Part 7

1K 205 15
                                    

Simon melihat Judith tapi sama sekali tak menyapa. Tersenyum pun tidak.

Buru-buru Judith masuk ke ruang TU. Di sana ada Pak Saidi, petugas TU senior. Bu Rosma dan Bu Ida. Mereka nampak sedang ngobrol dengan seru.

"Tambah ganteng aja yah Simon", puji bu Rosma.

"Keluarga mereka kan memang ganteng-ganteng, pinter baik lagi", senyum ibu Ida. "Loh ada Laoshi?"

"Iya bu Ida mau ambil buku. Eh Ibu kenal sama yang tadi baru keluar?"

"Oooo kenalah Laoshi. Semua guru senior tau keluarga Wijaya. Itu yang paling kecil Mirna murid Laoshi kan? Menang lomba apa itu?"

"Lomba pidato", jawab Judith singkat.

"Ya. Coba semua murid kayak mereka ya", sahut Pak Saidi. "Sayang nasihnya jelek"

"Jelek gimana Pak?", Judith tiba-tiba penasaran.

"Iya mereka kan empat bersaudara. Yang paling besar itu angkatan pertama di sini. Siapa namanya S juga depannya", Pak Saidi mencoba mengingat-ingat

"Sonny", jawab bu Rosma. "Tuh kesayangannya Bu Ida. "Typenya bu Ida banget itu nguanteng putih trus pinter alim" Bu Ida hanya tertawa.

"Oiya Sonny. Trus nomor dua itu Simon. Habis itu Sammy. Mirna cewek sendiri. Semuanya pinter-pinter juara kelas. Sopan juga baik. Murid idaman deh. Sayang. Pas Sammy baru masuk SMA, Papanya tiba-tiba meninggal kena serangan jantung. Eh 2 bulan kemudian mamanya kena Stroke. 2 apa 3 kali ya? Jadi sekarang mamanya udah ga bisa ngapa-ngapain. Udah di ranjang aja" cerita pak Saidi.

Judith terkejut. Ia sama sekali tidak tau.

"Trus Sonny pulang dari Amerika ngurusin usaha keluarga sama Sammy dan Mirna. Kalau ga salah mereka punya bengkel sama catering ya. Yang ambil raport, pertemuan orang tua semua Sonny yang ngurus", lanjut bu Ida. "Kasian. Anaknya pinter ga bisa lanjut sekolah. Udah married belum sekarang ya? Udah mau 30 loh"

"Kalau angkatan pertama mestinya sekarang 27. Belum married. Kapan hari saya ketemu pas ambil raport. Katanya ga sempet pacaran. Repot ngurusin kerjaan. Sonny itu hebat loh. Ngurusin mamanya, biayain adik-adiknya sekolah di USA. Sammy lagi ambil master, Simon PhD." suara bu Rosma  menunjukkan kekaguman.

Dalam sekejap pandangan Judith berubah tentang Sonny. Ia sama sekali tidak menduga Sonny menanggung beban seberat itu.

***

Sonny berjalan masuk ke dalam kantornya. Ia mengeluarkan kuitansi dokter dan obat. Sekali pergi, hampir satu juta. Ia membuka laptopnya dan mencatat di file pengeluaran. Angkanya langsung berubah menjadi merah. Defisit. Sonny menutup wajahnya dengan tangannya. Bulan depan ia harus lebih berhemat lagi. Pengeluaran mana lagi yang bisa dipotong? Kepala Sonny serasa berputar.

Mata Sonny tiba-tiba melihat 1 kotak cake berada di mejanya.

Dari siapa nih? Belum sempat Sonny membuka tutup box, Mamad masuk ke kantor.

"Koh ... itu anu ... Cik Judith tadi datang"

Mendengar nama Judith, Sonny memalingkan muka. "Ngapain dia"

"Anu kasih cake. Katanya buat Ko Sonny"

"Hmm", Sonny membuka box kue. 1 loyang red velvet dengan tulisan di coklat di atasnya. I'm sorry Judith. Ada kartu kecil diselipkan di box kue.

Ko Sonny, maaf kalau saya salah paham. I hope we can still be friend.

Judith.

Mamad mengintip dan melihat red velvet yang nampak menggoda. "Whoa kayaknya enak tuh koh. Mahal ye"

Sketsa (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang