Matahari menyoroti seluruh tubuhku.
Dari kelas 10 pelajaran penjas orkes di kelasku memang selalu di taruh sehabis istirahat pertama.
Kebayangkan gimana panasnya matahari kala itu.Semua anak mulai berbaris di lapangan,dan praktek lompat jauhpun di mulai.
Satu persatu anak telah selesai hingga akhirnya bel pergantian jam berakhir.Aku mengganti pakaian bersama teman temanku.
Aku terkejut ketika keluar dari kamar mandi tepat di depan pintu ada seorang lelaki yang tak asing bagiku,dia adalah Toni.Jurus senyum manisnya terpapar di wajahnya,dengan terheran aku menatap tingkah Toni yang beda dari biasanya.
"Ngapain disini?" Ujarku lirih
"Gak papa cuma mau nyamperin kamu aja"
"Eh?"
"Emangnya gak boleh apa?" Ujar toni dengan sinis
"Hehe ayok ke kantin aku teraktir dah" ucapku sembari menarik tangan toni.
Dengan cepat toni menyamai langkahku.
Toni memang begitu anaknya,moodnya cepat untuk berubah-ubah.
Tapi santai,aku sudah faham dengan sikap dan karakternya ini.***
Kali ini aku pulang jam empat sore. Rumah tampak sepi karena mama belum pulang kerja,aku bergegas ke kamar untuk mandi.
Aku naik keatas kasur dan berniat untuk mengerjakan tugas sekolah.
Telephone berdering,ku coba mengambilnya.
Terpampang sebuah nomor yang tidak aku tahu,aku mengangkatnya dan ternyata dari pihak rumah sakit.Tetesan air mata semakin membanjiri pipiku saat aku mendengar mama kecelakaan.
Aku rapuh,aku lemah dan tak berdaya saat itu.Aku segera keluar kamar dan berlari ke pagar rumah,keadaan lorongpun sepi tak ada orang yang bisa membantuku.
Akhirnya aku nekat dengan menaiki sepeda motor milik mama yang berada di garasi rumah.Hujan seakan mendukung suasana hatiku saat itu.
Dokter masih di dalam memeriksa mama yang terbaring lemah.
Ku tatapi semua orang sekitar rumah sakit,tak ada satupun yang ku kenal hingga akhirnya aku hanya duduk sambil mengacak pelan rambutku.Dag.. dig.. dug
Begitu dokter keluar dari ruangan mama perasaanku mulai kacau tak karuan. Aku menarik napas agar sedikit lebih tenang."Dok,gimana kondisi mama?
Dokter menatapku mungkin dia tak mau membuat perasaan gadis seumuranku sedih.
Hingga akhirnya tangisanku pecah di depan dokter itu."Ayolah dok,beritahu kondisi mamaku saat ini" ucapku sambil menghapus air mata yang membanjiri pipi
"Apa gak ada orang yang lebih dewasa disini?"
Aku menggelengkan kepala dengan pelan.
"Mamamu mengalami gagar otak karena benturan yang keras di kepalanya jadi harus di operasi secepatnya" ujarnya kemudian
"Lakukan dok kalau itu sekiranya bisa membuat mama sembuh"
"Baiklah saya akan berikan pelayanan yang terbaik untuk mamamu tapi segera lakukan pembayarannya ya dek"
Ntah harus bagaimana,aku tak tahu harus dapat uang dari mana aku mencoba menenangkan pikiran agar bisa mencari jalan keluar.
Aku meraih ponsel,terlihat potoku dalam rangkulan mama.
Melihat wajah mama yang masih muda,aku masih belum menyangka akan terjadi seperti ini pada mama.Aku mencoba menghapus air mata tapi semua percuma karna air mataku akan kembali dengan sendirinya.
Aku menghembuskan napas pelan kemudian mencari beberapa nomor di ponsel,hingga menampilkan deret nomor 'Ayah'. Aku ragu untuk menelpon nya tapi nama ayahlah yang saat ini aku pikirkan.
🌼 🌼 🌼
Setiap masalah pasti ada jalan keluarnya, cukup pasrahkan semua masalahmu kepadanya dan yakinlah Allah selalu bersamamu
@qorry_aini
KAMU SEDANG MEMBACA
Kesendirian Yang Nyata
Teen FictionBanyak orang menghargai orang lain karena memiliki kekayaan dan kecerdasan yang lebih. Dan terkadang mereka meremehkan bahkan mengabaikan orang orang yang mempunyai kemampuan di bawah rata-rata bahkan,sampai menjadikan kekurangan seseorang sebagai...