*****
Nadira mengaduk-aduk makanannya. Tanpa berminat sedikitpun untuk makan. Beberapa hari ini dia kehilangan selera makan. Walaupun dia baru saja mendapat telpon dari sang Kakak yang tengah berada di Bali, hal itu tidak bisa memberikan semangat untuknya. Dia masih saja lesu.
"Nyonya tidak suka makanannya? Mau mbok masakin sesuatu?" Mbok Narti datang menawarkan diri.
Nadira yang sejak tadi melamun langsung menggeleng kencang, dia bukannya tidak suka makanan yang ada di atas meja. Dia cuma tidak selera makan dan tidak bergairah.
"Aku cuma lelah, Mbok. Mungkin cuma butuh sedikit istirahat," kata Nadira cepat.
Mbok Narti tersenyum, memberikan teh hangat pada gadis yang sejak tadi melamun. "Minuman manis untuk membuat suasana hati lebih baik," katanya.
Nadira tersenyum dan meminum tehnya, "Mbok bisa aja."
Mbok Narti kembali beberes. Nadira menyerah dengan makan malamnya. Ini sudah sekian malam dia tidak selera makan. Perutnya juga seolah tidak merasakan lapar sedikitpun. Padahal seharian ini dia cuma makan buah-buahan. Jika saja Mbok Narti tidak tahu seperti apa hubungan kedua majikannya, wanita itu pasti berpikir jika Nadira sedang ngidam.
Tapi itu tidak mungkin.
"Ini sudah malam. Mending Mbok istirahat aja," Nadira memberi saran.
"Bukankah nyonya juga harus istirahat?"
Nadira terkekeh, "iya lah. Kita butuh itu. Tapi aku masih mau di sini," dia melenggang di depan televisi dan mulai menonton acara yang di tayangkan benda persegi itu dengan khidmat.
Mbok Narti menggeleng dan kembali melanjutkan aktivitasnya. Membereskan dapur.
"Mbok, apa Rillian selalu pergi seperti ini?" Celetuk Nadira.
Mbok Narti yang tengah mencuci gelas teh Nadira mendongak, menatap gadis itu, "iya, Nya. Tuan kadang pergi, pernah sampe sebulan," jawab wanita tua itu.
"Sebulan..." Bisik Nadira hampa.
"Kenapa? Nyonya kangen ya...?" Seloroh Mbok Narti.
Wajah Nadira kontan merona, dia buru-buru mengalihkan pandangan dari wanita tua itu, "Mbok apaan sih? Mana ada aku kangen sama manusia batu kaya gitu?" Sungutnya gugup.
Dan Nadira mengutuk dirinya sendiri karena merasa gugup. Kenapa coba?! Nadira tidak maksud apa-apa. Dia juga tidak peduli sekalipun Rillian tidak pernah pulang!
Mbok Narti cuma tersenyum mendengar penuturan gadis itu. Memilih untuk tidak berkomentar lagi.
"Lebih baik aku ke kamar. Ngantuk," kata Nadira, beranjak dengan langkah cepat menuju kamar.
Mbok Narti menggeleng, "bilang aja sih Nya kalau kangen, hah...dasar anak muda," gumam wanita itu.
*****
Evan mendengus berkali-kali ketika melihat Rillian sibuk sekali dengan pekerjaannya. Baru pagi tadi mereka mengunjungi proyek yang mereka jalankan dan Rillian banyak marah-marah tidak jelas hampir pada semua orang yang dia temui. Evan akhirnya memutuskan untuk membawa Rillian kembali ke hotel saat di rasa situasi sudah mulai tidak kondusif. Dia tidak mengerti kenapa sahabat sekaligus bosnya itu menjadi aneh.
"Kamu ada masalah, Yan?"
Rillian menggeleng tanpa berniat menjawab. Dia masih sibuk di depan laptop. Dia harus menyelesaikan semua ini dan segera pulang.
"Tingkahmu aneh sekali belakangan ini, ada apa? Kamu bisa cerita padaku," desak Evan.
Rillian menatapnya dengan malas, "dan membuatmu memiliki kesempatan untuk mengejekku lebih jauh lagi? Tidak, Evan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Pengantin Pengganti
RomanceBercerita tentang saudari kembar. Nadilla Aurelie dan Nadira Aurelie, tumbuh kembang bersama tanpa kurang suatu apapun. Nadira atau Dira, sangat sayang pada kakaknya, Nadilla, meskipun usia mereka terpaut beberapa menit saja. Dia terbiasa mencintai...