PP-38

6.4K 282 22
                                    

*****

Nadilla menatap tajam gadis yang berdiri di depannya. Dia sedang menyiapkan makan siang untuk dirinya sendiri saat pintu kontrakan terketuk dan rupanya itu adalah Tiara. Nadilla tidak tahu kenapa gadis itu datang padahal saat ini Dirly pasti masih di kantor ayahnya.

Dengan enggan, Nadilla mengajak tamu tak di undangnya itu masuk. Mereka duduk di atas karpet karena memang tidak ada sofa. Tiara memandang sekeliling ruangan dan mendengus, meremehkan. Oh, dia sudah tahu cerita tentang Nadilla, tentu saja. Dia tidak mengerti kenapa Nadilla kabur dari rumah dan meninggalkan semua kemewahan yang dia miliki. Bukan dari Nadira dia tahu, Nadira bahkan tidak mengetahui apa-apa tentang ini. Semua ini berkat Gian. Pria itulah yang selalu membantu dan mendukungnya.

"Ada perlu apa kamu datang? Karena kamu pasti tidak sedang mencari Dirly," ujar Nadilla.

Tiara berdecih, "tentu saja. Jika dia yang ingin aku temui, aku tidak akan datang di jam ini."

Nadilla mencoba untuk bersabar. Meskipun dia sangat ingin menendang Tiara keluar dari kontrakannya saat ini juga.

"Lalu?"

"Aku mencintai Dirly."

Nadilla tahu itu. Dia dan Tiara sama-sama perempuan. Jadi dia tahu jika gadis di depannya ini mencintai Dirly, suaminya.

"Aku tahu itu. Tapi dia suamiku dan kami saling mencintai," sahut Nadilla mencoba terdengar tegas.

Tiara menatapnya tak percaya, "aku tidak yakin. Aku percaya jika Dirly masih mencintaiku. Aku yang mengenalnya lebih dulu."

"Tapi aku yang dia nikahi," tandas Nadilla.

"Aku tidak percaya ini. Aku yakin kamu memaksanya," sinis Tiara.

Nadilla mendesah kasar, sungguh, saat ini kesabarannya benar-benar sedang di uji oleh Tuhan.

"Aku cuma mau mengatakan itu. Akan lebih bagus jika kamu segera pergi dari hidup Dirly sebelum dia meninggalkanmu," kata Tiara, dia berdiri.

Nadilla mengikutinya hingga di ambang pintu, "kamu yang harusnya pergi dari kami. Kamu cuma masalalu," katanya.

Tiara berbalik dan terlihat sekali jika gadis itu sedang marah.

"Masalalu katamu?" Bisiknya.

Nadilla mengangguk puas, oke, ada kepuasan tersendiri ketika dia berhasil memprovokasi Tiara. Gadis itulah yang membuat Dirly berubah.

"Iya, masalalu yang di sebut mantan," sambar Nadilla.

Wajah Tiara merah padam dan tiba-tiba dia langsung mendorong Nadilla hingga wanita itu jatuh terduduk.

Nadilla merasakan sakit yang teramat sakit saat ini. Namun dia mencoba untuk tidak berteriak.

Itu sulit.

"Jangan bicara sembarangan! Dia milikku! Camkan itu!" Bentak Tiara dan berlalu dari sana dengan marah.

Nadilla meringis, memegangi pinggangnya yang terasa seperti patah. Berusaha berdiri namun tidak kuat dan akhirnya dia melihat itu. Dengan wajah ngeri, Nadilla melihat genangan darah di sekelilingnya.

Nadilla pingsan.

*****

Nadira sedang mematut diri di depan cermin. Dia yang awalnya tidak peduli dengan penampilan, sekarang entah kenapa memiliki keinginan untuk sedikit merubah penampilannya. Dia tahu jika dia cantik, karena dia selalu melihat Nadilla dengan makeup nya sewaktu mereka masih tinggal bersama.

Pengantin PenggantiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang