"Nana, haid sekarang. Oh nggih, nggih siap."Aku mengernyit, dengan siapa Ardian berbicara. Jika Ardian menggunakan nggih, berarti dengan orang yang lebih tua. Apa itu Abah? Mungkinkah Abah ada di balik semua ketidakwajaran ini? Mungkinkah benar bahwa selama ini aku dibawa pengaruh guna-guna Ardian?
"Sekarang tugasmu, Nana dalam kondisi haid. Lebih mudah mengisinya." Kulit mukaku menghangat mendengar ucapan Ardian, entah dengan siapa. Namun, yang pasti saat ini aku tengah dalam bahaya.
Di dalam kamar hatiku gelisah, kecemasan menjajah pikiran. Jadi benar selama ini, Ardian menggunakan hal gaib untuk mempengaruhiku. Wajar saja jika kemarahan ini tiba-tiba lenyap, lupa dengan apa yang ingin aku ucapkan dan seakan patuh dengan semua yang Ardian mau. Emosi dan nelangsa seakan berperang dalam dada, kemana aku harus meminta solusi. Masa depanku hancur oleh pria berwajah rupawan, tetapi hatinya bagai siluman.
Di ujung ranjang aku memeluk lutut, air mata mengalir tanpa bisa aku cegah. Dosa apa sebenarnya yang tengah aku lakukan hingga hukuman Tuhan begitu dahsyat menjeratku. Wajah bapak berulang kali datang silih berganti dengan ibu, inikah pernikahan yang mereka anggap kebodohan. Ya aku memang bodoh, menolak ketulusan Virgi demi menuntut tanggung jawab lelaki buaya.
"Sesuatu hal yang diawali hal buruk itu tidak bagus, Nduk. Virgi mau menerimamu, batalkan saja niatmu menikah dengan Ardian!" ucap bapak ketika aku menyampaikan tanggal pernikahan yang sudah dipilih Abah.
"Virgi terlalu baik, Nana tidak sanggup, Pak."
Entah apa yang membuat orang tuaku akhirnya melunak dan menerima Ardian di keluarga kami. Mungkin sikap Ardian yang lemah lembut dan perhatian, ataukah ada hal yang lain aku tidak perduli lagi. Selama ini aku hanya berusaha menutupi semua agar terlihat baik-baik saja, meskipun keluarga tahu bagaimana kelakuan Ardian tetapi tidak ada yang berani menegur. Hanya Budheku yang selalu berkomentar pedas jika tahu masalah sedang menggoncang rumah tanggaku.
Air mata kian deras ketika seraut wajah yang bertahun bertahta di hati, apa ini hukuman karena mengabaikan ketulusan cintanya. Namun, aku bisa apa jika semua adalah kehendakNya. Dalam perih hati aku menyebut namanya, agar memaafkan atas segala sakit yang aku torehkan. Seakan ada benang merah yang menghubungkan kami, ponselku bergetar. Ada chat dari Virgi.
[Nduk, apa sudah tidur?]
Nduk, itu panggilan mesranya. Awalnya Virgi menyebut ndok, kependekan dari endok atau telur dalam bahasa Jawa. Endok, karena aku selalu membawa bekal sekolah dengan lauk telur rebus dan sambal kecap. Namun, sejak Virgi tahu bahwa orang tuaku memanggilku nduk, atau enduk maka diikutinya.
Tanganku bergetar karena menahan tangis, hingga tak satu kata tertulis. Mungkin karena Virgi membaca aku dalam posisi menulis tetapi tidak juga mengirim, ponselku berubah menjadi panggilan masuk. Tergesa menggeser tanda hijau, dan menghapus air mata dengan ujung selimut.
"Nduk, kamu kenapa?" Suara bariton itu terdengar sangat cemas, membuatku menangis lagi.
Mengapa selalu saja Virgi yang ada di kala aku berduka, apa dia juga merasakan perih hati ini. Berulang kali terdengar napas panjangnya, membiarkanku menangis. Wajah itu pasti memerah, rahangnya mengeras karena menahan segala rasa hati. Namun, aku juga tidak tahu harus berkata apa.
"Istighfar, Nduk. Ingat Tuhan, hanya Dia yang mempunyai penghiburan bagi hati yang luka. Aku tahu kamu kuat, ingat anak-anak!" Akhirnya aku menceritakan semua yang tengah terjadi, mungkin hanya nasehat dan support yang kudapat tetapi itu lebih dari cukup. Mungkinkan ini namanya telepati? Seakan ada benang merah yang terhubung antara aku dan Virgi, bahkan aku sakit sedikitpun dia rasakan.
"Apa kamu sakit hati telah aku khianati?" tanyaku sesaat setelah Virgi diam dari nasehatnya.
"Kenapa musti sakit hati, bukankah itu telah tertulis di Lauhul mahfudz?"

KAMU SEDANG MEMBACA
Perempuan Ketujuh
Mystery / ThrillerPernikahan yang terpaksa di jalani oleh Nana (Tectona grandis) dengan Ardiansyah karena dirinya telah diperkosa. Nana tidak pernah tahu bahwa Ardian seorang penganut ilmu hitam, yang mencari tumbal dengan meniduri para perawan. Selama 9 tahun Nana...