Part 16

1.1K 215 18
                                    


Judith baru selesai mandi. Air matanya masih terus mengalir. Stupid. Bendan. Bodoh. Ngapain sih gue sayang sama cowok kayak gitu.

Handphonenya tiba-tiba berbunyi. Ia melirik dan melihat nama Ii Mei Ling. Ada apa dia telpon malam-malam begini?

"Judith?," suara Ii Mei Ling terdengar panik.

"Iya ii?"

"Mama Sonny kena stroke lagi. Sekarang di ICU. Tolong bantuin Ii," suara Ii Mei Ling terdengar hampir menangis.

"Di rumah sakit mana Ii? Aku kesana sekarang"

Setibanya di ICU. Judith mendapati Sonny sedang duduk di kursi. Tatapan matanya kosong. Judith mencoba untuk mengajak ngobrol namun tak ada tanggapan. Ii Mei Ling datang dan menangis di pelukan Judith.

"Sonny dari tadi kayak begitu. Ga bisa diajak ngomong. Ii sendirian, ii bingung"

"Okay Ii tenang dulu. Mirna, Simon sudah dikabarin?"

"Sudah."

Judith menuntun Ii Mei Ling duduk dan sambil berusaha membantunya. Sedangkan Sonny tetap duduk tak bergeming.

***

Kamu ngapain di sini?," sentak Sonny kepada Judith yang sedang membantu menata kursi di ruang duka.

"Nata kursi," jawab Judith ketus

"Kita kan sudah putus"

Judith menghentikan pekerjaannya. "Ya dan mama kamu baru meninggal. Mirna baru sampai 30 menit yang lalu, dia masih mandi di rumah. Ii Mei ling masih ngurus dokumen dari rumah sakit. Dan KAMU cuman bengong, shock ga bisa merespons apa-apa! Kalau aku ga bantuin, ga beli kuaci, ga cari kotak uang duka, ga telpon pak pdt, ga beli Aqua nanti tamu2 datang2, mereka duduk dimana??? Mereka makan apa??," Judith naik pitam.

"Anak-anak bisa bantuin," bantah Sonny.

"Betul mereka bisa bantuin tapi HARUS ada yang kasih tau mereka perlu ngapain. But fine, since you're okay. You handle it!," Judith meletakkan kursinya dan berjalan keluar.

What a jerk. Maki Judith dalam hati. Sangking sebalnya Judith tidak melihat ada 2 pemuda berjalan ke arahnya.

"Judith," panggil seorang dari mereka yang ternyata adalah Simon. Seorang pemuda lain berdiri di belakangnya. Sammy

"I'm sorry for your loss," kata Judith.

"Thanks,"

"Mirna baru sampai juga. Kalian dah berangkat dari kmrn ya?"

"yes begitu Ii telpon kondisi Mama drop kami langsung beli tiket. Ada pesawat malam itu juga," Judith hendak berjalan pergi namun Simon menahannya. "Hang on. Are you okay?"

"Huh," dengus Judith sambil tersenyum kecut.

"You look miserable," Simon memperhatikannya dengan seksama.

"Huh," Judith menarik nafas lagi.

"Wow, you must spend a lot of time with my brother." Simon tertawa.

"Ha?"

"Well just now you just did his signature 'huh' with exactly the same tone. Twice," jelas Simon.

"Huh," Judith mendengus lagi.

"Thrice. What did he do to you, Dith?," Simon nampak concern melihat Judith.

"Nothing," Judith menggelengkan kepalanya lagi.

"Nothing. Yea. That's the root of your pain isn't it? He did nothing. absolutely nothing, while he actually need to do something, am I right?"

Sketsa (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang