Yoongi terdiam menatap ke arah luar jendela, dimana titik-titik hujan terdengar berisik mengetuk jendela kamar hotel yang ia tempati. Osaka sedang dilanda badai.
Suara guntur bergemuruh dan kilatan petir telihat sesekali menyambar melepaskan muatan listriknya.
Ia menyentuh dadanya yang terasa sesak sejak kejadian tadi siang. Namira masih mengusiknya.
Bibirnya yang merah karena memuntahkan darah terus mengusiknya, bahkan tadi Adora berulang kali memarahinya karena kehilangan konsentrasi saat menyetir mobil sang wanita menuju dokter kandungan.
Perlahan Yoonggi meraih grendel pada jendela. Ia tanpa sadar membuka jendela itu dan membiarkan titik air menyapa tangannya yang terulur, disusul tubuhnya yang bergerak perlahan ke arah balkon. Air hujan dan hembusan angin langsung menyambutnya membuatnya basah seketika.
Tak perduli dengan keadaannya yang basah dan dingin Yoongi masih betah berdiri di sana, membiarkan pikirannya yang bertalu. Dan sekali waktu mengulang kisah tragis dalam hidupnya kala berita kematian orang tuanya menyapanya.
Saat itu, ketika ia mendapat kabar tentang kematian orang tuanya, maka dunianya dan adiknya serasa hancur, apalagi ketika tiba-tiba deep kolektor datang menagih hutang, yang berakhir penyitaan bank akan rumah dan semua aset keluarganya.
Akhirnya dalam sekejap ia menjadi pria miskin yang menyedihkan.
Enam bulan ia menghilang dari pergaulan brandalnya karena malu dan tak ingin kehancuran hidupnya di ketahui orang lain, ia tak ingin ditertawakan.
Maka ia menyeret adiknya berkelana kesana-kemari tak tentu arah.
Hingga suatu ketika sebuah pertengkaran terjadi di antara mereka.
Dipinggir jalan di tengah kumuhnya daerah Silim, di bawah guyuran hujan badai dengan petir yang menyambar dan suara guntur yang bertalu, mereka bertengkar karena tak ada lagi yang bisa mereka makan, dan Yonghae malah menuntut ingin kembali ke sekolah mewahnya di Gangnam.
Itu membuat Yoonggi naik darah dan ingin menampar adiknya.
Saat itulah suara seorang wanita mengintrupsinya. Mencegahnya melakukan tindakan kriminal.
Wanita itu mendekat dengan kursi rodanya.
Tersenyum ramah dan memancarkan kasih sayang yang begitu kuat dan dalam, penuh ketulusan.
Itulah awal pertemuannya dengan wanita cantik bernama Namira.
Yoongi menarik nafas dalam mengingat semuanya.
Air matanya meluruh jatuh bersamaan dengan air hujan yang mengalir membasahi wajah dan tubuhnya.
"Apa yang sudah aku lakukan?" gumamnya pelan.
Kembali teringat bagaimana darah itu keluar dari mulut Namira membuatnya kembali terpukul. Maka kemudian ia bergegas masuk ke dalam kamar, ia meraih ponselnya yang berada diatas nakas.
Secepat kilat ia menghubungi nomer Namira.
Yoongi menunggu dengan resah sambil menggigiti kuku jarinya. Hingga nada sambung terdengar, ia pun semakin gugup. Tungkainya bergerak-gerak dengan gelisah.
Beberapa detik menunggu tak kunjung ada yang menjawab.
Yoongi makin bingung.
Kemudian ia memutuskan untuk melakukan sambungan international menuju telpon rumahnya di Korea.
"Yeobseo, rumah keluarga Kim disini."
"Jungseok, aku Yoongi, dimana Namira aku ingin bicara."
KAMU SEDANG MEMBACA
I CAN'T
General FictionSeorang Min Yoongi pria berandal yang mendadak tobat setelah jatuh miskin karena kebangkrutan perusahaan orang tuanya. Namun Tuhan masih berbaik hati mengirimkan sesosok malaikat dalam hidupnya. Lalu bisakah ia membalas budi dengan terus melayani n...