Bonus 3

4.1K 498 90
                                    

Gara-gara tabiat jelek Taeyong si tukang rebahan, mereka nyaris telat mengikuti prosesi akad Yuta. Nyaris—nyaris banget.

Jisoo yang peka langsung menghampiri lelakinya di kamar 316. Mereka di hotel, karena pernikahan Yuta ada di pulau Jawa, jadi mereka menginap di hotel selama beberapa hari.

Taeyong satu kamar bersama calon pengantin, sedang Jisoo bersama kerabat Yuta. Lagi pula, sangat tidak mungkin mereka sekamar, meskipun Taeyong merengek bak anak kecil semalam, Jisoo tetap berpegang teguh “pisah ranjang” sementara.

Pukul 08.20 pagi, Jisoo mendobrak pintu kamar 316. Enggak mendobrak juga sih, kebetulan sampai depan kamar ada mbak-mbak perias keluar dan bilang masih ada satu nyawa tergeletak tak bernyawa di kamar. Alias, “Susah banget Mbak, dibangunin.”

Jisoo berdecak kontan mendekati ranjang yang dihuni penuh oleh pemilik tubuh kurus yang terlentang bagaikan mayat. Dirinya yang sudah rapi mengenakan kebaya bridesmaid, sementara sang pasangan masih dengan kolor dan kaus putih di balik selimut hotel.

Niat hati mengguyur sang kekasih dengan air, Jisoo tak tega menambah kerja para housekeeper. Menarik kakinya pun percuma, apa lagi berteriak-teriak memanggil, lebih percuma lagi. Sebab, hal itu tidak akan membangunkan sosok Taeyong. Jadi, satu-satunya cara ialah berbisik di telinga lelakinya. Berbisik pelan membangunkan.

Jurus itu ampuh—iya, memang—tetapi langsung jadi malapetaka, karena lelaki itu main asal menarik hingga tubuhnya jatuh di kasur, sedang tubuh Taeyong kini berpindah ke atas tubuh Jisoo menguncinya.

“Cantik banget calonku,” ucapnya menyeringai, lalu mencium bibir merah bata milik Jisoo.

Dia mati-matian bangun jam lima demi mengantri makeup bridesmaid, dan Taeyong malah menghancurkan makeup-nya? Kurang ajar!

Jisoo sedang memberontak dengan mendorong dada Taeyong agar tubuhnya menyingkir. “Taeyong!” bentaknya marah.

Bukannya menciut, dia malah terkekeh geli memandang seraut marah kekasihnya. Kemudian dengan gemas, mencium seluruh wajah Jisoo tanpa ampun.

“KAMU ITU BELUM MANDI!” protesnya menjauhkan wajah Taeyong darinya. Taeyong berusaha menyingkirkan tangan Jisoo dari wajahnya.

“Aku mandi kalau udah selesai.”

“Apanya?!” tanyanya berang.

Masih dengan kekehan kecil sambil menatap gemas seruat marah kekasihnya. “Manjain kamu.”

“Udah jam berapa? Kamu mandi itu lama, lho.”

“Dipercepat.”

“Apanya?”

“Mandilah. Kamu maunya apa coba?” kekehnya, lagi-lagi mencium bibir Jisoo saking gemasnya melihat muka cantik sang kekasih.

Jisoo mendengus begitu selesai dicium oleh Taeyong. Sorot matanya sempat melirik jam ponsel Taeyong di nakas. Pukul 08.28 sementara akad Yuta di mulai jam 9 pagi tepat.

“Nggak usah lama-lama,” lalu menahan dadanya, “rambutku jangan diberantakin. Natanya hampir sejam tau!”

“Rambutmu berantakan juga tetap cantik kok. Aku masih suka.”

“Tangannya anteng!”

Sorot matanya kontan menyiratkan kepedihan. “Yah ...,” rengeknya.

“Nggak usah protes!” ujarnya. “Kebaya itu ribet.”

“Padahal kelihatan montok.”

“Apa?!”

Taeyong nyengir; Jisoo melotot. Namun begitu melihat perubahan menit ke menit di ponsel Taeyong, dia langsung pasrah karena sangat tidak mungkin mereka bisa mendatangi proses akad Yuta. Siap-siap Jisoo digantung Yuta.

[2] Boyforent | Taesoo [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang