.
.Ahh!!!
"Wah, masih bisa mendesah. Padahal kamu mabuk."
"Sekarang jangan diberi lagi, ia sudah muntah 2kali. Aku tak mau mengurusnya."
"Bagaimana kalau kita tutup lagi matanya?" Tanya seseorang sambil mengangkat dasi.
"Bagaimana Jane?" Tanya yang lain."Mata yang indah. Ia terlihat lelah dan lemas, apa alat ini boleh dilepas?" Sahut yang lain sambil menarik wajah Ervin mendekat.
"Tubuhnya menggoda, ya. Aku pasti akan membelinya meski dengan harga mahal. Namun disini gratis, lumayan kan.."
Hmphh.. Ciuman membungkam bibir kecilnya, Ervin bergidik jijik. Meski tampan, orang ini tak lebih dari sampah baginya.
"Ahh, manis juga bibirmu. Pakai lipbalm apa?" Goda lelaki ini.
"Sudah sudah.." Jane mendekat. Ia menarik rambut Ervin kasar lalu membisikkan sesuatu. Air matanya mengalir deras. Ia merasakan perih di pantat dan pergelangan tangannya.
"Bersihkan tempat ini dan singkirkan dia. Setidaknya sudah dapat pelajaran."
"Kau mau kemana?" Tanya seorang wanita di ujung ruang.
"Cari makan. Ada yang mau sesuatu? Chat saja. Oh ya, boleh bermain sedikit dengannya."
Mereka tersenyum bersama lalu menatap Ervin yang tersungkur di lantai.
Seseorang mengangkat dagunya dan mulai mencium panas. Lidahnya bermain dengan mulut, tangannya menekan kedua putingku. Aku tak bisa melawan. Tangan dan kakiku terikat.
Ia melepas ciumannya. Seketika kuambil napas dalam-dalam.
Kedua kakiku diangkat, celanaku terlepas. Lelaki tadi mengocok penisku untuk mengeluarkan precum sebelum memasukkan dildo lebih dalam.
"Ah! J-jangan.. Nghh~"
Sial. Kenapa aku tegang, kenapa keluar.. aku tak suka namun tetap terangsang.
"Seharusnya tadi di video, lumayan untuk konten." Ujar salah satu diantara mereka.
"Nikmati saja dulu. Lihat. Dia manis sekali."
"Hmm.. sulit membersihkan jika cairannya terus keluar."
"Aw!"
Ia memasang sesuatu, menariknya hingga ke pangkal penisku. Cock ring.
Air mataku terus keluar, bagian bawahku terasa ngilu dan sesak sekaligus.
"Lepas, kumohon.."
"Keluarkan saja, aku mau dengar.."
Mesum sialan.
Ia meletakkan kedua kakiku di pundaknya dan mulai menciumku lagi. Kali ini lebih lama dan dalam.
Tangannya menarik dan mendorong dildo dari lubangku, menaikkan getarannya.
"Hmphh.. Ah!! Jangan.."
Tangisanku menjadi. Rasanya ingin keluar namun cincin ini menahan.
"Kurasa dia kesakitan." Ujar lelaki muda yang duduk di kursi.
"Jane berpesan jangan sampai ia kenikmatan, tidak masalah jika aku sedikit kasar. Iya kan?" Tanya lelaki di depanku.
Nghh~
Aku berusaha menahan suara meski lubangku terasa penuh. Getarannya mencapai prostatku. Bukannya nikmat, justru ngilu yang kurasakan.
"K-keluarhh.. please.."

KAMU SEDANG MEMBACA
A BOY LIKE YOU (Complete)
Romance🔞🔞 Kami tinggal dan tidur bersama. Selalu seperti itu. Seperti orang lain, aku belum mengenalnya bahkan setelah melakukan sex. Ia diikuti wanita muda yang penuh ambisi, yang menyakitiku demi mendapatkannya kembali. Ia hampir membunuhku. ⚠ R21 ⚠️...