Chapt 15

6.1K 377 10
                                    

.
.

Aku tidak tahu ini keputusan baik atau tidak. Memilih untuk tetap disini. Farel pasti akan meninggalkanku lagi jika mendapat tugas ke luar kota, tapi dugaanku salah. Ia mengajakku. Apartemennya di luar kota ternyata lebih mewah dari sebelumnya. Ada kolam renang pribadi yang membuat kami bebas berlama-lama.

Dapurnya lebih luas, banyak peralatan juga bahan.

"Aku sering memasak sendiri ketika di kota ini" Ujarnya.

Selain itu tempat tidurnya juga lebih besar. Saat kutanya kenapa ia membeli banyak apartemen, ia menjawab untuk investasi.

Aku berdiri sambil memandang cuaca di luar, sedikit mendung dan gelap. Kurasa hujan akan segera tiba. Farel mendekat dengan secangkir coklat panas di tangannya, memberikannya padaku lalu menyuruhku duduk di kasur sampingnya.

"Sudah selesai minum?"

"Coklatnya hangat, ternyata hanya gelasnya yang panas. Hehe.."

Farel tersenyum. Ia meletakkan gelas di meja lalu mendekat, menarik tengkuk ku lalu mencium.

"Ervin.." bisiknya. "Bagian mana yang sudah disentuhnya?"

Aku tak menjawab. Mana mungkin kukatakan bahwa aku ditelanjangi.

"Aku mengerti. Buka bajumu."

"Eh? F-Farel.."

"Sudah kutebak. Ini alasanmu memakai baju panjang? Menutupi luka? Biarkan aku menghapusnya."

"Maksudnya? ahh!"

Aku langsung menegang saat lidahnya menjilat putingku. Ia membaringkanku di tempat tidur, mencari posisi ternyaman lalu menciumku lagi. Kali ini lebih dalam, lidahnya mendominasi.

"Hmphh.. hah, t-tunggu, farel.."

Tangannya perlahan melepas celana dan baju, membuatku telanjang. Ia menatap tubuhku beberapa saat sebelum mengangkat salah satu kakiku.

"Ervin? Jangan bilang.." Matanya melebar saat melihat pantatku masih memerah.

Aku hanya diam. Ekspresi wajahnya berubah seketika. Tangannya menarik pundakku kemudian memeluk. "Maafkan aku.. Aku bodoh."

"Aku kira kamu akan marah karena orang lain telah menyentuhku."

"Tidak. Tentu tidak. Mana mungkin aku bisa marah di kondisi seperti ini."

Aku lega mendengarnya.

"Apa masih sakit?" Tanya Farel. Aku mengangguk kecil. "Kalau begitu bermain lembut.."

Farel melepas pakaiannya dan menyisakan short pants, mengangkatku ke pangkuan dan mulai menjilat leherku. Napasnya terasa lembut menyapu kulit, hangat.

"Hahh.. ahh.."

"Aku suka suaramu, jangan ditahan.."

"Farel.. Ah!!"

Jarinya menekan lubang dan tangan yang lain mulai menyentuh penisku, memijatnya pelan hingga mengeras. Precum ku perlahan keluar dan Farel menggunakannya sebagai pelumas.

Jarinya mulai masuk, rasanya lebih dalam dari sebelumnya. Mungkin karena posisiku duduk dipahanya.

"Nghh~"

"Disini ya.."

Farel menarik celananya, ia juga sudah tegang. Ia mengocok penis nya beberapa kali lalu menggeseknya dengan milikku. Ukuranku hanya setengahnya.

"Lihat, penismu berdenyut minta jatah.." Godanya.

Sejak kapan..

Aku merasa takut.

Sentuhannya, aku merasa tidak nyaman. Padahal sebelumnya selalu membuatku lemah.

A BOY LIKE YOU (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang