1 : Lean On Me

8.3K 532 62
                                    

Lean On Me

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lean On Me

Hunian besar yang berada di sudut kota itu selalu sunyi meski memiliki begitu banyak pelayan maupun pria
berseragam dengan wajah garang. Sangat sunyi meski di dalamnya terdapat bocah berusia lima tahun yang akrab dengan keramaian atau mainan yang penuh dengan
kebahagiaan. Tapi bagi tempat itu, kebahagiaan adalah hal yang tabu untuk didapatkan. Beberapa pekerja mulai dalam dan luar tidak bersuara keras atau berkata dengan nada tinggi. Hanya sang pemilik kediaman itu yang bisa bersuara keras, hanya pemilik mansion itu yang bisa membentak. Tentu, sang iblis yang membuat semua orang ketakutan walau melalui tatapan mata.

Semua sudah hapal di luar kepala apa yang akan terjadi setiap hampir tengah malam. Selalu saja ada barang yang pecah. Entah itu vas bunga, guci, bahkan aquarium. Mereka sering menjadi korban. Tak ada yang berani bersuara, ralat!

Mereka bahkan tidak ada yang berani untuk menengok. Itu sangat mempengaruhi hidup mereka jika melakukannya. No, jika kalian berpikir sang tuan melakukan itu, maka kalian salah besar. Ia tak akan sudi mengotori tangannya untuk hal-
hal tak berguna. Jangan tanyakan apapun jika kalian tidak ditanya. Sang tuan yang lebih mirip jelmaan iblis itu akan langsung membuat kalian merasakan neraka. Tidak, dia tidak melakukannya sudah kubilang. Uangnya melimpah untuk membayar algojo dan memberi kalian hukuman.

Prang..

Oh, suara itu muncul lagi. Suara barang pecah membuat tidur nyenyak bocah kecil usia lima tahun terbangun. Tangan kecilnya meraih ujung selimut dan menutup tubuhnya dengan baik. Ia takut! Sang iblis akan melukainya meski tak secara
spesifik. Kalimat penuh hinaan membuatnya terluka secara
mental.

"Jeon Johnsan!" bocah kecil itu membuka perlahan selimutnya saat suara keras membuat seluruh bulu kuduknya berdiri tegak. Ia semakin kalap kala melihat bayangan hitam
berdiri tegak di depan kamar tidurnya. Jantungnya berdetak
kencang dengan keringat sebesar biji jagung mengalir dari pelipis.

Brak!

"Daddy?" Ya, itu Ayahnya. Tapi sang iblis tidak sudi ada yang memanggilnya begitu. Panggilan lirih itu menghasilkan lelehan air mata yang merembes dan membasahi pipinya, ia menggunakan telapak tangan untuk mengusap. Percuma
sekeras apapun ia menangis, sang iblis tak akan menoleh apalagi berubah.

Bocah itu bisa melihat tubuh tegap Ayahnya berdiri di depan pintu dengan napas berhembus kencang. Apalagi aroma aneh yang tercium dari tubuh Daddynya membuat Johnsan ingin muntah. Aroma ini rasanya membuat kepala seketika
pening. Ini selalu tercium setiap malam hari.

Ranjang kosong di sebelah kirinya mendadak terisi oleh seseorang. Johnsan tahu itu adalah Ayahnya. Pria yang ia panggil dengan sebutan Daddy sejak lahir.

"Tutup mulutmu sialan!"

Si Johnsan bungkam saat tangan Daddynya melingkar di pinggang mungilnya lalu menarik agar tubuh keduanya saling bersentuhan. Bocah itu tidak dapat bersuara. Setiap malam, Jungkook akan pulang dalam keadaan mabuk. Lalu tidur di kamarnya sambil mengelus lembut puncak rambutnya. Persis mirip seperti seorang Ayah yang sempurna.

Lean On Me; JJK ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang