26. Jealous

2.3K 326 123
                                    

Mengerjap beberapa kali, aku sedikit merasakan tidurku terganggu akibat rungu-ku di usik oleh sebuah suara—entah dari mana asalnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mengerjap beberapa kali, aku sedikit merasakan tidurku terganggu akibat rungu-ku di usik oleh sebuah suara—entah dari mana asalnya. Awalnya aku abaikan, karena benar-benar masih ingin tidur. Sampai akhirnya aku sedikit menangkap sebuah siluet dari balik celah mataku dan membuatku membuka pelupuk mataku perlahan.

Berlalu aku menggosok pelupuk mata-ku, masih terasa berat akibat semalam menangis. Pun aku terkejut saat mendapati seseorang tengah menatapku dengan wajah polosnya—dan menyebalkan.

“Bangun juga akhirnya,”ucapnya pelan.

“Ya! Apa yang kau lakukan, Jeon?” tanyaku sedikit mendecak. Hei! Ini masih pagi, dan anak kelinci tengik ini sudah berada di kamarku? Oh, tuhan.

“Kuliah, Bitna, kau mau membolos hari ini?” tanya Jeon dengan alis yang saling bertautan, ia membenarkan posisi duduknya.

Pun aku membawa tubuhku untuk duduk, mengusap pelupuk mataku agar dapat melihatnya dengan jelas, “Masih pagi, ya tuhan!” rengekku frustasi.

Jeon hanya cekikikan beberapa sekon, seketika terdiam lalu menatapku, “Kenapa semalam kau pulang lebih dulu? Aku mencarimu,” tanyanya.

Aku terdiam, berpikir sejenak, mengingat-ingat kejadian semalam. Ah iya, aku pulang lebih dulu saat di acara Kak Jyno. Aku meminta Vee untuk mengantarku pulang dengan alasan aku mengantuk. Memang, aku lekas pulang tanpa pamit lebih dulu pada Jeon.

“Aku mengantuk,” sahutku akhirnya.

Kelinci tengik itu justru menautkan alisnya, ia menyipitkan netranya seraya menatapku curiga.

“Apa? Aku benar-benar mengantuk tau!” sergahku sebelum Jeon bersuara. Lagipula kenapa dia menatapku seperti itu?

Lantas Jeon mengangguk pelan, kemudian ia mengalihkan pandangannya ke arah lain, “Jangan cemburu! Gadis semalam itu bukan siapa-siapa,” tukasnya, kembali ia menatapku.

Hah bagaimana? Jeon ini titisan apa sebenarnya? Dan kenapa sangat percaya diri?

Aku terdiam, kerongkonganku mendadak tercekat. Aku tidak habis pikir bahwa Jeon akan berpikir tentang hal itu, “Ya tak apa, maksudku-” henti-ku terbata. Sungguh, aku mendadak salah tingkah.

“Itu sepupunya kekasih Kak Jyno, Papa hanya memperkenalkan-ku, tidak ada hal lain, jadi kau jangan cemburu sampai pulang lebih dulu seperti itu!” ujar Jeon, ia tersenyum ke arahku seraya menaik-turunkan alisnya.

Kembali aku bergeming, jika harus bersuara pasti akan terbata. Karena sekarang jantungku benar-benar berdegup kencang. Jeon ini sangat percaya diri. Namun, ya— memang benar yang ia katakan.

Sejujurnya aku mengundurkan diri lebih dulu dari pesta karena hal itu. Masalahnya hanya satu, hatiku mengganjal tatkala melihat pemandangan tersebut. Iya, aku mengaku, kalau aku cemburu. Daripada membuat suasana hatiku semakin tidak enak, jadi aku memilih untuk mengundurkan diri. Dan sekarang sedikit lega, karena Jeon memberitau yang sebenarnya.

[✔] 𝑨𝒅𝒎𝒊𝒓𝒆Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang