.
.Permintaan dari Farel tidak bisa ditolak. Selain berstatus atasan, ia juga punya niat baik menjaga Ervin.
Kakiku mulai pegal, aku menyandarkan sepeda kemudian duduk dibawah pohon.
Jika tidak ditemukan malam ini, maka besok pasti akan kembali. Sivan pernah mengatakan sekilas tentang tempat dimana ia disembunyikan.
"Sebuah rumah besar dengan cat warna peach putih. Garasi luas, banyak mobil disana. Ada banyak orang, pria dan sedikit wanita. Anehnya tak ada anjing untuk menjaga." Jelas Sivan dulu.
Di daerah sini. Aku melihat sekeliling, mencari warna peach dan putih. Daerahnya cukup luas, dimana harus menemukannya. Ada beberapa rumah dengan warna yang sama.
Wanita merepotkan..Eh?
Sebuah mobil berjalan melewatiku, kurasa ia tak sadar aku dipinggir jalan. Plat nomornya..
"Ia punya banyak mobil salah satunya punya plat nomor xxx.."
Mobil itu berarti..
Segera kunaiki sepeda lalu mengayuhnya sekencang mungkin. Akan kukejar mobil itu. Tidak peduli pegal dan sakit yang kurasakan, harus bisa tahu dimana ia berhenti.
7menit berlalu.Sial.
Pandanganku mulai buram.
"hosh.. hosh.. merepotkan! Sial."Jangan. Jangan sekarang. Mobil itu pasti berhenti di suatu tempat. Bertahanlah tubuh, sebentar lagi.
Tepat.
Rumah besar dengan garasi luas. Peach dan putih. Ini dia.Aku bersembunyi dibalik pohon sambil mengamati. Disini gelap, mereka tak akan menyadari keberadaanku.
Salah seorang membuka pintu lalu diikuti yang lain. Meski ada yang kurus, namun rata-rata dari mereka berisi.Seseorang berjalan tertatih dengan mulut dan mata tertutup serta tangan terikat kebelakang. Ia tak berpakaian lengkap, hanya celana pendek warna hitam. Malam ini cukup dingin namun kenapa ia melepas bajunya?
Tidak, orang itu tak sengaja melepas, mungkin dilepas?
Seseorang menarik dasi yang membelit mata orang itu, spontan ia melempar pandang marah pada mereka.
Tatapan yang cukup familiar..
"Eh, itu dia kan?"
Ervin!
Benar. Dia disini. Kondisinya.. Mengingatkanku pada Sivan. Jangan sampai.. jangan sampai ia bernasib sama. Dadaku terasa sesak.
Aku tidak langsung menghubungi Farel. Segera kusimpan alamat daerah ini melalui map lalu beristirahat sebentar. Napasku masih berantakan. Farel pasti akan langsung datang atau menghubungi polisi jika mendengar kabar ini. Jika itu terjadi, maka mereka pasti akan lebih melukai Ervin. Bisa saja menjadikannya umpan.
Mau bagaimana lagi, aku akan disini sampai pagi tiba.
"Bagaimana?" Pesan masuk dari Farel.
"Pulanglah. Aku tahu dimana dia." Send.
"Beritahu aku."
"Nanti. Jangan gegabah. Mereka bukan orang baik."
Aku tidak boleh tertidur meski hanya sebentar. Apapun bisa terjadi disana. Rumah yang terlihat mewah dan manis sangat sayang jika digunakan untuk hal semacam itu.
Beberapa jam berlalu.
Kicauan burung mulai terdengar.
Sinar mentari mulai menghangatkan kota.
Tak seorangpun keluar dari rumah. Bahkan tak ada tanda-tanda seperti pintu terbuka atau tirai jendela. Semua tertutup. Rumah itu seperti jarang dihuni. Mobil-mobil mewah tanda bahwa pemiliknya bukan orang biasa.
Pukul tujuh pagi.
Aku masih disini, hanya berpindah sedikit agar tak diketahui.
Sebuah jendela terbuka dan seseorang mengeluarkan kepalanya dari sana. Ia terlihat tampan meski dari kejauhan. Sangat menikmati udara pagi.
Hanya itu.
Jendela kembali tertutup dan tak ada pergerakan.
Aku harus kembali dan pergi ke cafe. Semalam aku sengaja pulang cepat dan menggantinya pagi ini.
Maaf Ervin, aku belum bisa melakukan apapun.
.
.
."Dimana dia?"
"Percuma saja."
"Beritahu aku!"
"Sudah kubilang percuma! Mereka ada banyak! Bunuh diri kalau nekat masuk kesana." Jelasku pada Farel.
Farel tampak putus asa. Aku sudah mengatakan jangan hubungi polisi, khawatir jika malah terjadi sesuatu yang lebih menakutkan di dalam. Ia mengerti. Saat ini hanya bisa menunggu dan memberitahu letak rumah itu.
Selebihnya hanya waktu yang tahu.
"Lalu kau biarkan mereka membawa Ervin?"
"Farel, sadarlah. Ia kuat, pasti akan baik-baik saja."
"Aku merasa bodoh." Ia membuang muka lalu memukul tembok apartemen sekali.
Raka berjalan menuju meja apartemen lalu tertawa kecil. Ia mengangkat alat pijat dan menunjukkannya pada Farel.
"Bottom mu masturbasi dengan ini. Tega sekali membiarkannya bermain sendiri."
"Hah?"
"Buang tatapan bodohmu, ada noda kecil disini. Cairan milik Ervin kan?" Aku terkekeh berusaha mencairkan suasana. Farel mengambil alat itu dari tanganku lalu membersihkannya dengan tissu. Tak ada yang berubah. Ia tetap menunjukkan raut muram.
.
.

KAMU SEDANG MEMBACA
A BOY LIKE YOU (Complete)
Romance🔞🔞 Kami tinggal dan tidur bersama. Selalu seperti itu. Seperti orang lain, aku belum mengenalnya bahkan setelah melakukan sex. Ia diikuti wanita muda yang penuh ambisi, yang menyakitiku demi mendapatkannya kembali. Ia hampir membunuhku. ⚠ R21 ⚠️...