About Us Season 2 - Calm Down

760 115 3
                                    

Tidak akan ada orang tua yang bisa diam saja melihat putranya dalam kondisi yang tidak baik. Bagi Ayah dan Bunda kedua putra mereka sangat berhak untuk bahagia. Tidak seharusnya mereka menderita karena keputusan dan keegoisan mereka.

Sudah sangat cukup keegoisan mereka. Sudah sangat cukup untuk Johan dan Juanda menangisi perpisahan keluarga. Kini, Ayah dan Bunda berniat untuk memperbaiki dan juga memulai hal baru yang semestinya sudah sejak dulu mereka lakukan.

Tidak ada kata terlambat meskipun harapan untuk memulai hal baru itu begitu sulit. Sepasang suami istri yang dulunya terpisah kini mencoba untuk membangun lagi rumah tangga yang sempat rusak demi kedua buah hatinya.

Mereka sama-sama bekerja keras untuk mendapatkan kebahagiaan yang kedua putranya ingini. Mengurus semua dokumen dan juga mempertanggungjawabkan pernikahan mereka yang kedua.

Tidak ada yang mudah untuk memulai sesuatu yang baru. Apalagi sudah tidak ada lagi cinta diantara mereka. Keputusan rujuk yang mereka ambil murni karena kebahagiaan Juanda dan Johan.

Kebahagiaan yang sesungguhnya.

"Bunda tidak main-main dengan keputusan ini?" tanya ulang Johan yang masih menatap Bundanya tidak percaya. Dia seperti ditarik oleh ketidakpercayaan namun juga dia dipaksa untuk percaya karena ia bisa merasakan, Bundanya tidak berbohong untuk kali ini.

"Bunda dan Ayah ingin memperbaiki segalanya untuk kebahagiaan Johan dan Bang Juan. Bukannya dari dulu itu yang terpenting?" Bunda meraih kedua sisi wajah Johan dan membawa dahi Johan untuk ia cium dengan kasih sayangnya. "Semuanya demi anak-anak Bunda dan Ayah" lanjutnya.

Johan tidak bisa menahan luapan rasa haru dan senang dalam hatinya. Kedua mata bulat itu mulai berkaca dan...Johan mulai tidak mendengar suara yang mengganggunya. Yang ia cari selama ini, perlahan mulai mendekat padanya.

Apa keputusan Bunda kali ini benar? Apa Bunda terpaksa melakukannya?

Ada sedikit keraguan dalam hati Johan. Tetapi dia abaikan. Johan terlalu fokus pada kabar gembira yang ia dapatkan.

***

Johan menatap jendela kamar yang masih begitu gelap. Pagi belum terlaly terang dengan cahaya matahari yang masih redup di permukaan.

Johan memaksa tubuhnya untuk bangun dan melirik pada mejanya. Terdapat sarapan yang sudah tersaji dan Johan hanya tinggal menikmatinya. Namun, Johan justru membawa nampan berisi sereal itu menuju meja makan dan menunggu Juanda dan Bunda serta Ayahnya untuk sarapan bersama.

Johan menunduk menyembunyikan rasa gugupnya.

Apa yang kau lakukan Johan? Kau sudah gila!

"Aku memang gila" lirih Johan pelan dan hanya dirinya yang mendengar. Johan menggoyangkan tubuhnya kedepan dan kebelakang. Ia mulai takut dengan suara yang sekarang sedang menghinanya. Johan berkali-kali menghela nafas untuk mengusir rasa takutnya.

Sebuah earphone menutup telinganya dan Juanda tiba-tiba duduk disampingnya.

"Akhirnya adiknya Bang Juan sarapan disini" Juanda tersenyum bahagia melihat kedatangan Johan yang sudah sekian lama ia tidak rasakan saat ia dimeja makan.

"Ayah? Bunda?"

"Mereka sudah pergi sejak tadi untuk mengurus proses rujuk mereka, Johan" Juanda meraih serealnya dan menuangkan susu dalam mangkuknya. Ia bersikap biasa. Juanda bersikap seolah Johan baik-baik saja.

"Apa Bunda terpaksa melakukannya?" tanpa sadar pergerakan Juanda terhenti. "Apa Ayah juga terpaksa melakukannya?" tanya Johan untuk kedua kalinya dengan nada menuntut jawaban segera.

Juanda menghela nafasnya sebelum menjawab, "Ayah dan Bunda hanya mencoba untuk tidak egois, Johan. Mereka hanya ingin kita berdua bahagia. Kau juga begitu, kan?" tanya Juanda pada adiknya.

"Tapi, aku juga tidak mau kalau Bunda dan Ayah melakukannya dengan terpaksa"

Juanda tersenyum maklum. Bisa jadi ini hanya keraguan sesaat karena Johan masih tidak percaya dengan apa yang terjadi.

"Johan, dulu memang Bang Juan dan kamu bisa hidup normal dengan kondisi Bunda dan Ayah berpisah. Tapi, lihat sekarang. Johan membutuhkan Bunda dan Ayah bersama begitu juga dengan Bang Juan. Awalnya memang Bang Juan tidak percaya dengan keputusan gila yang mendadak itu. Tapi Bunda dan Ayah benar-benar ingin membahagikan kita, Johan"

Juanda beralih untuk mengusap kedua bahu Johan. "Johan hanya perlu percaya pada Bunda dan Ayah. Johan hanya perlu mendengarkan Bang Juan" Juanda melanjutkan acara sarapan paginya yang tertunda. Meninggalkan Johan yang masih mencoba mencerna kalimat kakaknya. []



Souyaa

Singkat dulu ya, kak. Hhe...boraheee❤❤

About Us || Season 1 & 2 Fin Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang