Part 13

1K 216 14
                                    

"Bubble TIME!!!", Mirna datang membawa 3 cup bubble tea. "Ini Ko 5% sugar, sugarnya juga organic brown coconut sugar, less processed, bubblenya pake unrefined organic tapioca flour. Cocok buat health freak like you", cerocos Mirna yang ada di belakang mereka.

Sonny mengambil Bubble tea jua dan berkata, "Thanks Mir"

***

Sejak moment yang terpotong itu, Sonny tidak pernah mengungkit pertanyaan itu lagi. Mereka sibuk dengan hal lain, tak terasa besok mereka harus kembali. 5 hari 4 malam terasa cepat. Judith tadinya berpikir mereka bisa lebih dekat selama trip ini tapi selain percakapan di West Coast Park waktu itu, Sonny tidak pernah berbicara hal-hal lainnya.

"Sonny jadi mau ke Kinokuniya cari buku?" tanya Stevem pagi itu. Tepat sehari sebelum mereka akan kembali ke Jakarta.

"Oh boleh. Mau ikut Dith?" Sonny melihat ke arah Judith. Judith menggeleng.

"Aku mau beres-beres aja, paling ntar ke Mall yang deket beli coklat. Koko berangkat sendiri aja."tolak Judith.

"Okay." Tak lama keduanya pergi.

Judith melipat baju-baju dan menatanya ke dalam koper.

"5 hari cepet yah." uajr Grace sambil duduk di sofa di sebelah Judith.

"Iya mak."

"Loe kenape? Kok lesu gitu. Sedih ye mau pisah sama gue?"

Judith tersenyum tipis, "Yah gitu deh Mak."

"Loe cerita donk sama gue." bujuk Grace.

Judith menghela nafas panjang. "Menurut Sonny orangnya kayak apa?"

"Pinter banget."

"Hahaha kenapa loe nyebut begitu Mak?"

"Ketauan banget lagi. Kayaknya at least Gifted level 3 tuh."

"Apaan tuh Mak? Ada level-levelnya segala? Kayak main game."

"Iya gifted itu banyak orang cuman bilang jenius gitu. Padahal itu rangenya luas banget. Gifted level 1 noh kayaknya temen-temen kita banyak banget. Level 2-3 itu IQ nya sekitar 130-140an gitu deh. Kalo yang level 5 tuh yang genius banget lah. Dia kerja apa di Indo?"

"Buka bengkel Mak. Terusin usaha bokapnya."

"Ga gampang, Kayaknya dia agak bosen ya," tanya Grace.

"Yah begitu deh. Ko Sonny tuh perfectionist banget."

"Ga heran. Orang IQ nya segitu ga bakal tahan sama mediocre level. Loe siap-siap ya." 

"Siap-siap apa Mak?" 

"Orang-orang yang gifted itu their brain is wired differently. They see things differently. Mereka juga lebih rentan kena depresi karena, otak mereka kan cepat banget tuh, orang baru mikir sampai mana, mereka sudah mikir 2-3 langkah ke depan. Makanya jadi gampang kuatir. Dan juga mereka bisa ngerasa ga banyak orang mengerti mereka. They can feel lonely because nobody understand them. " 

"Loe tau gue bukan orang yang pinter banget Mak." keluh Judith. 

"You're special Dith. Loe tuh bisa bikin orang nyaman deket loe. Dari sejak di China dulu. Loe tuh selalu bisa bikin orang ngerasa bisa jadi apa adanya kalau bareng sama loe." kenang Grace. "You have your own gift." 

 "Kali ya Mak. Gue benernya pengen tanya. Kalau pas bareng sama gue keliatannya gimana?" tembak Judith.

"Gimana gimana?" Grace sedikit bingung dengan pertanyaan Judith.

"Lebih keliatan kayak orang temenan daripada orang pacaran kan?"

Grace terdiam sejenak. "Loe ngerasa gitu? Yah gue kan cuman ketemu sebentar doank. Jadi gue pikir dia type yang ga gitu suka mesra-mesra di depan umum. Orangnya agak kaku kayaknya."

Judith terdiam. "Kalau berduaan sama gue juga begitu Mak. Kita tuh udah mau 6 bulan jadian. Gandengan aja ga pernah. Dia cuman pernah ngomong sayang sama gue sekali. Habis itu ga pernah sama sekali." keluh Judith.

