Tapi keadaan tidak bertambah baik. Judith kembali dari Singapore dengan harapan membuncah. Sayang hatinya remuk kembali.
Sonny ngamuk berat melihat kondisi bengkel. Laporan tidak lengkap, ada complaint yang terlewat, ada kuitansi yang hilang.
"KENAPA BISA SAMPAI RUSAK???," bentak Sonny kepada Parto yang menunduk.
"Ga tau Koh," jawab Parto pelan.
"GIMANA bisa GA TAU??? Bengkel segitu ramai masak ga ada yang liat?," teriak Sonny.
Judith masuk ke dalam kantor, ia baru selesai ngajar. Tahun Baru Semester baru. Namun harapannya akan Sonny yang baru kandas lagi. Melihat Parto yang ketakutan, Judith cepat-cepat mengambil gelas minum dan memberikannya kepada Sonny.
"Minum dulu ko," begitu Sonny minum, Judith memerintah Parto, "Mas Parto, itu di luar ada Pak Juki, tolong ditanyain paket saya sudah sampai belum"
"Iya Cik," jawab Parto sambil cepat-cepat keluar kantor.
Sonny duduk dengan kesal. "Sialan. Barang rusak lagi. Dipikir ini ambil dari tanah."
Judith berjalan ke belakang Sonny dan memijat bahunya, "Ko ... tenang. Coba kasih ke Mamad siapa tau bisa dibenerin."
Sonny mendengus, "Udah patah gitu. Bisa diapain lagi? Brengsek bener."
Judith terus memijat leher Sonny berusaha menenangkannya. Suasana di bengkel belakangan terus panas. Sonny tak puas melihat anak-anak montir tidak bisa melakukan seperti yang ia mau.
Matanya tiba-tiba melotot. "Dith, kamu pindahin barang koko ya?"
"Ga kok. Ga ada yang aku pindahin. Semua di situ,"
Sonny mengambil sebuah file hijau dan membantingnya di meja, "Kemarin di sini!!! Sekarang kenapa ada di sini?!?" Jarak dari tempat pertama ke tempat kedua ... hanya 10 Cm.
Judith menghela nafas, "Ko ... kmrn aku lap meja koko soalnya berdebu. Tapi aku ga pindahin. Semua ada di situ"
"Koko kan sudah bilang, jangan pegang-pegang barang koko. Budek ya kamu" omel Sonny. "Brengsek"
Judith menggigit bibirnya. Selain frekuensi yang makin sering, kata-kata Sonny pun makin kasar.
Sekilas Judith melihat cincin di tangan kirinya. Haruskah ia bertahan?
***
Judith baru selesai membereskan tasnya. Besok hari yang panjang, Setelah mengajar, dia ada kosong 2 jam sebelum mulai les. Biasanya dia pergi ke bengkel. Tapi akhir-akhir ini, ia merasa letih. Letih dengan Sonny yang terus menerus marah-marah. Rasanya semua yang ia lakukan salah.
Does he really love her? If yes, why does he treat her like that? Judith tidak pernah membentak dan tidak biasa dibentak. Dia membuka handphonenya, melihat foto-fotonya dengan Sonny di Singapore. They look happy. She was happy. Sekarang? Tanda tanya besar.
Judith mengirim pesan pendek ke Sonny.
Ko, besok aku ga ke bengkel ya. Banyak kerjaan.
Judith menanti. Tak lama ada balasan dari Sonny. 1 kata saja.
Okay.
Judith melihat profile picture Sonny, gambar siluet pemandangan. Bukan fotonya. Sedangkan di profile picturenya, itu foto mereka berdua.
Mungkin ia benar. She loves him very much, but he doesn't love her that much.
***
Sonny melihat tumpukan kuitansi, bon dan excell file di komputernya. Ia menarik nafas panjang. Tadinya ia berpikir ia bisa memberi kepercayaan lebih kepada karyawannya. Eh ... malah bertambah kacau balau.

KAMU SEDANG MEMBACA
Sketsa (TAMAT)
Chick-Lit"Duduk", suara Sonny parau. Judith pun kembali duduk namun tetap tidak melihat ke arah Sonny. "Orang tuaku selalu bilang, ga boleh bikin anak perempuan nangis. Tapi mereka ga pernah kasih tau what should I do if a girl made me cried." Sonny menelan...