Namira tersenyum ke arah pria berkulit pucat yang baru saja masuk ke halaman utama rumahnya. Menelisik wajah Yoongi yang tampan dan sedikit menggemaskan membuat Namira berdebar-debar. Sorot matanya berkabut menampilak kerinduan yang dalam akan pria bertubuh sempurna yang berjalan mendekat kearahnya. "Bagaimana perjalananmu?"
Yoongi tersenyum sembari merunduk untuk menjatuhkan satu kecupan hangat dikeningnya, membuat jantung Namira berdegup makin kencang "Semuanya lancar sayang, hanya saja aku sangat merindukanmu." bisik Yoongi yang secara tak sadar telah membuat rona merah di wajah Namira makin tampak jelas.
Yoongi tersenyum menatap wanitanya yang selalu saja gugup setiap kali bersentuhan dengan kulit tubuhnya. Ia menyadari itu. Tubuh Namira selalu menegang setiap kali pori-pori mereka saling menyapa. Aura cinta dan sex yang liar terpancar jelas dari reaksi tubuh Namira dan Yoongi tau kalau Namira menyadari semua reaksi spontan tubuhnya atas dirinya, dan Namira selalu berusaha menekannya agar tak menimbulkan perasaan risih dalam diri Yoongi.
"Apa kau tak merindukanku?" bisikan Yoongi sekali lagi sontak membuat tubuh Namira gemetar menahan hasratnya yang meletup-letup ingin segera tumpah kepermukaan.
"Aku sangat merindukanmu Yoon." jawabnya lirih sambil tersipu malu, yang entah bagaimana ekpresinya juga membuat Yoongi berdebar. Ia menggemaskan sekaligus memancarkan gairah sex dalam waktu yang bersamaan.
Maka tanpa menunggu waktu lebih lama lagi Yoongi menunduk kemudian menyapu bibir merekah Namira dengan bibirnya. Secara spontan Namira merangkulkan kedua tangannya di leher Yoongi guna memberikan akses lebih bagi pria itu untuk mencicipi apa yang ada dibibirnya tanpa ada celah yang terlewat.
Perlahan tangan Yoongi pun turun, melewati kedua paha Namira dan mengambil posisi di kedua bawah paha dalam wanitanya, sementara satu tangannya telah berada tepat dibalik punggung Namira.
Tanpa aba-aba ia mengangkat tubuh mungil Namira, sambil berjalan tanpa melepas ciuman panas mereka. Hingga posisi mereka kini berada pada tangga terbawah menuju lantai dua Yoongi melepas ciumannya. Terlalu beresiko jika menaiki tangga sambil tetap menunduk mencium kekasihnya.
Ia menatap lekat obsidian kelam milik Namira yang tertutup kabut rindu dan juga hasrat ingin bercinta. Tanpa ia sadari tubuh Yoongi mengeras menyambut hasrat wanitanya yang mengebu. "Yoon kau masih lelah, turunkan aku." suara lembut Namira mengusik gejolak birahi dalam jiwanya.
Entahlah meski ribuan kali ia menganggap semua yang dilakukannya untuk Namira hanya balas budi namun salah satu sudut hatinya selalu bergolak dengan berbeda. Berfantasi liar dengan desahan sensual yang keluar dari bibir seksi milik Namira membuat Yoongi selalu memiliki hasrat penuh ingin selalu berada didalam wanita itu tanpa keterpaksaan malah lebih merupakan suatu keinginan yang paling mendasar dari dalam dirinya. Ia membutuhkan wanita itu untuk menuntaskan terpaan hawa panas yang membakar setiap waktu.
Hingga tanpa menjawab ucapan Namira, ia kembali merunduk meraup bibir wanita yang kini mengkhawatirkan dirinya karena baru saja kembali dari perjalanan bisnisnya. "Tubuhku masih lebih dari sekedar siap untuk membuatmu mendesah bersamaku nyonya Kim." ucap Yoongi menantang sebelum kembali melumat bibir wanitanya dan berderap naik dengan bibir yang saling memagut, saling menyerang tak ada yang mau mengalah, sama-sama ingin mendapatkan lebih dan ingin saling menaklukkan.
Hingga kini mereka berdua ada di depan peraduan milik Yoongi, Namira pun membantu memutar gagang kunci dan mendorong pintu kamar itu dengan tangannya. Sementara Yoongi menatap setiap senyuman yang muncul di wajah Namira membuatnya semakin luluh dan tertawan dalam sebentuk cinta tulus yang dipancarkan oleh wanita cantik itu. Ia pun melangkah masuk, dengan Namira masih dalam gendongannya kemudian ia membalik tubuh Namira, menggunakan punggungnya untuk mendorong pintu kamar hingga tertutup dengan sempurna.
Perlahan dan dengan hati-hati Yoongi menurunkan Namira dan menyandarkannya di daun pintu. Lengan kekarnya melingkar erat mencengkram pinggang ramping sang wanita sementara satu tangannya merapikan anak rambut yang sedikit menghalangi wajah kekasihnya. Ia menyampirkannya kebelakang telinga, membuat Namira tersenyum malu dengan rona merah makin kentara di wajahnya. Ia menyukai setiap gerakan halus Yoongi yang menunjukkan sedikit perhatiannya.
Kedua tangan Namira masih bertengger manis di leher Yoongi dengan kakinya yang berjinjit ia tetap berusaha bertahan dengan posisi ini. Karena ini adalah posisi pertamanya seperti ini dengan Yoongi setelah empat tahun hidup di bawah kendali sex Min Yoongi.
Yoongi mendekatkan wajahnya, membiarkan hidung mereka saling menyapa, dan obsidian mereka saling menyelami dan mengagumi "Apakah kau merasa keberatan dengan posisi ini, sayang?" tanya Yoongi dengan suaranya yang sedikit serak. Yang kembali disambut getaran halus yang mendamba dari tubuh Namira.
Wanita itu menggeleng.
"Jika kau menginginkannya aku akan bertahan sebisaku."
Senyum menawan terpatri di wajah Yoongi, sebelum kemudian ia memiringkan wajahnya dan satu tanganya menekan tengkuk leher Namira. Ia mendapatkannya. Bibir merah Namira yang selalu memabukan membangkitkan hasrat liar dari pria berandal yang masih bergolak dalam dirinya dan seketika lupa bahwa ia pernah melakukan hal ini dengan wanita di seberang sana meski dengan sensasi yang tak sepenuhnya sama.
"Nami.." suaranya serak semakin menggoda dan terdengar seksi membuat tubuh Namira bergerak makin liar. Yoongi makin mencengkram pinggulnya, ia tau jika sang pemuda melepasnya maka seketika ia akan melorot jatuh membentur lantai. Maka Yoongi menggodanya dengan caranya. Dengan cara yang paling gila yang tak pernah Namira bayangkan sebelumnya.
Dengan gerakan lembut Yoongi menggerakkan pinggulnya perlahan. Membiarkan sesuatu yang mengeras di bawah sana saling menyapa dengan sesuatu yang sedikit basah menggoda dari balik celana.
"Akkhh Yoon." Namira menjambak rambut Yoongi penuh nafsu kala satu gigitan Yoongi berhasil membuat tanda kemerahan dilehernya. Hingga kemudian satu tangan Yoongi bergerak liar menyusup ke dalam kaos sang wanita dan meremas lembut di sana secara bergantian.
"Bisakah kau mebukanya sendiri Nami? Aku harus menjaga tubuhmu agar tak terjatuh."
"Apapun untukmu Yoon," jawab Namira kemudian dengan cepat melepas atasannya hingga kini sepoi angin menyapa tubuhnya yang telah bugil mempertontonkan lekuk payudaranya yang indah.
Obsidian mereka kembali saling menyapa, saling memancarkan rindu yang menggebu, juga keinginan untuk saling menaklukkan satu sama lain.
"Izinkan aku sayang." lirih Yoongi sambil menekan dada Namira yang kenyal dan lembut dengan dada bidangnya yang masih terbungkus kemeja dan jas hitamnya.
"Aku milikmu Yoon." jawab Namira lembut kemudian terlebih dulu menyambar bibir Yoongi dan melumatnya dengan letupan asmara yang menggebu. Kedua tangannya kembali mengikat kuat leher Yoongi, mempertahankan eksistensinya di sana agar tak melorot jatuh karena kini Yoongi tengah sibuk melepas jas dan kemejanya sendiri hingga dalam hitungan detik dada bidang Yoongi menekan kasar kedua benda kenyal milik Namira.
Pori kulit mereka bersentuhan intim, membuat impuls saraf masing-masing sama-sama mengirimkan geleyar aneh yang mengirim sinyal untuk segera saling menaklukkan dengan fantasi liar dan sedikit gila yang sebelumnya tak pernah menyapa alam bawah sadar mereka. Hingga kemudian dengan berani Yoongi mengangkat tubuh Namira dan mendoronganya makin kuat ke daun pintu sebelum wajahnya merunduk mencari sumber nutrisinya. Sementara kedua tangannya menahan kedua paha Namira karena ia sadar betul kedua kaki Namira tak akan mampu mencengkram pinggulnya dengan kuat, maka jika ia ingin sensasi yang berbeda dari gaya bercinta mereka selama ini, ia harus sedikit bekerja lebih keras dan entah kenapa itu menantang jiwanya.
Tbc.
Ada yang kesel ndak aku cut disini...
Kalau mau tau lanjutannya aku tunggu hingga 20 bintang. Tidak banyak kan.So jangan lupa pencet bintang.
Makasi.
KAMU SEDANG MEMBACA
I CAN'T
General FictionSeorang Min Yoongi pria berandal yang mendadak tobat setelah jatuh miskin karena kebangkrutan perusahaan orang tuanya. Namun Tuhan masih berbaik hati mengirimkan sesosok malaikat dalam hidupnya. Lalu bisakah ia membalas budi dengan terus melayani n...