"Ya emank orangnya begitu kali?"

"Ga tau lah Mak. Tadinya gue berharap di Singapore kita bisa ngobrol-ngobrol gitu. Ga taunya sama aja. Begini-begini aja. Mungkin dia ga benar-benar suka sama gue kali Mak." ujar Judith lirih.

"Jangan ngaco loe. Yah kalau ada masalah dibicarakan baik-baik laaahh. Jangan dipendem. Ga baik." saran Grace sambil memasukkan helai baju terakhir ke dalam koper.

"Iya tar gue cari waktu buat ngomong." putus Judith. "Mak, gue mau beli coklat bentar ya, trus mau ke West Coast Park lagi. Gue pergi sendiri aja."

"Mau gue temenin ga?" tawar Grace. Judith menggeleng, "Ga usah Mak. gue dah lumayan hafal jalannya, gue bawa HP kok/" Judith ingin sendiri. Grace mengangguk. Paham.

***

Judith berjalan menyusuiri jalan setapak tak jauh dari McD yang membawanya ke pantai. Dia duduk di spot yang sama dengan hari itu. Dan diam melihat laut lepas. Ombak berdebur. Sejak di China, Judith suka ke pantai. Ia suka melihat laut yang kelihatan sama tapi sesungguhnya selalu berbeda.

"Dith." suara Sonny mengagetkannya. Judith menoleh dan melihat Sonny tersenyum ke arahnya. He's still as handsome as the first time they met. Judith melihat ke pantai lagi.

"Tebakan Koko bener. Kamu pasti balik ke sini." tutur Sonny sambil duduk di sebelahnya.

"Tahu dari mana?"

"Yah kamu kan kalau pergi makan, kalau balik, selalu berusaha cari kursi yang sama dengan ketika pertama kali kamu datang."

He's really smart. Yah apalah gue. Orang kayak Ko Sonny mau sama gue itu ... agak mustahil ga sih? Batin Judith.

"Kamu kok diam aja? Sakit?" tanya Sonny yang melihat Judith jauh lebih pendiam.

Judith menggeleng. "Ga papa." Ia menggigit bibirnya. Ga mungkin ia mengatakan yang sebenarnya. That she loves him that much but afraid that he doesn't love her that much.

"Yakin?"suara Sonny terdengar ragu. 

"Kita pulang aja deh." Judith bangkit dari tempatnya. Sonny menahan tangannya.

"Kamu baru sampai kan? Are you okay?" Sonny tampak concerned.

Airmata tiba-tiba meleleh di pipi Judith. Cepat-cepat ia menghapusnya. "Ga papa." elak Judith.

"Tapi kamu ...", Sonny menyodorkan tissue.

"I'll be fine." potong Judith.

Sonny menarik nafas. "Let's see if this can make you happy." Tangan kanan Sonny merogoh saku celananya lalu ia mengambil tangan kiri Judith. Ia menyematkan sesuatu di jemari Judith.

"Sementara ini dulu ya. When things are better I'll give you the real one", kata Sonny pelan.

Judith hampir tidak mempercayai matanya. Di jari manis tangan kirinya nampak 1 cincin perak berbentuk hati.

"Ini ...?" 

Tiba-tiba Sonny mencondongkan wajahnya dan mencium Judith. Their first kiss. Ever. 

"Ko, ini beneran?" Judith masih terpana baik karena cincin maupun ciuman itu.

"Yes. When things are better. I promise." Bisik Sonny. Ia mencium Judith lagi. He's right again. He can't stop with just one kiss.
 

***

wuhuiii ... Akhirnya Sonny ada romantisnya yak. Setelah gebrak-gebrak meja meluluu... Di sini juga ada sedikit soal masa lalu Judith. We're the product of our past.

Btw I put myself and hubby inside the story hahaha. Isenk jadi cameo.

Kadang yang bikin susah keluar dari toxic relationship itu ... karena yang pihak satunya kadang ada saatnya manis banget ... baik banget .... pengertian banget ... haish.So akankah Sonny beneran jadi baik?

Makasih buat waktunya yaaa :)) Kalau ada komentar monggo

Sketsa (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang