.
.Waktu terus berjalan.
Sudah kulewati masa-masa dimana aku khawatir tentang segalanya. Belum hilang, namun setidaknya sudah berkurang. Aku mulai bisa menikmati sentuhan Farel, tidak seperti dulu saat bayangan peach putih masih menghantui.
Kami lebih sering bercanda dan berbagi lagu serta film favorit. Sejak saat itu aku tidak melihat Jane di sekitar sini. Lebih baik tidak membahasnya.
Namun sebuah email masuk ke ponselku. Menghubungiku, bukan Farel. Darimana ia tahu alamat surelku?
"Aku bisa membunuhmu kapan pun."
Deg!
Apa-apaan ini. Dia tidak main-main dengan ucapannya. Bagaimana jika ia melakukannya?
Aku kembali khawatir. Terapi yang kujalani seakan sia-sia jika ia terus menerorku. Ingin kukatakan pada Farel namun aku tak mampu merangkai kata.
"F-farel.."
"Kenapa?"
"Ah, itu.." Aku diam sesaat.
"Apa makanannya tidak enak?"
"B-bukan, anu.." Farel menatapku lalu meletakkan piring di meja.
"Lalu?" Aku menggeleng. "Ervin?"
Aku menunduk, meremas baju Farel dan menangis. Dadaku terasa sesak.
"Aku bodoh.." Ujarku sambil terisak.
"Tidak kok."
"Jangan berbohong.."
"Kamu tidak bodoh. Tidak apa-apa, menangislah. Jangan ditahan."
Ya, aku bodoh. Mungkin Farel belum menyadarinya. Ia terus berada di sampingku dan sejujurnya itu menakutkan.
Beberapa hari berlalu.
Beberapa minggu.
Kami tentu sudah kembali ke apartemen dekat kampus. Kini kerja luar kota Farel sudah berkurang, jadi ia akan jarang pergi jauh. Sedikit lega karena Jane tak lagi mengirim pesan. Meski begitu aku tidak bisa mengabaikannya begitu saja mengingat dia orang yang nekat.
"Aku ingin sex."
"Ha??"
"Kamu sudah dengar."
"Kenapa tiba-tiba?"
"Sudah lama kita tidak melakukannya. Aku sudah tidak takut." Jelasku.
"Hm, aku tidak mau kamu berhenti ditengah permainan. Nanti tidak puas." Kesal Farel
"Tidak. Aku tidak akan berhenti."
"Hm? Tidak percaya."
"Farel..."
Kami bertatapan sesaat sebelum akhirnya Farel menyerah. Ia tertawa kecil sebelum memberi ciuman. Lidahnya mulai bermain di dalam, bergumul dengan lidahku.
Aku membuka mata, Farel menatapku.
"hahh.." Segera kuambil napas dalam-dalam saat ciuman terlepas.
Farel mencium keningku sekali lalu turun, menggigit leherku dan menjilatnya. Ia semakin turun, wajahnya menatap dadaku setelah pakaian terlepas. Menjilat putingku, menghisapnya hingga membuat bagian bawahku tegang.
"nghh~ hmphh.."
Kedua jarinya masuk ke mulutku, memainkan lidahku. Rasanya enak. Aku merasakan sesuatu mengalir dari selangkangan, precum ku sudah keluar banyak.

KAMU SEDANG MEMBACA
A BOY LIKE YOU (Complete)
Romance🔞🔞 Kami tinggal dan tidur bersama. Selalu seperti itu. Seperti orang lain, aku belum mengenalnya bahkan setelah melakukan sex. Ia diikuti wanita muda yang penuh ambisi, yang menyakitiku demi mendapatkannya kembali. Ia hampir membunuhku. ⚠ R21 ⚠️...