Part 4

1.3K 227 17
                                    

Judith sibuk berfoto dengan murid-muridnya di hari kelulusan siswa-siswi kelas 12. Auditorium penuh sesak dengan orang tua murid, guru dan siswa-siswi. Judith menikmati melihat kegembiraan dan kebahagiaan dari murid-murid maupun orang tua. Ia membenahi kebaya brokat royal blue yang ia pakai. Rambut Judith yang biasanya ia ikat rapi atau ia gelung, hari ini ia urai dan diberi hiasan bunga di dekat telinganya.

"Laoshi", suara bass yang dikenalnya memanggilnya dari belakang. Tanpa menoleh Judith masih ingat itu suara siapa. Sonny. Ia menenangkan hatinya sambil membalikkan badannya. Sonny mengenakan kemeja putih dan jas hitam. 

Jantung Judith berdebar lebih cepat, namun ia berusaha untuk tetap tenang. Dengan nada seformal mungkin ia menyapa Sonny,   "Selamat untuk kelulusan Mirna ya. Selamat juga Mirna dapat beasiswa ke Singapore."  Ia sengaja tidak mengulurkan tangannya. Sungguh ia takut membangkitkan rasa yang berusaha ia tahan.

"Terima kasih." Sonny menjawab sambil menatap Judith dengan pandangan yang susah diterka.

Hening beberapa detik. Judith hampir berpamitan ketika tiba-tiba Sonny berkata, "Hmm karena Mirna sudah lulus, berarti dia sudah bukan murid laoshi lagi kan?"

"Well technically yes," Judith mencoba menebak arah pembicaraan ini.

"Kalo begitu saya sudah bukan wali murid lagi." kesimpulan Sonny, "Boleh saya telpon ... Judith?"

"Ah ... hm ... ", Judith gugup. Wajahnya memerah. "Tidak ada larangan."

"Nomor teleponnya masih sama?"

"Hm masih." jawab Judith sambil menunduk.

"08154237xxx betul?"  dengan sigap Sonny menyebutkan nomor handphone Judith.

Judith melongo, "Betul. Kok  Bapak bisa hafal?"

"I'm good with numbers", gantian Sonny yang salah tingkah. "Karena Mirna sudah lulus, ga perlu panggil saya dengan Bapak." pinta Sonny. 

"Okay."

Lagi-lagi mereka berdua diam di tengah keramaian.Judith menundukkan kepala. 

"Hmm saya permisi dulu," pamit Judith hendak membalikkan badan.

"Saya antar pulang boleh?" panggil Sonny lagi.

Judith terdiam. Hatinya senang bercampur bingung. "Hmm boleh. Saya ambil tas dulu."

"Okay. Saya tunggu di seberang. Di depan ruko yang jual Aqua Galon." Judith tahu tempat yang dimaksud Sonny. Ia hanya mengangguk. Judith berjalan keluar auditorium sambil menundukkan wajahnya.

Gila ... aduh. Pria yang diam-diam ia taksir meminta nomor telponnya. Calm down Judith. Bie tai ji. Jangan buru-buru. He's just being friendly. 

Dengan bergegas Judith mengambil tasnya dan berjalan keluar. Ia menyeberang jalan dan menyeberangi jembatan batu kecil yang memisahkan antara kompleks sekolah dan ruko-ruko di depannya. Judith menemukan Sonny bersandar di depan mobilnya, Avanza hitam. 

Aduh Gusti. Gayanya udah kayak iklan majalah. Ganteng maksimal. Please help me to be calm.

Sonny melihat Judith dan tersenyum. Ia berjalan dan membukakan pintu depan, "Duduk di depan saja."

Judith hampir menolak duduk di depan ketika ia ingat. Ini masih di lingkungan sekolah. Banyak guru dan siswa yang lalu lalang. Tidak baik jika ada teman Mirna yang memergokinya pulang dengan Koko Mirna. Cepat-ceepat Judith masuk dan menutup pintu mobil.  

"Mirna kemana?" tanya Judith berusaha bicara dengan nada sedatar mungkin.   

"Hmm ada acara sama teman-temannya."Sonny menyalakan mesin mobil. "Panas ga? Kalau panas buka jendela saja dulu." 

Sketsa (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang