Kedua tangan Yoongi bergerak lincah mengurai sisa air di rambutnya dengan handuk kecil berwarna biru muda. Ia berdiri di depan cermin besar yang menempel pada meja rias di sudut kamarnya. Hari telah menjelang malam kala ia terbangun setelah pergulatan panasnya dengan Namira tadi siang.
Mengingat semua hal yang terjadi tadi, tanpa sadar Yoongi melirik Namira dengan sudut matanya kemudian menyunggingkan senyum kepuasan. Sebelum kembali mengalihkan attensinya atas cermin dihadapannya.
Ia kembali sibuk mengurus rambut basahnya yang sudah setengah kering. Kemudian perlahan menunduk mendekatkan dirinya ke cermin sembari mengelus rahangnya "Hmm." ia bergumam, menatap rahangnya yang mulai ditumbuhi rambut halus, mengusap pelan dengan satu tangannya, merasakan rambut yang tumbuh sedikit panjang, kemudian ia beringsut kembali masuk ke dalam kamar mandi.
Hingga beberapa menit berlalu, ia pun keluar dengan wajah yang basah dan face towel yang ditepuk-tepuk ringan pada wajahnya. Ia melangkah kembali mendekati cermin besarnya, sementara obsidiannya kembali melirik Namira yang masih bergelung dibalik selimut hangatnya.
Diraihnya cream wajah untuk menjaga kelembaban kulitnya yang putih bersih tampak berkilau, dengan kedua tangannya ia menepuk-nepukkan cream vitamin itu dari wajah hingga keleher, kemudian terhenti pada beberapa bercak merah yang ada di sekitaran lehernya.
Kembali ia tersenyum menawan.
"Lumayan juga." gumamnya sembari kembali melirik sekilas ke arah Namira dan tersenyum sekali lagi mengingat bagaimana rasanya ketika Namira menjadi dominan dalam pergulatan sexnya yang panas, liar dan menggairahkan. Seketika hatinya terasa berdebar, tubuhnya mengencang bereaksi atas imajinasi yang baru saja terlintas dibenaknya, hingga akhirnya ia harus menggelengkan kepalanya guna menghalau rasa panas yang menjalar seketika atas pikirannya barusan.
Sesaat kemudian Yoongi pun kembali sibuk dengan wajahnya, setelah selesai dengan semua urusan di depan meja rias itu, Yoongi berjalan menuju lemari. Tangannya terulur untuk membuka pintu lemari kayu dihadapannya, kemudian ia tenggelam dengan acara memilih pakaian casual yang akan ia pakai malam ini. Hingga kemudian pilihannya jatuh pada kaos hitam polos dan celana pendeknya. Ia memang tak punya rencana untuk pergi kemana pun malam ini, karenanya ia memilih pakaian rumah yang santai.
Yoongi hanya ingin beristirahat sejenak setelah kembali dari perjalanan bisnisnya di Jepang. Tak butuh waktu lama baginya, celana pendek itu kini telah terbalut sempurna menutupi bagian paling lembek yang akan mengeras bila tiba waktunya dibutuhkan.
Setelahnya Yoongi mengangkat kedua tangannya guna memasukkan baju hitam yang diambilmya tadi, namun tepat ketika ia tengah memakai bajunya dan seluruh wajahnya tertutup sempurna karena kaos yang tengah ia kenakan, ponsel pintarnya bergetar, menimbulkan bunyi gesekan yang kuat di atas meja di samping ranjangnya.
Ia pun menyambarnya dengan cepat. Dahinya berkerut ringan menatap sebuah nama yang tertera di sana, sebelum akhirnya kedua sudut bibirnya tertarik membentuk lengkungan ke atas hingga senyum bahagia tampak jelas tergambar disana. Yoongi pun berjalan menjauh menuju balkon meninggalkan Namira yang masih tertidur di kamarnya sebelum menjawab panggilan tersebut.
Nama seorang wanita tertera di sana. Dengan hati-hati Yoongi menjawab setelah menutup pintu balkon dengan pelan agar tak menimbulkan suara decitan yang akan membangunkan Namira.
Ia berbincang dengan perasaan bahagia, ada rasa rindu yang menyelinap masuk ke relung hatinya, padahal ia baru saja meninggalkan wanita itu dalam kurun waktu kurang dari 24 jam.
Sementara Yoongi berbincang dengan wajah bahagia dan senyuman manis yang terkadang berubah menjadi kekehan kecil atas candaan ringan yang sama-sama mereka lontarkan tak ia sadari seorang wanita lain telah membuka matanya, dan menatap ke arah balkon.
KAMU SEDANG MEMBACA
I CAN'T
General FictionSeorang Min Yoongi pria berandal yang mendadak tobat setelah jatuh miskin karena kebangkrutan perusahaan orang tuanya. Namun Tuhan masih berbaik hati mengirimkan sesosok malaikat dalam hidupnya. Lalu bisakah ia membalas budi dengan terus melayani n...