Chapter 8 - 여덟

759 100 9
                                    

Jangan lupa meninggalkan jejak untuk penulis dengan cara voment.

⚠Ff ini berisi konten sara'.
Bagi yang tidak nyaman, silahkan mundur teratur ya.

Selamat membaca♥

Hari pertama mengajar Esna sungguh sesuatu, ia ditempatkan di taman kanak-kanak yang tentu berbeda dengan pengalamannya mengajar; anak remaja beberapa tahun ke belakang.

Jujur saja, bagi Esna ini sangat menyenangkan karena mereka mengembangkan motorik kasar serta motorik halus bocah yang kebanyakan masih di bawah enam tahun, tapi gadis itu kesulitan berkomunikasi mengingat malaikat-malaikat kecil itu belum ada yang menguasai bahasa inggris.

Ada- namun hanya beberapa.

Harusnya Esna menolak saja untuk urusan taman kanak-kanak. Ia sungguh frustrasi memikirkan bagaimana cara mengajar bahasa nanti. Ini seperti diluar keahliannya.

Tapi ada keuntungan lain ketika Esna mengajar anak yang masih kecil. Misalnya bisa belajar bahasa korea bersama atau pulang lebih cepat daripada guru lainnya, seperti saat ini.

Rencana untuk tinggal lebih lama di sekolah juga urung dilakukan karena sudah pasti semua guru sedang sibuk, apalagi Naomi. 

Jadi lebih baik ia pulang dan memikirkan cara untuk mengajar lebih baik nanti.

Gadis itu kini bersama guru-guru lain memastikan semua anak didik mereka masuk ke dalam bus sekolah yang sudah ditugaskan untuk mengantar-jemput anak-anak tersebut.

"Eoh. Kenapa anak itu tak ikut masuk?" Tanya Esna kebingungan ketika melihat seorang gadis kecil kini melenggang angkuh menuju halte di depan sekolah elit tersebut.

"Anak itu? Appanya bilang ia sedikit penyendiri, dia tak akan mau pulang bersama anak lainnya dalam satu mobil." Dengus guru lain prihatin.

"Ah... benarkah?, tapi apakah tidak apa-apa dia menunggu sendirian disana? Ini kan hari pertama sekolah kenapa orangtuanya tak menemani?" Tanya Esna lagi, gadis kecil yang menarik perhatiannya kini tengah duduk sambil sibuk memainkan ponselnya, menelpon seseorang mungkin?.

"Ibunya sudah meninggal dan appanya sibuk, tapi sepertinya- keluarganya juga mustahil mempekerjakan seorang pengasuh. Bukan begitu?"

"Ah~ kasian sekali" gumam Esna kini bingung harus bereaksi seperti apa.

"Tapi sebentar lagi Appanya pasti menjemput kok, sekolah sudah menelpon, jangan khawatir. Aku pulang duluan ya."

"Ah ye.. bye bye." Sahut Esna disusul sedikit melambaikan telapak tangannya.

Kini Esna diam ditempatnya berdiri seraya mendengung sesaat, masih memperhatikan si gadis kecil. Apakah tidak masalah jika Esna berjalan menuju halte itu, karena alasan ia harus menunggu bus.

Gadis itu melangkahkan tungkainya pelan lantas memposisikan tubuhnya tepat di samping gadis kecil itu. Tapi hal yang tak diduga Esna terjadi, saat anak yang ingin didekati itu malah menggeser tubuhnya.

"Ya ampun, aku dijauhin." Oceh Esna menggunakan bahasa Indonesia dan sukses menarik perhatian si gadis kecil.

"Annyeonghaseyo~" sapa Esna tersenyum dan sedikit membungkuk, tata krama yang biasa dipakai ketika ia menyapa seseorang yang lebih tua.

𝑷𝒊𝒆𝒅 𝑷𝒊𝒑𝒆𝒓 ✓ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang