lima

1.7K 138 5
                                    

Pemuda tampan berkulit pucat itu berlari sekuat tenaga di koridor rumah sakit, sungguh ia tak ingin melihat Namira kehilangan kakinya.

Ia mungkim tak memiliki cinta untuk Namira tapi ia menyayangi wanita itu melebihi siapapun juga.

Selain Yonghae, Namira adalah keluarganya kini, seseorang yang selalu ingin dia bahagiakan seperti bagaimana sang wanita membahagiakannya.

Sesaat kemudian ia terdiam kala mendapati tak ada lagi bibi Bong di depan ruang operasi. Kedua matanya kini memindai lokasi mencari seorang petugas medis agar bisa ia tanyai "Suster, aku mau tanya pasien atas nama Namira Kim ada di mana?"

"Namira Kim kondisinya sudah stabil jadi sekarang sudah dipindahkan ke ruang rawat, di lantai 3 VVIP.2 anda bisa mengunjunginya di sana." jawab seorang petugas.

"Baiklah, terimakasih." jawab Yoongi kemudian bergegas kembali berlari ke tempat yang dimaksud. Hatinya berkecambuk kala ia terus membayangkan bagaimana kondisi Namira saat ini. Bayangan suami-istri yang sempat ditolong pak Tan tadi mulai merotasi di alam fikirannya, bukankah ia harusnya memiliki kesetiaan seperti itu.

Tapi tidak.

Mereka bahkan tak terikat hubungan apapun selain pertemanan. Pikirannya benar-benar kalut, antara membantah juga mengharuskan dirinya untuk belajar menerima. Ia mulai merutuki dirinya sendiri karena keraguan terus menyusup mengganggunya.

Sekarang ini harusnya Yoongi berusaha menenangkan wanita itu kala tau ia memiliki niat yang teramat bodoh. Namun malah dengan brengseknya ia mengabaikan kefrustasian Namira. "Sial, aku tak akan bisa memaafkan diriku jika ia benar-benar mengamputasi kedua kakinya." gumam Yoongi. Hatinya mendadak sakit. Segala umpatan kekesalan ia tunjukan untuk dirinya sendiri. Hingga kini langkahnya terhenti di depan pintu masuk kamar yang menjadi tujuannya. Sedikit ragu namun pada akhirnya tangannya terulur menyentuh daun pintu Ia pun mengetuk pelan.

Karena tak ada jawaban Yoongi berinisiatif untuk mendorong pintu itu secara perlahan. Langkahnya terhenti kala melihat sosok wanita yang bercinta dengannya selama empat tahun terakhir kini tertidur di atas bangkar dengan selang infus ditangannya. Wajahnya tampak pucat dengan bibirnya yang tampak sedikit putih seolah ia sedang menahan sakit yang teramat.

Jantungnya berdetak kencang. Siapkah Yoongi ketika berhadapan dengan Namira yang telah kehilangan kakinya? Tidak. Ia bahkan merasa bosan dengan Namira yang hanya lumpuh, apalagi jika ditambah dengan kakinya yang buntung. Hatinya bergolak. Matanya seketika memanas, hingga tanpa ia sadari liquid bening sudah menumpuk di balik kelopak matanya siap untuk tumpah kepermukaan.

Diperhatikannya tubuh wanita itu yang masih terbaring di balik selimut "Nami." lirihnya pelan, namun tak ada jawaban. Maka kemudian ia mencoba menyingkap selimut Namira di bagian kakinya. Tangannya gemertar menunjukkan kalau hatinya tak siap menerima kenyataan.

Hingga selimut terangkat ia pun membeku menatap kedua kaki itu kemudian menangis terisak. "Namira bodoh." rutuknya sebelum tanpa aba-aba memeluk tubuh wanita tanpa daya itu.

Tanpa izin Yoongi melumat bibir ranum Namira yang tampak sedikit pucat, membuat Namira perlahan terjaga dari tidurnya. Ia mengerjap pelan mendapati Yoongi yang masih melumatnya dengan penuh rasa sayang, bibinya tersenyum. Hingga saat Yoongi melepas ciuman hangatnya obsidian mereka pun berakhir saling menatap dalam jarak yang dekat.

Entah kenapa manik hitam kelam milik Namira seolah menarik jiwa seorang Yoongi dan menguncinya di sana, hingga tanpa ia sadari tubuhnya bergerak mendaratkan satu kecupan di dahi Namira, membuatnya refleks memejamkan matanya "Aku menyayangimu Nami, jangan pernah membuatku cemas." bisiknya lembut.

"Yoon, kau menangis?" lirih Namira karena tanpa sadar tetes bening dari matanya mengenai wajah sang wanita.

Yoongi tersenyum "Terimakasih kau mengurungkan niatmu mengamputasi kedua kakimu."

Namira mengerutkan dahinya "Kau tau itu?"

"Maafkan aku mengabaikanmu setelah mengetahui segalanya. Aku kesal padamu, kau pikir kau siapa bisa seenaknya ingin menghilangkan kedua kaki itu." bohong Yoongi, karena sejatinya ia menghilang hanya untuk menunjukkan bahwa ia tak perduli pada Namira.

Sebuah senyuman muncul di wajah cantik Namira "Apa kau mengkhawatirkanku Yoon? Kenapa?"

"Karena kau bodoh." sungut Yoongi kesal kemudian memalingkan wajahnya dan perlahan bergerak menjauhi Namira sebelum langkahnya terhenti kala pertanyaan Namira menyapanya "Apakah kau mencintaiku, Yoon?"  ia menelan salivanya, berusaha untuk tetap bersikap tenang karena tentu saja hatinya menolak apa yang ditanyakan Namira saat ini.

"Sudahlah lupakan itu, sekarang katakan padaku jika kau tak jadi mengamputasi kakimu lalu kenapa kau berada di ruang operasi?" ia menoleh kembali ke arah sang wanita.

"Aku hanya ingin tau Yoon, jika kau memang tak memiliki perasaan apapun padaku maka mari kita akhiri semuanya. Kau tak perlu menjadi pemuas nafsuku, atau melakukan semua itu karena merasa berhutang budi aku sudah belajar mengendalikannya, jadi sekarang kau bebas Yoon, jangan mengikat hubungan apapun denganku." ucap Namira sambil mencoba untuk tetap tenang, meski hatinya bergemuruh tak rela melepas pria di hadapannya.

"Kau terlalu banyak bicara apa kau ingin aku menerkammu di sini?"

Namira terkekeh "jika itu artinya kau mencintaiku maka lakukan saja, aku siap."

"Cih. Murahan sekali," desis Yoongi "Aku tak mau berpacaran dengan wanita murahan."

Kembali Namira terkekeh pelan "Jika kau memang mencintaiku, bisakah kau memelukku sekali lagi? Aku sangat lelah berusaha bertahan dengan cinta ini seorang diri."

Jika saja,

Jika saja saat ini Yoongi berkata jujur apakah Namira bisa menerimanya?

Lalu jika ia mengikuti keinginan wanita tadi apakah suatu ketika ia bisa melepaskan diri dari belenggu kebohongan yang akan ia buat?

Yoongi diam mematung selama sesaat hingga akhirnya ia tersenyum dan melangkah pelan ke arah sang wanita.

Ia menunduk pelan, meraih bibir Namira dengan bibirnya. Kedua pasang mata mereka kini terpejam merasakan hangatnya ciuman itu. Hingga beberapa detik berlalu, ciuman mereka pun terlepas. Yoongi mengulurkan tangannya mengusap lembut rambut hitam Namira dan mengunci sang wanita dalam tatapannya sambil berbisik lembut "Aku mencintaimu Namira maka cepatlah sembuh untukku."

Namira tersenyum simpul dengan mata berbinar, sementara di hadapannya Yoongi kini bergerak perlahan menurunkan satu kecupan hangat di kening sang wanita dengan perasaan yang berkecambuk tak menentu.

Mungkin inilah caranya ia membalas budi.

Tbc.

I CAN'TTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang