Bertemu dalam kisaran waktu yang singkat, hanya dalam hitungan dua puluh minggu dan lima hari yang lalu tepatnya mereka bertemu. Saat itu, Irene ingat sekali bagaimana proses mereka bertemu.
Dirinya dan lelaki ini.
Sore itu Irene fikir hujan yang turun hanya dalam bentuk gerimis yang tidak mungkin bisa membuatnya basah kuyup. Tapi ayolah, siapa yang bisa menebak alur sebuah cuaca. Baru beberapa langkah Irene menginjakkan kakinya dijalanan menuju halte gerimis yang masih berbentuk rerintikan nyatanya berubah menjadi gemericik air yang perlahan jatuh dengan volume lebih deras dari sebelumnya. Separuh badannya sudah basah dan ia memutuskan untuk memutar langkah menuju minimarket yang jaraknya ada ditengah-tengah diantara posisinya dan halte. Bisa saja Irene mempercepat langkahnya tapi ia tidak mau ambil resiko sampai di halte dengan tubuh basah kuyup.
Kaki kecilnya menapak jalanan yang tertutupi oleh derasnya air yang tumpah. Setelah memastikan ia sudah berada dalam teduhan yang seharusnya Irene mengibaskan pundaknya dengan tangan putihnya, lalu mengusap rambut nya yang pasti terlihat kuyup.
Beberapa saat berlalu, langit masih setia menumpahkan air menggenangi jalanan trotoar Myoengdong membuat rasa dingin menerobos masuk kedalam sulur kulit. Irene menengadah menatap langit yang masih terlihat gelap. Kedua matanya mengerjap, mengusir hawa dingin yang tiba-tiba saja datang.
Sial. Ia lupa membawa baju hangat.
Dan saat itulah mereka bertemu, dia keluar dari pintu minimarket dengan satu plastik yang mungkin berisi bahan makanan. Tubuhnya tinggi, saat itu Irene ingat sekali apa yang dia pakai.
Topi hangat berwarna stabilo dan parkanya yang kebesaran. Dia tersenyum kearah Irene saat mereka tidak sengaja beradu pandang dan Irene melengos lagi tapi atensi nya kemudian terusik kembali saat sebuah cup hangat teh yang masih mengepul tersodor kearahnya.
"Untukku?" Tanya Irene, sedikit tidak yakin. Pria itu mengedik dan mengangguk.
"Kau kedinginan" Balas nya. Dalam hati Irene menyetujui ucapannya. Tanpa memberi alasan lebih jauh ia mengambilnya, membiarkan hangat dari teh yang masih panas itu menyapa telapak tangannya.
"Gomawo" Ucap Irene lagi. Dan kemudian ia menunduk, menghirup kepulan asap teh yang tercium oleh rongga penciumannya. Wangi nya enak dan pasti rasanya manis.
"Sama-sama, Song Mino ... Kamu?"
Irene yang menunduk perlahan mendongak. Menatap pria itu untuk sepersekian detik membiarkan kedua matanya meneliti setiap lekuk wajahnya. Untuk ukuran perempuan Korea ini memang tidak sopan tapi Irene hanya ingin memastikan kalau pria ini tidak memiliki tujuan yang tidak sopan terhadapnya.
Oh come on. Tidak ada kebetulan seperti didalam cerita komik atau drama yang biasa ia lihat di televisi. Semuanya sudah diatur.
Pria itu akhirnya menatap hujan, menarik nafasnya dan berusaha untuk tidak menoleh kearah gadis yang kini kembali menunduk dengan tangan memeluk cup teh nya. Satu tarikan nafas terdengar tidak nyaman di telinga Irene.
"Bae Irene ... Namaku"
Tidak ada jawaban lagi. Irene menaikkan dagu nya, melirik sesekali kearah pria yang tinggi nya beberapa centi dari nya. Perlahan ia mendecak dalam hati, seketika merasa menyesal sudah menyebutkan namanya.
Iya pria itu tidak membalas lagi ucapannya. Hanya menampilkan smirk yang tidak menyenangkan untuk dilihat.
Dia, kecuali teh yang dia berikan. Selebihnya, dia menyebalkan.
HARU
Introduce
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Irene Bae - Song Mino's wife
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Mino Song - Irene's husband
Annyeong... Oke aku tau work aku bejibun yang belum tamat 😆 tapi maafkan saya yang malah bikin work baru disela padatnya kegiatan di RL. Wkwkwk