Seminggu sudah berlalu sejak hari itu. Sonny seolah hilang ditelan bumi. Judith tak pernah menerima respons atas cake yang ia kirim. 3 hari sesudahnya Judith nangis sepanjang hari. But nothing that she can do other than let him go.
Judith mengaduk es campur di depannya. Mirna mengajaknya bertemu sebelum ia berangkat ke Singapore. Sebenarnya Judith malas tapi Mirna muridnya. She doesn't feel right to reject her.
"老师对不起我迟到了. Laoshi maaf saya terlambat", Mirna menarik kursi di depannya.
"没关系。你什么时候去新加坡?"
(It's okay. Kamu kapan berangkat)"下个星期三" (Rabu depan)
"N你一个人去吗?" (kamu pergi sendiri)
"不是 (ga) . Ko Simon anterin saya dulu sebelum balik ke US"
"Oo", jawab Judith pendek.
Mirna memesan minuman. Ia nampak sedikit gelisah.
"怎么了。你有话要说吗?" (Kamu kenapa? Apa yang mau dibicarakan dengan saya)?
"Laoshi, maafin Ko Sonny ya. Dia emank ... orangnya gitu"
"Ooo ga papa", Judith tersenyum simpul.
"Ko Sonny dulu ga gitu Laoshi. Kita kan beda umur jauh 10 thn. Papa saya dulu marriednya telat Laoshi. Makanya pas Papa meninggal kami masih kecil-kecil. Ko Sonny baru lulus, tadinya mau ambil Master terpaksa batal. Dia jadi balik ngurusin saya, Ko Sammy sama Mama." Mirna terdiam sebentar.
"Aslinya ko Sonny itu baik Laoshi. Dia care sama pegawai bengkel. Sama Mama biar Mama sakit juga ga pernah ngeluh. Mama kena stroke 3 kali. Kita ga mampu bayar suster. Jadi yang jagain itu Mbok Nah yang udah lama sekali ikut kami sama Ko Sonny. Pas Mama stroke yang ketiga, itu kami masih di rumah lama. Ga ada orang di rumah, selain mbok Nah. Ko Sonny rush dari gereja tapi pas dibawa ke RS, udah terlambat Laoshi. sekarang Mama udah cuman di ranjang aja. Ko Sonny trauma berat. Dia ga berani tinggalin Mama kalau ga ada cowok lain di rumah. Makanya kita semua pindah tinggal di bengkel. Ko Sonny bilang kalau di bengkel dia harus pergi ada banyak orang yang bisa bantuin. Rumah kita dibawah buat catering lantai 2 dibikin kos-kosan. Kalau malam bengkel tutup, Ko Sonny udah ga pergi kemana-mana. Ko Sonny ga berani ninggalin Mama cuma berdua sama Mbok Nah."
Judith terdiam. Ia ingat pembicaraannya dengan Sonny beberapa waktu yang lalu.
"Oo saya cuman bisa pergi siang. Kalau malam saya ga bisa"
Ternyata ini alasannya.
"Saya mau kasih tunjuk sesuatu buat Laoshi." Mirna mengeluarkan beberapa kertas lusuh dari tasnya. Ia melipat kertas itu dan menyodorkannya ke tangan Judith.
Judith membukanya, ternyata kertas itu berisi gambar dirinya.
"Itu ... Ko Sonny yang gambar." ujar Mirna. Ia berusaha menebak arti dari wajah Judith.
Judith diam saja. Jantungnya berdebar, tapi lalu ia menggelengkan kepala dan dengan tersenyum tipis ia mengembalikan itu kepada Mirna.
"Kamu di Singapore jaga diri baik-baik ya. Pilih temen yang baik. Saya ada teman yang ke Gereja Indo di Singapore, nanti saya kasih nomornya." Judith mengalihkan topik pembicaraan mereka.
"Iya, makasih Laoshi."
"Saya doain yang terbaik yah buat kalian," jawab Judith diplomatis.
"Mir", suara Sonny membuat Judith nyaris terlonjak. Judith menunduk pura-pura sibuk dengan es campurnya.
Sonny memberi kode kepada Mirna. Mereka berjalan keluar. Dari jendela Judith melihat mereka berdebat.
"Kamu ngapain sih?!?!" Bentak Sonny kepada Mirna.

KAMU SEDANG MEMBACA
Sketsa (TAMAT)
Chick-Lit"Duduk", suara Sonny parau. Judith pun kembali duduk namun tetap tidak melihat ke arah Sonny. "Orang tuaku selalu bilang, ga boleh bikin anak perempuan nangis. Tapi mereka ga pernah kasih tau what should I do if a girl made me cried." Sonny menelan...