About Us - Break Your Heart

1.5K 200 5
                                    

23 Mei 2012

Tidak pernah ada yang menginginkan semua hal buruk terjadi. Perceraian yang mereka ambil adalah keputusan yang sudah difikirkan baik-baik. Selain tidak ada cinta lagi mereka juga tidak ingin menyakiti kedua harta mereka dengan bersama. Karena sebuah hubungan memang tidak harus bersama, bukan?

Tapi ternyata menurut salah satu anaknya tidak demikian. Dia berbeda pandangan.  Mungkin sebagai orang tua mereka kurang mendengarkan dirinya sebagai seorang anak bungsu dan hari ini, lebih tepatnya detik ini Johan mengungkapkan semuanya di depan kedua mata orang tuanya.

Johan yang selama ini selalu menyimpan lukanya sendiri, rasa keslanya sendiri, kini sudah tidak kuat lagi. Bagi Johan ada dorongan teramat besar untuk menunjukan pada kedua orang tuanya apa yang dia pendam selama ini.

Johan yang setelah sampai di kamarnya langsung berlari mengambil pisau buah yang ada di meja. Kedua tangan Johan yang masih diperban bahkan tidak terlihat gemetar memegangnya. Benar-benar seperti sudah terbiasa dengan benda semacam itu.

Johan juga tidak melupakan untuk menatap datar kedua orang tuanya. Tatapan itu pula berisi ancaman agar mereka tidak mendekat.

"Demi dirimu sendiri tolong hentikan, Nak" suara lirih Bunda yang disertai isak tangis tidak membuat Johan bergeming. Tatapan itu perlahan kosong namun Johan masih bisa mempertahankan kesadarannya untuk tetap mendengar semua penuturan kedua orang tuanya.

"Apa yang Johan mau? Ayah akan mengabulkannya. Ayah mohon letakan pisau itu, Johan" bahkan suara tegas dan penuh permohonan ini tidak bisa membuat Johan melunturkan niatnya. Johan justru membalas dengan tatapan tajam menukik pada kedua orang tuanya.

"Ini salah Bunda. Iya, Bunda minta maaf karena selama ini telah menyakiti Johan. Tapi Bunda benar-benar tidak bermaksud seperti itu. Maafkan Bunda.."

Makin terdengar jelas tangisan Bunda yang juga suara permohonan yang teramat dalam.

"Bunda bukan hanya menghianati Ayah tapi Bunda juga menghianati dirimu dan juga Abang. Bunda minta maaf. Ijinkan Bunda menebus kesalahan Bunda. Johan ingin apa, Nak?"

Bukankah sudah jelas keinginan Johan selama ini? Kenapa kedua orang tuanya masih mempertanyakan? Apa Johan harus mengunakan suara yang begitu keras sampai mereka berdua mengerti?

Para tenaga medis berhamburan masuk dalam ruang rawat Johan termasuk petugas keamanan. Johan yang terkejut sekaligus tidak terima dengan kedatangan mereka dengan satu gerakan ia menggores tangan kirinya yang masih menggunakan perban.

"JOHAN!"

Karena ketakutan yang memuncak, Bunda berteriak dengan keras saat melihat apa yang ada didepan kedua matanya. Putra bungsu yang dia jaga selama ini ternyata semakin jauh dari jangkauannya.

Johan justru tertawa sumbang setelah mendengar teriakan Bundanya, "aku tau dimana urat nadiku, Bunda" ucapnya pelan namun masih bisa didengar oleh semua orang yang ada disana.

"Jika orang-orang ini tidak pergi dari sini, aku akan melakukannya sampai mereka pergi" Johan yang seperti ini tidak akan main-main dengan ucapannya.

Dengan gerak cepat Ayah berusaha membawa mereka menuju pintu keluar namun dia juga memohon untuk tetap membantu dan waspada dari balik pintu kamar rawat putranya.

Hanya tinggal mereka bertiga saat ini. Johan kembali menatap kedua orang tuanya. Johan tidak lagi mengarahkan pisau itu di leher atau urat nadi di tangannya. Tapi Johan tetap menggenggam pisau itu erat seakan itu adalah benda mahal yang tidak boleh hilang.

"Sekarang, Bunda dan Ayah yang mendengarkan aku!" datar, bukan Johan yang mereka kenal.

"Darah yang aku keluarkan ini adalah satu-satunya yang bisa membuat aku lebih baik. Hanya dia yang mengerti dan selalu bisa aku ajak berbicara saat aku sendirian!"

About Us || Season 1 & 2 Fin Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang