa.

“Tak apa, dia hanya menemaniku minum kopi. Kalau makan siang ya bersamamu, tak apa, 'kan?” sahutnya di sela kunyahan.

Aku mencebik sebal, meneguk susah salivaku tatkala kerongkongan ini mendadak mengering, “Kata karyawanmu, wanita itu tidak masuk daftar buku tamu,” sindirku pelan.

Jeon yang tengah mengunyah pastanya itu mendadak tersedak, berlalu jemarinya meraih botol minum berisi jus wortel yang tadi ku bawa. Pun ia menenggaknya rakus.

Baiklah, jika sudah seperti ini, aku teramat paham dengan jawabannya. Mungkin seperti dugaanku perihal wanita itu. Lagipula itu hak Jeon, 'kan?  Aku hanya bisa tersenyum miris dalam hati.

“Wanita itu ... Aku tidak bisa memberitahumu, aku takut kau marah,” Jeon bersuara setelah selesai dengan tersedaknya, sempat terdiam beberapa sekon seperti tengah memikirkan apa yang harus di katakan.

“Ya sudah, aku mau pulang!” ucapku akhirnya.

Lekas aku membalikkan tubuhku tatkala mendengar perkataan Jeon yang sudah menjawab dugaanku. Melangkahkan kaki mendekati pintu keluar ruangan Jeon, menghiraukan kelinci tengik yang masih terduduk di tempatnya.

Hingga beberapa langkah aku berjalan mendekati pintu. Seketika aku menghentikan langkah tatkala teringat kalau pintu tersebut terkunci. Kembali, aku membalikkan tubuhku, menatap cowok kelinci itu yang masih terdiam. “Buka pintunya, Jeon!” titahku datar.

Di luar dugaan, iras kelinci tengik itu kembali seperti biasa. Ia kembali meraih kotak makanan itu dan berlalu menggulung pastanya, “Aku makan siang dulu, Na. Nanti aku antar pulang, ya,” ujarnya kelewat santai.

Jeon yang berlaga santai seperti itu justru membuatku gemas.

Gemas ingin mengacak wajahnya.

“Tidak perlu! Aku pulang naik taksi. Cepat buka!” pun aku masih mencoba mengendalikan nada bicaraku se-pelan mungkin, seakan tidak terjadi apapun tatkala aku tau kalau ternyata selalu ada yang mengunjungi Jeon setiap jam makan siangnya.

[✔] 𝑨𝒅𝒎𝒊𝒓𝒆Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang