25. Kampung

3.4K 589 39
                                    

Akhirnya aku update 😭
_________________________

Pertama kali Jisoo mengenal keluarganya dan juga pertama tahu Taeyong ternyata seorang anak tunggal. Jisoo pikir selama ini Taeyong anak bungsu— mengingat kelakuannya seperti anak bungsu, tak pernah terpikirkan olehnya dia sebagai anak tunggal.

Keluarga Taeyong tinggal di desa dan kedatangan mereka langsung diikuti banyak orang. Mungkin karena orangtua Taeyong punya hati di warga, sehingga kepulangan sang anak disambut hangat oleh banyak orang. Belum lagi dengan arak-arakan yang berhasil membuat Jisoo malu setengah mati. Bayangkan saja, dia orang baru diajak keliling desa dengan sorakan riuh, seakan-akan dia telah memenangkan kejuaraan tingkat desa.

Sewaktu di kereta Taeyong bercerita bahwa dia sebenarnya bukan penduduk setempat, keluarganya baru pindah di desat itu tiga tahun lalu karena pekerjaan ayahnya yang mengelola kebun sawit. Itu sebabnya rumah keluarga Taeyong tampak paling besar dan mewah, meskipun tak semewah rumah gedongan di kota.

Jisoo sempat mengira kedua orangtu Taeyong seperti sepasang suami-istri menyebalkan sinetron indos— ternyata mereka sepasang suami istri yang menyenangkan. Tante Yuna bahkan menyuruh Jisoo memanggilnya ‘ibu’ sementara Paman Amin ramah, tak ada ekspresi galak di wajahnya. Jika dipadukan sama anaknya, sepertinya sifat Taeyong lebih cenderung mirip Tante Yuna.

Rumahnya besar, tapi ternyata hanya memiliki tiga kamar. Untuk empat hari ke depan Jisoo akan menempati kamar Taeyong, sementara si pemilik kamar menghuni kamar bekas pelayan rumah mereka. Taeyong sempat merengek dan meminta supaya mereka sekamar—bocah gila! Yang langsung diam ketika Tante Yuna marah padanya.

Jisoo menahan tawa melihat ekspresi jengkel Taeyong. Dia di kamarnya sedang mengambil beberapa barang untuk dipindahkan kamar empat harinya nanti.

“Semoga betah, Yong,” kekehnya, memandangnya geli.

Taeyong mendengus sambil meraup sepasang bantal dan guling. “Ini kamar gue. Jadi hati-hati kalau tiba-tiba—”

“Sayangnya gue gak takut hantu tuh.”

“Bukan hantu, Jis,” katanya. “Pokoknya hati-hati dan waspada.”

Jisoo menganggap peringatannya sebagai lelucon belaka. Mungkin maksud dia hati-hati dan waspada sama hewan. Sayangnya juga dia bukan gadis penakut.

Definisi hati-hati dan waspada sesungguhnya yang dimaksud olehnya itu, sewaktu pukul sebelas malam Jisoo hampir jantungan karena pintu kamar tiba-tiba terbuka dan tahu siapa yang menyelinap masuk? Taeyong.

Dia si hantu menjelma hewan buas. Harusnya Jisoo sadar bahwa Taeyong pasti mempunyai kunci candangan karena ini kamarnya.

“Gue nggak bisa tidur di kamar sana.”

Alasan!” omel Jisoo, masih berusaha mengusirnya sementara meringkuk bertaha di atas kasar. “Yong, ini rumah ada bokap sama nyokap lo! Gue nggak mau paginya kepergok sekamar sama anaknya.”

“Emang kenapa?”

Jisoo mencoba sabar, menahan puncak emosi, dan bertahan supaya tidak teriak-teriak dini hari. “Pikiran orangtua kadang kolot, Yong.” Saat menyebutkan ‘kolot’ Jisoo sedikit menurunkan nada bicaranya.

“Orangtua gue nggak sekolot orang desa. Tidur sini sebelah, nanti pagi gue bangun pindah.”

“Biar gue tidur di sana aja.”

Lalu cepat-cepat Taeyong menarik Jisoo dan menjatuhkannya di ranjang. “Bawel banget sih dibilangin,” ujarnya. “Cuma tidur seranjang Jisoo, di kontrakan lo juga sering gitu nggak ngapain-ngapain. Lo beneran ngarep gue apa-apain, ya?”

“Brengsek!”

Sayangnya pukulan Jisoo terhindar darinya. Jisoo makin jengkel.

“Kalau nggak mau tidur seranjang yaudah, gue mau tidur. Malam, Nyai Peyot—arghhh ...!!!”

Kalau pukulan tadi terlewatkan, kini cubitannya berhasil dan salah dia sendiri mengatai Jisoo ‘nyai peyot’.

Kalau pukulan tadi terlewatkan, kini cubitannya berhasil dan salah dia sendiri mengatai Jisoo ‘nyai peyot’

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Genap 30 end— sepertinya.

[2] Boyforent | Taesoo [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang