About Us - Reason

1.4K 194 10
                                    

8 Mei 2012

Juanda dan Johan sama-sama kehilangan kendali. Mereka berdua sudah tidak bisa lagi menahan gejolak yang begitu menyesakkan selama ini. Katakanlah, mereka terlalu lemah karena menerima kenyataan saja tidak becus. Tapi setiap orang memiliki kemampuan menerima berbeda-beda.

Sekali lagi, kedua orang tua mereka berpisah saat mereka masih sangat belia. Kemudian, mereka juga hidup terpisah dengan kedua orang tua yang selalu bekerja mencari harta.

Bagi Juanda dan Johan, rasanya itu seperti dibunuh pelan-pelan.

Juanda kini tengah duduk terdiam di sebuah gor lapangan basket. Dia sudah membuat janji dengan Kenan. Juanda merasa Kenan akan mengerti saat dia menjelaskan isi hatinya.

Sosok yang Juanda tunggu datang mendekat perlahan dengan wajah yang dingin dan nampak kecewa.

"Kenapa? Kau menyesal memiliki teman berandalan sepertiku? Haha.. Lagipula sebentar lagi kita akan menjalani kehidupan sendiri setelah SMA, kan? Sana! Sana! Kau dengan keluarga bahagiamu dan biarkan aku sendirian!"

"Sedikit pun aku tidak pernah ada niat untuk meninggalkanmu, Juan. Aku kecewa bukan karena kau menjadi berandalan sekolah tapi karena pemikiranmu yang begitu pendek. Jika kau seperti ini, bagaimana dengan Johan?"

Pertanyaan Kenan begitu menusuk dihati Juanda. Sangat, sangat sakit hatinya ketika membayangkan bagaimana Johan sekarang.

"Mungkin.. Dia sedang menggores tangannya sendiri.."

Kenan tentu saja terkejut. Dia hanya menggelengkan kepalanya kuat. "Lalu kau diam saja seperti ini?" nafas Kenan kini memburu. Dia kesal karena melihat Juanda yang teramat pasrah.

"Kau diam saja saat adikmu melukai dirinya? Juan! Jika goresan itu makin dalam--"

"Adikku mati!" 

Kenan mengusap wajahnya begitu kasar dan cepat. "Aku tidak tau apa yang sudah merasukimu. Tapi, kau tidak bisa diam saja saat adikmu sedang membutuhkan pertolongan seperti itu!!"

"AKU DIAM SAJA? AKU DIAM SAJA, KATAMU!!"

Juanda membangkitkan tubuhnya untuk membuat tatapannya sejajar dengan kedua manik elang kepunyaan Kenan.

"Kau tidak pernah tau sebarapa sering aku mencoba membujuk ayahku dan bunda untuk kembali. KAU TIDAK AKAN PERNAH BISA MENGHITUNG SEBERAPA BANYAK AKU BERDOA UNTUK KELUARGAKU YANG SUDAH RUSAK!!"

Mereka berdua sama-sama sedang kesal. Tapi disisi lain, Kenan yang seharusnya lebih melunak.

"Sekarang aku paham. Aku mengerti kenapa Johan melakukan itu semua, Kenan"

"Tapi aku tidak mengerti alasan kau merusak dirimu seperti ini" Kenan mendekat. Dia berusaha untuk meyakinkan Juanda dengan membuat Juanda melihat tatapannya secara jelas. "Tidak ada pembenaran untuk semua yang sudah kau lakukan. Semuanya pergi darimu tapi kau masih memiliki Johan!"

Juanda tertohok mendengarnya. Memang, begitu adanya.

"Beri aku satu alasan saja, Juan. Alasan sampai sekarang kau masih berdiri disini!"

Juanda terdiam. Dia memainkan kedua bola matanya dengan cepat. Juanda tidak bisa berfikir, semua sistem dalam  tubuhnya terhenti.

"Johan" jawan Juan dengan suara yang teramat rendah namun penuh keyakinan.

"Aku mengalami banyak hal menyakitkan lalu sebuah keberuntungan datang kepadaku. Aku yakin, suatu saat kau juga pasti akan bahagia dengan Johan dan kedua orang tuamu"

Kenan merengkuh Juanda perlahan. Dia juga menepuk punggung Juanda yang tampak lemah, seakan punggung itu akan hancur ketika Kenan merematnya kuat.

About Us || Season 1 & 2 Fin Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang