PP-31

6.9K 219 7
                                    

*****

Harry Aurelie menggeleng kencang, merasa tak percaya dengan laporan dari orang suruhannya. Orang itu baru saja mengatakan jika saat ini putrinya, Nadilla, tengah hamil anak dari pria keparat yang menjadi suaminya itu. Kenapa dia bisa sampai kecolongan?! Padahal dia sudah menyewa banyak orang untuk mengawasi dua orang itu?!

Sekarang apa yang harus dia lakukan? Dia tidak akan pernah sudi memiliki cucu dari pria itu, selamanya!

Mengepalkan tangan, Harry melangkah pergi meninggalkan kantor. Dia mengemudi sendiri ke alamat yang sudah dia tahu.

kontrakan Nadilla.

Rumah kecil itu terasa sesak bahkan jika di lihat dari luar. Harry merasa miris. Kenapa Nadilla tidak pernah mau mendengarkannya sejak dulu? Sudah berapa kali dia katakan, jika pria pilihannya itu bukan pria baik? Tapi Nadilla tetap tidak mau percaya dan malah melarikan diri. Awalnya Harry cuma akan menunggu namun tetap mengawasi. Dia tidak pernah berpikir jika semuanya akan terjadi sejauh ini.

Nadilla keluar, dengan penampilan benar-benar seadanya dan perut yang sedikit membuncit. Putrinya itu terlihat lebih kurus dan pucat dari biasanya. Harry geram. Setidakbecus itukah pria itu mengurus putrinya?!

Ponsel Harry berdering, pria itu menjawab sambil matanya terus mengawasi gerak-gerik Nadilla.

"Apa?"

Helaan nafas jengkel, "Papa di mana? Mama datang bawain makan siang, tapi kata sekretaris Papa, Papa keluar."

Itu Tasya, istrinya. Entah apa yang harus Harry katakan pada wanita itu tentang ini. Tasya sangat menyayangi dan memanjakan Nadilla selama ini.

"Papa ada perlu sebentar..."

Nadilla kembali masuk dengan kantong belanjaan. Putrinya itu baru saja membeli bahan makanan di warung tidak jauh dari sana.

"Perlu apa sih, Pa..." Rengek Tasya.

"Iya, iya. Papa kembali. Tutup dulu, ya..." Saat ini memang lebih baik mengalah menurut Harry.

Telpon terputus dan Harry memutuskan untuk kembali ke kantor.

"Papa dari mana sih?" Keluh Tasya begitu Harry masuk ke ruangan dan duduk di sofa. Di atas meja, makanan sudah tersaji, "pasti sudah agak dingin. Papa sih malah pergi," ujar Tasya.

"Tidak masalah," sambar Harry, mulai makan dalam diam. Saat ini dia tidak berani menatap mata istrinya.

Tasya menyadari itu, "ada masalah?"

Harry menggeleng cepat, "tidak."

Kening Tasya berkerut, dia sudah menikah selama dua puluh satu tahun dengan Harry, jadi dia sudah paham segala tingkah suaminya itu. Dan saat ini Harry bertingkah mencurigakan. Seperti sedang menyembunyikan sesuatu.

"Ini agak pedas. Mama yang masak?" Tanya Harry, mengalihkan fokus Tasya.

Tasya mengangguk, "iya, mungkin Mama kebanyakan kasih lada."

Harry tersenyum, "tak masalah. Tidak akan buat sakit," katanya menenangkan.

Tasya cuma menggeleng geli dan mulai meminum jusnya. Praktis sudah melupakan apa yang baru saja dia lihat.

*****

Rillian menatap Nadira dalam diam ketika mereka makan malam. Ada banyak hal yang ingin dia katakan. Tapi dia bingung harus apa. Dia sebenarnya tidak tahu harus berkata apa. Dia cuma tidak tahan dengan suasana seperti ini.

Bahkan sampai Nadira menyudahi makannya dan berlalu dari sana, Rillian masih saja diam. Pertengkaran dengan gadis itu kemarin membuatnya pusing. Mereka sudah tidak bertegur sapa sejak saat itu. Membuat keadaan tidak nyaman, lebih dari yang sudah-sudah.

Pengantin PenggantiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang