Chapter 5 - 다섯

761 103 3
                                    

Jangan lupa meninggalkan jejak untuk penulis dengan cara voment.

Ff ini berisi konten sara'.
Bagi yang tidak nyaman, silahkan mundur teratur ya.

Selamat membaca

Esna meruntuk kesal mendapati fakta bahwa isi pikirannya salah. Tidak, sebenarnya hanya harapannya yang terlalu besar bertemu dengan Idol tenar sekelas Min Yoongi.

Jangankan artis Korea, artis Indonesia pun sepertinya akan sulit bertemu jika hidupnya hanya berpusat di tempat tinggal dan tempat mengajar. Bodoh sekali.

Akhirnya Esna memutuskan memanfaatkan waktu seminggu tersisanya untuk jalan-jalan. Sekiranya ia bisa menjelajah kota Seoul sebelum sibuk mengajar atau lebih tepatnya memeras otak dan mentalnya.

Dan perjalanan Esna malam itu berakhir di jembatan sungai Han. Cukup lama ia terdiam disusul kemudian tanpa sengaja memperhatikan lebih banyak tulisan Hangeul yang tertera disana. Salah satunya.

너를 위해

Gadis itu kini tersenyum sambil mengeluarkan ponsel dan mengetik di aplikasi papago yang ia install beberapa hari lalu karena kesulitan berkomunikasi. Tapi setidaknya Esna sudah mengenal huruf Hangeul jadi tak sulit baginya mengetikkan kata berbahasa Korea.

🦜 (Untukmu)

"Untukku? Apa yang akan kudapatkan disini?" Gumam gadis itu pelan, merasa tujuannya ke Korea hanya sebatas melarikan diri dari patah hati. Pura-pura bersikap kuat padahal nyatanya ia masih sangat sakit hati hingga tak sanggup lagi untuk menangis.

Ia melangkah pelan dan mendapati tulisan lainnya.

커피 한잔 어때요?

🦜 (bagaimana dengan secangkir kopi?)

Gadis itu lantas terkekeh, menatap sisi jembatan.

"Bahkan kau tau aku belum minum kopi hari ini. Kopi disini mahal, tapi aku akan beli sesekali." Seru Esna memeriksa isi tasnya memastikan isi dompetnya untuk membeli kopi di Korea. Setidaknya untuk kali ini saja.

Gadis itu perlahan menyusuri jalan menuju coffee shop yang tak jauh dari sana sambil bersenandung tanpa lirik, hanya gumaman pelan.

Alasan lain Esna tak mau menginap di fasilitas sekolah karena yang ada nanti ia tak bebas jalan-jalan seperti ini. Tapi itu semua tak berlaku untuk muridnya; Gibran dan Brandon, mereka berdua harus menginap di asrama sekolah.

Namun jika dipikir lagi, sewa bulanan rumah lotengnya cukup menyita isi dompet. Haruskah ia pindah ke sekolah saja bulan depan?

Setelah melewati kawasan pasar malam, kini Esna sudah berada tepat di sebuah coffeshop yang dirasa cukup sepi, bersyukur ia tak perlu mengantre. Tentu saja hal tersebut membuat Esna tersenyum senang, "One Americano" ujarnya pada sesorang yang siap menerima pesanan.

"4.800 ₩on" ujar kasir singkat.

Senyum gadis itu seketika pudar mendapati uangnya tak cukup. Ia tanpa sadar sudah menggunakan uangnya untuk membeli pernak-pernik rumah saat jalan-jalan tadi. Kenapa hari ini ia bisa sangat ceroboh.

"Bagaimana dengan kartu?" ujar Esna sambil menyerahkan kartu debitnya.

Sang kasir tampak mendengus lemah, seperti tak suka pada Esna, jadilah gadis itu diam tak enak hati. Tapi ia lantas mengambil kartu Esna dan mencoba memproses pembayaran.

"Kau orang asing?" Tanya kasir lagi menggunakan bahasa Korea.

Esna mencerna cukup lama, ia tak mengerti, "Mweo? English Juseyo." Masa bodolah ia mencampur aduk bahasa, ini semua demi kepentingan komunikasinya.

𝑷𝒊𝒆𝒅 𝑷𝒊𝒑𝒆𝒓 ✓ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang