strongest girl

99 6 0
                                    

Akupun mulai memberanikan diri untuk menelpon ayah,handphone pun di dekatkan ke telingaku.
Tulisan berdering kini berubah menjadi hitungan jam.

"Ha..lo" ujarku terbata

"Hem?"
Hanya dengusan sebal yang aku dengar dari telphone,dengusan itu membuatku ingin membatalkan niat.
Tapi aku benar benar tak menemukan jalan keluar selain meminta bantuan ayah.
Sebenarnya aku ingin meminjam uang kepada bank tapi mana mungkin bank bisa memberikan pinjaman uang kepada anak 17 tahun sepertiku.

"Ayah aku ingin bantuanmu yah"

"Ada apa?"

"Mama sedang sakit yah dan perlu di operasi,aku ingin meminjam uang kepada ayah?

Kini dengusan ayah semakin jelas "berapa?"

"Sekitar 20 juta yah"

"Apa? 20 juta?kamu pikir 20 juta uang yang kecil?"

"Aku tau yah itu cukup besar,tapi apakah ayah tidak kasihan kepada mama? Walau bagaimanapun mama pernah hadir dalam kehidupanmu yah" ucapku yang mulai kesal.

Aku tahu bahwa ayah sudah tidak peduli denganku dan juga mama,tapi setidaknya ayah masih punya rasa belas kasihan kepadaku

"Tidak ada,usaha ayah kini mulai bangkrut" ucapnya sinis,kemudian mematikan handphonenya

Kini aku mulai hilang harapan. Air mata mulai membasahi pipiku kembali,rasanya terlalu berat untuk menjalani kehidupan.
Akupun melangkahkan kaki pelan menuju kamar inap mama,ku tatap wajahnya yang memucat dan tergeletak lemas di atas kasur rumah sakit.
Walau bagaimanapun mama masih terlihat cantik walaupun wajahnya memucat dan beberapa helai rambut berada di dahinya.

Aku menggenggam tangan mama yang tersambung dengan infus,rasa hangat dari mama yang kini aku rindukan.
Aku mengingat betapa menderitanya mama,aku merasa telah jadi anak yang jahat,yang tak bisa menjaga mama.
Aku menyesal karena selama ini masih belum terlalu peduli dengan mama.
Aku berjanji,bagaimanapun caranya aku harus mendapatkan uang untuk biaya operasi mama.

***
Aku berjalan dengan pelan sembari menggenggam handphone di tangan.
Aku mulai mencari pekerjaan sampingan untuk membantu biaya mama.

Langkahku terhenti pada sebuah warung,tepat di tembok depan sebelah kiri bertuliskan
'sedang butuh karyawan'.

Tanpa berpikir lama,aku langsung menemui pemilik warung itu.
Aku menanyakan tentang lowongan kerja yang terpampang di depan.
Ibu itu terlihat ragu denganku, tapi aku tetap memaksa untuk berkerja. Ya lumayan lah gajinya itu sesuai dengan ramainya pengunjung,jika pengunjung ramai membeli di warung itu bisa jadi upahku hari itu mencapai 100 ribu tapi kalau pengunjung nya sepi maka upahku hanya 20ribu dan bisa jadi aku tidak mendapat upah hari itu.

Akupun mulai bekerja menjadi pelayan warung dan mencuci piring.
Hari demi hari ku lewati dengan bekerja,rasanya sedih ketika aku berpikir seharusnya gadis remaja seperti ku kini belajar dan bermain main dengan teman temanku
Tapi,kini aku malah cuti sekolah selama sebulan penuh dan harus berjuang keras demi kesembuhan mama.

***
Malam hari aku kembali ke rumah sakit untuk menemani mama.
Tak ada perubahan sedikitpun dengan mama,hatiku semakin teriris ketika mengingat perkataan ayah.

Ku buka handphone, banyak chat dari grup kelas dan teman temanku,tak luput juga belasan chat dari Toni yang belum ku baca.

Toni menenangkanku dan beberapa temanku juga menuliskan catatan pelajaran selama aku cuti sekolah.

Rasa syukur membuat perasaanku sedikit lebih tenang.
Ku tarik napas lega karena masih ada yang mampu untuk menyemangatiku di kala aku berjuang keras menjalani semua ini.

🌼 🌼 🌼

Rasa sedih yang dihadapi setiap orang akan menjadikan mereka sebagai sosok orang yang lebih tegar menjalani kerasnya kehidupan

@qorry_aini

Kesendirian Yang Nyata Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang