Judith menoleh ke belakang dan melihat Roland, guru musik menghampirinya. "Telat ya Laoshi?" tanya Roland sambil tersenyum.
"Iya Pak. Tadi lagi beres-beres meja." jawab Judith sambil tertawa.
Ah Roland ... suaranya mirip dengan .... Ko Sonny.
Sudah 1 tahun lebih sejak ia bertemu dengan Sonny. Sonny benar-benar tidak pernah muncul lagi sejak hari itu. Amarah Judith sudah menyurut. Anehnya terkadang ia kembali merindukan Sonny.
Gelo ah kamu Dith ...Cowok bukan cuman Sonny. Batinnya.
***
Sonny memasukkan mobilnya ke dalam garasi. Tak lama sejak ia mulai bekerja, ia segera menyicil rumah. Tak jauh dari bengkelnya. Rumah 120 m2 berlantai dua dengan 3 kamar tidur. Ia sudah ingin pindah dari bengkel. Terlalu banyak kenangan. Kenangan menyakitkan di situ. Di tiap sisi bengkel, ia suka terbayang Judith atau Mama. Sekarang ia tinggal sendiri.
"Ngapain beli rumah ko?" tanya Mirna. "Kenapa ga beli apartemen aja?"
"Ga Mir ... Buat kalau kalian semua balik Jakarta. Kita bisa ngumpul bareng." jawab Sonny.
"Apartemen juga bisa Ko?" balas Mirna.
Sonny hanya tersenyum. Ia ingin rumah. Karena Judith ... lebih suka tinggal di rumah. He's stupid. Yeah he knows that. Tapi waktu itu ia masih berpikir siapa tahu Judith mau memberinya kesempatan.
Sonny membuka pintu dan wangi masakan menyambut hidungnya. Ia melihat di meja makan ada tudung saji berwarna biru.
"Koh Sonny dah pulang." suara seorang wanita mengagetkannya. Ia membalik dan melihat Mbok Nah.
"Aduh Mbok ngagetin saya aja." ujar Sonny sambil tertawa. "Kok ke sini Mbok?"
Mbok Nah tinggal di rumah Ii Mei Ling membantu merawat ii yang terkena Alzheimer. Seminggu 2 kali ia datang ke rumah untuk membereskan rumah ataupun menyetrika.
"Koko lupa?" Mbok Nah terkejut. "Hari ini kan Koko ulang tahun, Mbok bikinin Ayam Jahe sama mie goreng."
Sonny lupa sama sekali. Ia mengangkat meja makan. Di sana tersaji makanan kesukaannya dari masa kecil. Ayam kuah jahe, mie goreng dan ada 1 kue kecil dengan lilin berkepala 3 di atasnya.
"Makasih Mbok." suara Sonny tercekat menahan haru.
"Met ulang tahun ya Ko. Panjang umur, sehat selalu, semoga enteng jodoh." mbok Nah memberikan selamat. Sonny memeluk wanita tua yang dengan setia menemani keluarga mereka. "Saya yang makasih Mbok."
"Yowes Mbok balik dulu ke rumah ii." Mbok Nah bersiap kembali.
"Mbok ga mau makan sama saya?"
"Maaf Ko. Kasian Ii Mei Ling kalau kelamaan sendiri. Mbok dah dari jam 2 tadi di sini. Bersih2 rumah trus masak."
"Saya anterin ke rumah Ii deh Mbok." Sonny bergerak ke Garasi.
Suara klakson motor berhenti di rumah mereka. "Ga usah Ko. Mbok tadi udah telpon Parto, udah dijemput."
"Hati-hati ya Mbok." Sonny mengantarkan Mbok Nah hingga sampai pintu pagar. Dengan sekejap Mbok Nah dan Parto sudah berlalu.
Sonny masuk kembali ke rumahnya yang sunyi. Tidak pernah terpikir dalam hidupnya, di usianya yang kepala 3 ia masih sendiri. Tanpa keluarga. Sebatang kara.
***
"Dengan demikian, berakhirlah acara Alumni Day hari ini. Hidangan ramah tamah sudah tersedia di auditorium. Terima kasih atas kehadiran Bapak Ibu dan Saudara saudari sekalian," Judith menutup acara sambil tersenyum. Sore itu ia didaulat untuk menjadi MC untuk acara Alumni Day.

KAMU SEDANG MEMBACA
Sketsa (TAMAT)
ChickLit"Duduk", suara Sonny parau. Judith pun kembali duduk namun tetap tidak melihat ke arah Sonny. "Orang tuaku selalu bilang, ga boleh bikin anak perempuan nangis. Tapi mereka ga pernah kasih tau what should I do if a girl made me cried." Sonny menelan...