Chapt 09

8.5K 473 7
                                        

.
.

Egois memang jika dipikir lagi. Farel pasti kebingungan karena aku tak ada di kamar. Ponsel ku sengaja dimatikan, aku bangun saat subuh tepat ketika burung-burung mulai berkicau.

Matahari masih belum muncul sepenuhnya, udara pagi yang dingin seperti semalam, warna kebiruan di langit. Pakaianku basah oleh embun. Ini indah. Aku jarang bisa menikmati pagi senyaman ini.

Untuk kuliah aku membolos, namun sore aku akan kembali bekerja. Jadi siang nanti mungkin aku akan kembali.

Cafe 24jam.

Disambut oleh bunyi lonceng saat pintu terbuka. Memilih tempat duduk paling ujung dekat jendela. Tak lama kemudian secangkir coklat panas sesuai pesanan disuguhkan di meja.

Aku mengaduknya dengan sendok kecil, menghirup aromanya sambil menatap luar.

Rasanya tidak mau kembali ke apartemen..

Aku duduk hingga pukul enam pagi, hampir setengah tujuh. Berjalan santai menuju kran air pinggir jalan lalu membasuh muka. Kurasakan sesuatu nebebal dibawah mata, kantung mata.

Teringat beberapa bumbu dapur habis, kuputuskan membeli beberapa bahan di minimarket.

Perasaan ini kembali muncul.

Jantungku berdetak lebih kencang dari biasanya, ah, akan terjadi hal buruk setelah ini.

"Ervin?"

Aku berbalik saat mendengar namaku dipanggil. D-dia..

"Kamu Ervin?"

Sial!

Aku hendak berlari keluar toko namun ia menahanku. Wanita itu menatap lembut. Senyuman muncul di wajahnya.

"Tidak sopan. Aku ingin bicara, jangan pergi."

Mobilnya sangat nyaman dan tenang. Aku nyaris tak merasa terguncang meski melindas batu sekalipun. Tapi aku tidak peduli. Ia mengendarai tanpa bicara apapun, hanya sesekali melirikku.
 
Kenapa sih?

Tubuhnya seakan mengatakan semua akan tertarik padaku, tak heran jika Farel pernah menyukainya. Ia terlihat seperti wanita mandiri yang kuat dan penuh misteri.

Mobil berhenti di depan sebuah rumah. Tidak cukup besar namun terkesan mahal.

"Ah, mau apa kesini? Eh?"

T-terlalu dekat. Kenapa orang ini.. Ia mendekatiku, tangannya menyentuh kedua pipiku.

"Jadi ini kamu ya.. Apa yang menarik darimu, hm?" Jari kukunya bermain di telingaku. Menggelikan namun aku takut. 

"Jawab.."

"A-aku tidak mengerti.."

"Hm? Jangan pikir aku ini orang yang sabar."

"S-sungguh.. Apa maksudmu.."

"Tentu saja tentang Farel. Sial! Ia meninggalkanku demi kau padahal kami sudah tunangan! Apa yang dia pikirkan, kupikir ia bersama wanita sexy dan tajir tapi ternyata kau! Kenapa?"

Aku membisu. Wanita itu kembali menyandarkan diri ke sandaran mobil dan memejamkan mata.

"Kuberi kau waktu untuk berpisah dengannya." Ia kembali menatapku dan melanjutkan, "Secepatnya."

Berpisah. Akan berat menjelaskan pada Farel, apa bisa kulakukan? Saat ini aku bahkan tak tahu apapun tentang hubungan mereka.

"Keluar."

"Hah?"

"Kamu sudah dengar. Keluar dari mobilku."

Segera kulepas sabuk pengaman, membuka pintu lalu berlari secepatnya menjauh dari tempat ini. Masih pagi namun tenagaku sudah banyak terkuras. Aku harus kemana.. tak ada pilihan.

Setelah menaiki bus, aku masih berjalan hingga menuju apartemen.

A BOY LIKE YOU (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang