35. Speechless

2.4K 327 192
                                    

Kalem guys, jangan tegang.

Tapi saya yang tegang:)

Kembali aku mengalihkan pandangan ke depan, menatap Kak Jimmy yang kini tengah berjalan mendekat ke arahku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kembali aku mengalihkan pandangan ke depan, menatap Kak Jimmy yang kini tengah berjalan mendekat ke arahku. Pun aku hanya bisa diam. Kendati demikian banyak sekali pertanyaan di dalam benak, membuatku terserang pening secara tiba-tiba.

Dia tersenyum, dan aku hanya terkekeh kikuk.

“Astaga! Kau cantik sekali malam ini. Sepertinya bunga yang aku bawa, menjadi layu seketika,“ ujar Kak Jimmy membuka suara. Presensinya kini tepat berada di hadapanku, seraya tangannya menyodorkan buket bunga yang ia bawa.

Ck, pasti dia berbohong! Padahal malam ini aku tidak bersolek seperti biasanya.

Lantas jemariku menyahuti buket bunga itu, berlalu menunduk kikuk dengan mematri senyum tipis. “Terima kasih, Kak,” sahutku.

Keadaan menghening beberapa sekon, sampai terdengar deheman dari Alien si sebelahku. Ku lihat Kak Jimmy menggaruk kepalanya kikuk, sesekali netranya bersitatap dengan Vee.

“Ayo!” ucap Kak Jimmy tiba-tiba.

Namun, aku tidak langsung merespon. Aku hanya terdiam sejenak seraya menatap ke arahnya. Ku yakin Kak Jimmy mengerti, berlalu ia menghela napasnya.

“Kata Vee, seharian ini kau tidak keluar kamar dan hanya menangis, benar begitu?” tanya Kak Jimmy, tersirat raut wajah tak enak dari irasnya saat mengatakan hal tersebut.

Melipat bibirku ke dalam, aku mencoba seperti biasa. “Kau percaya dengan Alien ini?” balasku seraya menunjuk Vee dengan daguku.

Kembali Kak Jimmy menggaruk kepalanya, ia terkekeh kikuk. “Aku tidak tau, tapi kan dia tinggal bersamamu.”

Pun aku hanya berdehem.

“Lama! Cepat tutup matanya!” titah Vee. Alien tengik itu tengah mencari sesuatu di saku celananya, berlalu berpindah di jaket jeans yang ia kenakan.

Aku hanya menoleh ke arahnya bingung. Sampai akhirnya Vee mengeluarkan sebuah kain dari saku jaketnya. “Apa-apaan ini?” tanyaku was-was.

Kalau Vee ikut campur tangan, pasti tidak beres. Alien tengik itu mengeluarkan sebuah kain, berlalu ia sedikit menarik tubuhku untuk menghadap ke arahnya. Pun ia ingin menutup mataku dengan kain tersebut, namun aku lekas menghindar.

“Tidak! Aku tidak mau!” sergahku seraya menundurkan langkah.

Ku lihat Vee mendecak, ia memutar bola matanya malas. “Na, ikuti saja! Kita hanya ingin menghiburmu. Setidaknya kau hargai Jimmy yang sudah datang ke sini,” ucapnya pelan namun dengan penuh penekanan.

Mendengar hal tersebut aku terdiam, berlalu menatap Kak Jimmy yang juga ikut terdiam. “Tapi tidak aneh-aneh, ‘kan?” tanyaku, aku menelan saliva tatkala merasakan kerongkongan ini mendadak mengering.

[✔] 𝑨𝒅𝒎𝒊𝒓𝒆Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang