dua puluh

1.3K 116 2
                                    

Yoongi mengerjapkan kedua matanya mencoba menyesuaikan diri dengan suasana ruangan tempatnya berada.

Ia ada di kamar Rumah sakit. Yoongi tau itu. Yang tidak ia tau hanyalah bagaimana caranya ia sampai di sana.

Semalam setelah kejadian itu ia pergi ke club malam dan minum cukup banyak, rasanya ia ingin bunuh diri dengan menegak minuman itu sebanyak mungkin. Tapi yang terjadi malah di luar expektasinya. Tubuhnya penuh dengan luka seolah ia baru saja dihajar habis-habisan tapi sayangnya ia tidak mati.

"Akhh." ia menyentuh bibirnya yang mengalami luka lebam.

"Apakah semalam aku berkelahi?" lirihnya, tapi dengan siapa?

Fikirannya memutar ulang kejadian semalam. Yang memang tak bisa ia ingat meski berapa kalipun ia mencoba, dan itu malah membuatnya makin pening.

Perlahan ketika ia sibuk memikirkan segalanya, rungunya mendengar suara derit pintu. Ia menoleh.

Dan terkesiap, namun kemudian ia menyungginggak senyumnya "Yonghae, kau pulang?"

"Iya, aku pulang untuk menghajarmu." kesal Yonghae sambil medekat dan duduk di samping ranjang. "Apa yang kau lakukan? Sudah mau jadi ayah kelakuanmu masih seperti ini. Mau jadi berandal lagi seperti dulu?"

Yoongi tersenyum kecut. "Ayah ya? Aku tertipu Yonghae."

Sang adik mengerutkan dahinya

"Tertipu?"

Tatapan manik mata Yoongi mendadak kosong, ia memandang langit-langit kamar dengan menerawang. "Aku tak pernah tau kalau anak yang dikandung Adora bukan darah dagingku. Sampai...sampai aku lihat ia bercinta dengan pria lain di rumahku sendiri."

"Pria lain?"

Yoongi tertawa hambar sebelum mengangguk "Aku membuang berlian dan malah memungut sampah yang busuk seperti itu."

"Kakak....."

Senyum tipis kembali menghiasi wajah Min Yoongi. Ia kemudian menoleh ke arah Yonghae yang menatapnya iba "Kau jangan menatapku dengan tatapan begitu. Setidaknya kakak masih harus bersyukur karena tau semuanya sekarang, dari pada nanti itu akan semakin merepotkan."

"Lalu apa rencanamu?"

"Aku akan menceraikannya."

"Dan kembali pada kak Namira?"

Mendengar pertanyaan itu seketika wajah Yoongi berubah murung. Ia pun menggeleng "Tidak. Aku tak bisa bersamanya lagi."

"Namira berhak untuk bahagia, tapi kebahagiaannya bukan denganku melainkan dengan Taka, mereka akan segera bertunangan, aku tak mau jadi penghalang kebahagiaannya."

Yonghae berdiri, ia berjalan menatap keluar jendela, air matanya tumpah tanpa diketahui oleh sang kakak.

Ia merasa dilema, antara harus memberitahu kenyataan atau membiarkan sang kakak bertahan pada pemikirannya.

Namun pada akhirnya ia menghela nafas, kemudian menghapus air matanya dengan kasar. "Yah, aku setuju dengan keputusan kakak. Kak Nami memang sudah selayaknya bahagia, jadi kau tak usah mengganggu hidupnya lagi."

"Oh ya kau bilang mau menggugat cerai Adora 'kan? Jadi apa yang bisa aku lakukan untukmu.

Yoongi bergerak turun dari tempat tidurnya, meski tubuhnya berdenyut sakit tapi ia mencoba mengabaikannya. "Aku boleh ikut denganmu ke Kanada 'kan? Aku ingin memulai hidup baruku di sana. Mungkin dengan begitu aku bisa melupakan Namira."

"Terserah kau saja. Kalau begitu aku akan urus adiministrasimu dulu, dokter bilang kau boleh keluar hari ini."

"Tapi kita berangkat setelah menghadiri pertunangan Namira bulan depan. Aku janji akan datang."

I CAN'TTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang