17. Pulang

2.3K 283 31
                                    

Aku sudah terduduk sempurna di dalam mobil Kak Suga, setelah selesai dengan urusan datang bulanku tadi di kamar mandi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku sudah terduduk sempurna di dalam mobil Kak Suga, setelah selesai dengan urusan datang bulanku tadi di kamar mandi. Aku sempat mencari Jeon untuk mengembalikan kemejanya, tetapi sepertinya kelinci besar itu sudah pulang.

Baiklah, aku akan mengembalikannya nanti.

“Sepertinya tadi aku tidak melihatmu memakai kemeja itu?”

Pun aku menoleh, menatap Kak Suga sebagai orang yang melontarkan perkataan itu. Aku berdehem sejenak, berlalu melirik kemeja yang masih terlilit sempurna di pinggangku. “Iya, ini punya Jeon,” cicitku.

Ku lihat kerutan samar hampir tak kentara tercetak didahi putih Kak Suga, ia membasahi bibir bawahnya berlalu kembali bertanya. “Kok bisa?”

Lantas aku terkekeh kikuk, bingung juga dengan apa yang harus aku katakan. Tidak mungkin aku menceritakan kepadanya dari awal saat Jeon memelukku, “Aku meminjamnya, untuk menutupi datang bulanku,” ucapku seraya menggaruk kepala yang tak gatal sama sekali.

Aku tidak berbohong, 'kan?

Kak Suga mengangguk, kedua mata sipitnya masih fokus dengan jalanan. Tidak ada sepatah kata lagi yang keluar dari mulutnya, cowok putih itu tengah fokus dengan kegiatan menyetir untuk menuju rumahku.

Begitu pun aku, pikiranku tengah berkelana melayang entah kemana, memikirkan perlakuan Jeon yang teramat tak terduga.

Kau tau, justru aku merasa bersalah padanya, sebab Jeon masih berlaku baik padaku padahal aku sedang berusaha mengabaikannya.

Aku mengerti sekarang, sehebat apapun pertengkaran antar sepasang sahabat yang sudah terjalin sejak kecil. Namun tetap, rasa peduli tidak bisa menghilang begitu saja.

Haha, sahabat ya?

Sepersekon aku terperanggah tatkala mobil Kak Suga mendadak berhenti, lantas aku mengedarkan pandangan ke sekitar dari dalam mobil dan ternyata sudah sampai rumahku.

Membuka sabuk pengaman, aku mempersiapkan diri untuk turun dari mobil Kak Suga. “Terima kasih ya, Kak,” ucapku seraya tersenyum, menatap cowok putih yang tengah terdiam di sampingku.

“Kak?” Kak Suga menaikan sebelah alisnya, seraya melontarkan satu kata yang terdengar seperti pertanyaan. Hal tersebut membuatku mengangguk mengiyakan, kendati demikian aku bingung dengan ekspresi wajahnya.

Kak Suga justru terdiam, membuatku berpikir apa maksud dari perkataannya itu. Pun aku bertanya ragu dengan sedikit menundukkan kepala. “Terus aku harus memanggilmu apa?”

Huh, terkadang aku masih kaku saat berbicara dengannya.

“Sayang.” balasnya kelewat santai.

Oh tuhan, ingin rasanya aku tertawa. Sungguh, itu sangat menggelitik.

Lantas aku mengulum senyum, lebih tepatnya menahan tawa, berlalu aku memberanikan diri menatap mata sipitnya itu, “Okey, baiklah.”

[✔] 𝑨𝒅𝒎𝒊𝒓𝒆Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang