PP-02

12.8K 528 12
                                    

*****

Pesta pernikahan berlangsung meriah. Nadira sudah lelah bersandiwara. Harus tersenyum pada semua orang dan terlihat bahagia. Dia sebenarnya sudah muak dengan semua ini. Tapi dia bukan Nadilla yang bisa melawan kehendak orang tua mereka. Sejak kecil dia tidak pernah memiliki keberanian seperti itu.

"Capek?" Tanya Rilian, pria yang saat ini sudah menjadi suami dari Nadira. Pria itu tampan, tentu saja. Tapi, tetap saja terasa berbeda karena Nadira tidak memiliki secuilpun cinta untuknya.

Nadira mengangkat bahu dengan tak acuh, "capek itu wajar, kan?" Tanyanya datar.

Rillian terkekeh, dia meminum tequila dengan sekali teguk. Membuat Nadira menelan ludah.

"Aku ke sana dulu, kamu nikmati saja waktumu sendiri," ujar pria itu dan meninggalkan Nadira begitu saja seperti orang bodoh.

Nadira menggerutu, dia ke meja yang menghidangkan banyak makanan, mengambil kue-kue dan berlalu dari sana. Tak peduli dengan gaun pengantinnya yang merepotkan.

Setelah pesta usai, Nadira juga sudah berganti pakaian. Mereka makan malam dengan seluruh keluarga. Tidak ada yang menbahas absennya Nadilla. Karena tidak mau malu, Harry Aurelie meminta keluarga Irawan untuk mengganti posisi Nadilla dengan Nadira. Syukurlah mereka tidak keberatan, toh kedua gadis itu kembar dan sama saja bagi mereka.

"Setelah ini kalian akan tinggal di mana, Yan?" Tanya Harry pada Rillian.

"Aku sudah memiliki apartemen sendiri. Itu tergantung pada Dira, apakah dia mau tinggal di sana atau tidak, aku tidak masalah," kata Rillian datar.

Nadira mendengus. Sejak awal dia tahu, jika pria bernama Rillian Xander Irawan itu adalah seorang sialan dan arogan juga tidak pedulian. Dia bahkan yakin, jika pria itu juga tidak peduli akan cinta. Dalam hati Nadira bersyukur karena kakaknya tidak menikah dengan pria itu.

Pria dingin tidak berhati, rutuk Nadira.

Harry terkekeh, "tentu saja Dira akan ikut kemana suaminya pergi, iya kan, Dira?"

Dira tersenyum paksa. Memangnya dia memiliki opsi lain?

"Kalau begitu, kami akan tinggal di apartemen."

"Apa kalian tidak mau bulan madu dulu?" Tanya Tasya antusias.

"Tidak," jawab Nadira dan Rillian berbarengan.

Semua mengerjap memandang dua orang itu.

Harry tertawa paksa guna menghilangkan suasana canggung, "tentu saja, hal itu bisa di lakukan kapan-kapan," katanya.

Terserah papa saja deh, pikir Nadira jengkel.

*****

"Rillian, tunggu! Kita perlu bicara!" Seru Nadira ketika mereka baru saja sampai di apartemen milik Rillian.

Rillian menghentikan langkahnya, menatap Nadira dengan alis terangkat, "ada apa?" Tukasnya tidak sabar.

Nadira mendesah, dia duduk di sofa dan menepuk tempat di sebelahnya.

Rillian mendengus, duduk di sebelah Nadira, "katakan dengan cepat, aku mau tidur."

"Dingin sekali," gumam Nadira.

"Apa kamu bilang?" Sentak Rillian.

Nadira mendesah panjang, "kamu tahu kan kalau kita menikah ini karena perjodohan. Apalagi awalnya kamu akan di jodohkan dengan kakakku, Nadilla."

Rillian memutar matanya, "bisa langsung ke intinya?"

Nadira mendelik pada pria yang empat tahun lebih tua darinya itu, "aku lugas saja. Aku tidak mencintai kamu. Jadi--"

Pengantin PenggantiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang