Everyone must have problems

140 8 0
                                    

Langit yang awalnya biru kini berubah menjadi mendung.
Tetes demi tetes air hujan membasahi taman rumahku.
Aku duduk di jendela kamar sembari menatap hujan. Setiap tetesannya membawaku terhanyut dalam dunia khayalan.

Seandainya dulu semua itu belum terjadi pasti aku gak bakal jadi seperti ini, pasti gak akan ada yang menghinaku dan pastinya aku bakalan hidup seperti mereka pada umumnya.

Hujan semakin deras dan air mataku menetes layaknya hujan kala itu. Aku mencoba membendung tangisan ku tapi semakin aku menghentikannya maka saat itu juga air mataku semakin tak terkendali.

Aku ingin bercerita pada mama, tapi itu akan membuat mama sedih.
Aku ingin memiliki teman curhat tapi tak ada yang mau berteman denganku, ada sih tapi cuma Toni dan aku belum begitu percaya seutuhnya ke dia.

Krrkk.. Krrkk.. Krrkk
Suara pintu terbuka, aku langsung menghapus air mata yang menetes di pipiku.
Mama menghampiriku dan menepuk pundak.

"kamu nangis?kenapa?" ucap mama padaku

"nggak kok ma..barusan aku cuma keselip air hujan" ujarku menutupi yang sebenarnya terjadi.

"beneran nih? Yaudah sana berangkat sekolah, udah agak reda tuh hujannya" perintah mama sembari mengelus kepalaku

"hehehe iya ma, aku berangkat dulu yah"

Karena gerimis jadi kali ini aku pergi sekolah dengan menaiki angkutan umum, aku duduk tepat di belakang kursi pak sopir.
Namun saat hampir sampai ke sekolah angkutan yang aku tumpangi, bannya malah bocor. Agar tidak terlambat, aku harus berjalan kaki walaupun jalannya sedikit becek.

Kringg.. Kringg..

Tepat sekali.. sesampai di lapangan sekolah bel masuk pun berbunyi, dengan cekatan aku berlari ke kelas. Tepat di depan kelas 12 mipa 3 aku terjatuh, banyak yang menertawakanku tapi aku mengabaikan mereka.
Disana ada kakak kelas yang kemarin, ia datang menghampiriku dan menanyakan perihal yang kemarin, aku menerima ajakannya tanpa bicara panjang lebar, akupun langsung berdiri dan berjalan menuju kelas dengan terburu buru.

Assalamualaikum..
Semua mata tertuju padaku. Untungnya disana ada guru yang akan memulai pelajaran jadi tak ada yang menyorakku, aku menghampiri beliau dan menjelaskan alasanku terlambat dan akupun disuruh duduk.

"tumben telat?" tanya Toni

"itu tadi ban angkutan umumnya kem.."

Belum selesai bicara pak riki menyuruhku agar cepat duduk.

"hehe maaf" ucap Toni dengan sangat lirih

Aku hanya mengangkat alis sebelah, tanda meng-iyakan Toni.

Pak riki memberikan tugas dan harus di kumpulkan sebelum bel istirahat berbunyi.
Aku berdiskusi dengan Toni, memang benar dia anak yang pintar. Tiap kali ada soal yang belum aku pahami ia selalu mengajariku dengan lembut dan telaten.

"kamu pintar juga ya, suatu hari nanti aku yakin kamu bisa mendapatkan teman"

Begitu ucapan Toni yang membuatku tersipu malu.

Aku bersyukur punya temen kayak dia.
Aku berharap apa yang dia katakan bisa terjadi.

🌼 🌼 🌼

Terkadang masa lalu memanglah menyakitkan tapi percayalah dan yakinlah dengan itu aku akan menjadi orang yang tegar menghadapi masa yang akan datang.

@qorry_aini

Kesendirian Yang Nyata Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang