Untuk kesekian kalinya Keira kembali melamun, menatap langit langit apartemennya sambil tersenyum miris.
Cobaan macam apa lagi ini?
Sudah sebulan berlalu semenjang ia dibuang oleh Sam, dan sudah tiga minggu berlalu semenjak ia bertemu dengan Kak Kai yang berhasil mengembalikkan dunianya. Tapi apa ini?
Matanya kini menatap hasil laporan ditangannya. Ia dinyatakan hamil.
Hampir seminggu lebih ia muntah muntah dan tak enak badan, Kak Kai menyuruhnya check-up, tetapi yang ia dapatkan adalah ini.
Tok tok tok
Suara pintu diketuk kemudian terbuka perlahan, terlihat Kak Kai masuk sambil membawakan makanan untuknya.
"Kei, kumohon.. makanlah" pintanya yang terus membujukku makan sedangkan aku selalu menolaknya.
"Tidak, aku tidak lapar..." tolak Keira yang entah sudah keberapa kalinya.
"Aku tak peduli kalau kau tidak makan untuk menyakiti anakmu, ah bukan maksudnya anaknya, tapi aku peduli jika kau berusaha menyakiti dirimu sendiri, Kei."
Keira menatap Kak Kai yang benar-benar mengkhawatirkannya. Baiklah untuk kali ini ia mengalah. Ia menerima makanan yang Kai bawa dan memakannya.
"Keira..."
Pandangan Keira langsung tertuju pada Kai yang serius, lalu ia menaruh piringnya dan menatap Kai balik.
"Ada apa?"
"Apa kau akan meminta pertanggung jawaban pada lelaki brengsek itu?"
Keira tersentak sesaat, tapi kemudian dengan yakin menggelengkan kepalanya.
"Untuk apa? Lagi pula dia sudah tidak menganggapku, apa lagi anaknya. Jika dia tak menginginkannya dia tetap anakku—" keira memotong ucapannya sejenak.
"—dan aku takut jika dia malah memintaku menggugurkannya..."
Kai memeluk Keira ketika menyadari adiknya kembali menangis, padahal sudah hampir sebulan ini adiknya bahagia bersamanya.
"Aku tak memaksamu, itu pilihanmu Kei, kau ibunya" Kai mengelap air mata dipipi Keira.
"Jangan menangis lagi okay, it's hurts me"
Keira mengangguk kemudian memeluk Kai lagi, "Terima kasih kak"
"Apapun untukmu Kei" Kai mengelus kepala Keira sayang.
****
Mark menatap bosan pada temannya yang tak henti hentinya melakukan kegiatan rutinnya semenjak ia bercerai, melamun dan malas bekerja.
Dia bingung, temannya bilang dia tak peduli, tapi yang ada dipikirannya hanya mantan istrinya. Akhh.. ini benar-benar membuatnya ingin meremas temannya ini.
"Hei, katakan saja kau merindukkan Keira, bro!" Mark akhirnya angkat bicara dan langsung dihadiahi tatapan tajam dari Sam.
"Omong kosong!" Bentak Sam.
"Itu kenyataan, kau tak bisa bohong pada dirimu sendiri Sam, aku mengenalmu.." ujar Mark santai sambil memainkan kunci mobil ditangannya.
"Lalu apa maumu?" Tanya Sam kesal, tetapi mukanya sedikit memerah karena ketahuan dan itu membuat Mark terkekeh.
"Hanya memastikkan saja, lagi pula kenapa kau tak menghubunginya jika merindukkannya?"
"Untuk apa, huh?" Emosi Sam terpancing.
"Sudah kubilang karena kau merindukkannya"
"Aku tak peduli!"
Sam menggeram kesal, ditambah lagi mengingat kejadian Keira memeluk lelaki lain walaupun ia tahu ia sudah tak pantas marah.
"Hei, aku ingin bertanya.." pandangan Sam beralih pada Mark.
"Apa?"
"Apa kau masih mencintainya?" Mark menatap Sam serius.
"Omong kosong apa lagi itu?" Sam mendelik kesal.
"Apa itu berarti tidak? Boleh aku memilikinya?" Canda Mark yang langsung dihadiahi pulpen terbang dari Sam.
"Bercanda bercanda, tapi aku serius aku ingin bertanya..." Mark kembali menatapnya serius.
"Cepatlah, kau membuang buang waktu. Enyalah kalau tidak penting!"
"Bagaimana jika Keira ternyata sedang hamil?" Sam yang awalnya tidak tertarik kini menatap Mark kaget.
"Apa maksudmu?" Sam meminta penjelasan lebih.
"Aku hanya bertanya, bukan berarti itu benar kan?" Mark bangkit dari duduknya dan berjalan kearah pintu.
"Ah, jangan lupa nanti ada meeting" ujar Mark sebelum akhirnya pergi meninggalkan Sam yang sedang mencerna ucapan Mark.
Bodoh, kenapa kau malah membuatku memikirkannya lagi?!
Setelah keluar ruangan Mark menghela nafas panjang.
Maaf Sam..
Flasback,
Maek keluar dari ruangan rawat inap ibunya dengan frustasi, bagaimana tidak ia yang sedang sibuk sibuknya mendapat kabar ibunya pingsan yang mau tak mau membuatnya segera ke rumah sakit.
Ia berjalan menuju taman rumah sakit untuk mencari udara segar. Kepalanya benar-benar penat sekarang.
Tiba-tiba tanpa sengaja ia menabrak wanita dan menjatuhkan kertas yang dipegang wanita itu. Buru buru ia mengambilnya dan mengembalikan nya tapi sekilas ia melihat isinya.
Wanita itu hanya menunduk berterima kasih lalu pergi. Tapi ia merasa mengenal wanita itu.
Keira?
Tapi kenapa Keira sepertinya tidak fokus? Bahkan ia tidak mengenal dirinya padahal berada didepannya.
Bukan itu yang membuatnya kaget, tapi dengan apa yang tertulis di kertas yang tadi dibawanya.
Keira... hamil?
Flasback off
****
Dua minggu berlalu dengan cepat, Sam dengan wajah lelahnya keluar dari bandara setelah pergi ke luar negeri karena pekerjaannya.
Tapi rasa lelahnya itu berubah ketika melihat sosok yang dikenalnya.
Keira.
Sebenarnya ia tak yakin itu Keira, tapi entah kenapa ia yakin itu Keira dan berakhir mengejarnya.
Sam mendengus sebal karena wanita itu menghilang ditengah keramaian, ia kehilangan jejaknya. Apa yang sebenarnya wanita itu lakukan?
Pikirannya kembali disaat Mark melontarkan pertanyaan itu,
Bagaimana jika ternyata Keira hamil?
Bukannya ia peduli atau apa, tapi ia penasaran dan ingin memastikkan. Dan anehnya kenapa ia merasa senang jika itu benar terjadi?
Tanpa berbasa basi Sam bergegas ke mobilnya dan menuju apartemen Keira. Berharap wanita dibandara tadi bukanlah dia.
"Maaf tapi sepertinya dia sudah pergi, dan ku dengar dia pindah"
Shock, itu yang Sam rasakan sekarang. Kemana wanitanya itu pergi?
****
"Keira apa kau yakin?" Kai menatap Keira memastikan saat melihat Keira yang sudah siap dengan koper untuk ikut dengannya ke Kanada.
"Aku yakin, tenang saja"
TBC
By @yooazaa
Like and comment~
KAMU SEDANG MEMBACA
Ρℓєαѕє.. (✔️)
Romance[COMPLETE] Bisakah kau memaafkan ku dan kembali kepadaku? Kumohon berikan satu kesempatan lagi untukku - Samuel Bukannya tak mau, aku hanya takut -Keira (Warning : Bahasa dan alur berantakan, edit soon!) Created by @yooazaa Start : Desember 2019 End...