20. Keduanya.

3.4K 650 134
                                    

Tahan napas.

Jisoo mempersilahkan Taeyong masuk

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jisoo mempersilahkan Taeyong masuk. Sepulang dari rumah Sowon, Taeyong berbaik hati mengantarkan dia pulang—setelah pergulatan panjang karena selama di sana Taeyong terus menerus menjahili Jisoo sampai dia lelah tertawa dan lupa waktu sementara langit semakin gelap, yang artinya dia harus segara pulang ke kontrakan.

“Katanya mau mandi. Nggak jadi?” Selama di jalan tadi dia mengeluh gerah dan ingin segera mandi. Gara-gara ketawa berjam-jam membuat tubuhnya penuh dengan keringat. Jisoo suka risih jika tubuhnya berkeringat meskipun tadi sore sepulang kerja dia sudah mandi.

“Ini mau mandi kok,” katanya bersiap untuk mandi. “Kalau lo mau pulang pintunya jangan lu—”

“Siapa bilang mau cepat pulang? Gue mau rebahan dulu.” Dengan santainya Taeyong meloncat ke ranjang milik Jisoo. Seperti biasa merebahkan tubuhnya dengan nyaman di atas sana. Membuat si pemilik ranjang berdecak tanpa berkomentar, membiarkannya rebahan sesuka hati sementara dia pergi mandi.

Rebahan memang segalanya bagi Taeyong. Kenikmatan jelas terasa begitu menyenangkan saat tubuhnya berguling manja di atas kasur. Taeyong tersenyum tipis sambil bergumam kecil penuh manja memeluk guling teman tidur Jisoo. Sembari menunggu si pemilik rumah mandi, dia mulai menyalakan televisi. Lumayan ada tontonan sambil rebahan dan terpikirkan pula dia memesan makanan. Seolah-olah tinggal di rumah sendiri menikmati me time-nya.

Setengah jam kemudian Jisoo keluar. Taeyong masih rebahan di kasur sambil tertawa-tawa menonton televisi. Jisoo menggeleng sebelum menyusul dia mengambil ponsel membalas pesan orang-orang yang mengiriminya pesan.

“Ada loker kayaknya pas buat lo, deh.” Jisoo menghampiri Taeyong melihatkan info loker yang dia dapat dari group kantor. “Nggak mau nyoba daftar?”

Taeyong menyeret tubuhnya mendekat. Tanpa izin, dia asal menempelkan dagunya di atas pundak Jisoo dan membaca sebaris kalimat info loker. “Perusahaan apa?”

“Anak cabang kantor. Minat nggak? Daripada jadi agent—”

“Ada yang salah jadi agent?”

“Oh, enggak juga,” balasnya. “Cuma, kan, kerjanya beda.”

“Dua-duanya sama, Jis. Sama-sama kerja dapat duit.”

“Maksudnya ....,” Lalu Jisoo terdiam tak berniat menjelaskan ucapannya. “Yaudah, deh, terserah lo aja. Gue cuma nawari,” katanya kemudian.

Taeyong tersenyum. “Sini hapenya gue pinjem,” pintanya membingungkan.

“Mau ngapain?”

“Gue minat mau daftar. Pinjemin hapenya,” katanya.

Jisoo menoleh bingung. “Kenapa nggak pakai hape sendiri?” sambil melirik ponsel Taeyong yang diletakkan di atas meja samping kasur.

“Males aktifin. Bobby nanti nelpon nyuruh gue ketemu klien. Males banget.”

[2] Boyforent | Taesoo [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang